Semburan liar terjadi tatkala pencarian cadangan minyak mencapai kedalaman beberapa ratus meter. Terungkap potensi sumber energi lain untuk masa depan anak bangsa.
Sampai Ahad, 7 April 2013, PT Pertamina EP masih berjibaku mengatasi keadaan darurat yang timbul akibat “blowout” atau semburan liar pada Sumur Talang Jimar (TLJ) – 25 INF Prabumulih, Sumatera Selatan. Sembari menunggu kesuksesan “Dynamic Killing”, di hari kedelapan pasca terjadinya semburan itu Tim Inventarisasi fokus untuk mendata warga yang berhak atas kompensasi akibat musibah tersebut.
Tim Inventarisasi sendiri terdiri dari Pertamina EP, dinas terkait Pemerintah Kota Prabumulih, dan aparat keamanan. Pendataan dilakukan terhadap warga yang tinggal di ring 0 – 300 meter dan 301 – 500 meter dari pusat kick gas yang mengakibatkan blowout. Data itu nantinya akan digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi atas kebisingan sebagai dampak terjadinya kick gas di TLJ 25 INF.
Manager Humas Pertamina EP, Agus Amperianto menyebutkan, Tim Inventarisasi telah menyepakati bahwa kompensasi kebisingan atau ketidaknyamanan dihitung dari jumlah orang, dan perhitungannya adalah diberikan dalam satu kali kejadian. Sementara masyarakat yang bertempat tinggal di luar ring 1 dan ring 2 (radius lebih dari 500 meter) tidak mendapat kompensasi tersebut.
Lebih lanjut, terkait untuk kompensasi penghasilan karena tidak bisa bekerja, disepakati akan diberikan kepada warga yang bekerja atau berusaha di wilayah ring 1 dan ring 2. Mereka tidak dapat melaksanakan pekerjaan atau usaha karena kejadian kick di lokasi TLJ 25-INF. Besaran kompensasi akan disesuaikan dengan jenis usaha atau pekerjaan dari masing-masing warga.
Guna menjaga psikologis warga, Pertamina EP bersama Balai Bina Mandiri Desa Sukaraja mengadakan berbagai kegiatan untuk warga di posko-posko penampungan. Seperti bimbingan belajar bagi anak usia sekolah, lomba ala peringatan 17 Agustus, nonton bareng layar tancap, dan beberapa kegiatan lainnya. Selain itu, Pertamina EP tetap menyediakan tempat penampungan warga di di Patra Ria dan Posko Belajar di Ruang Diklat HR, guna memfasilitasi warga usia sekolah tetap dapat belajar dengan optimal.
Dynamic Killing atau penghentian semburan liar sumur TLJ-25 INF Prabumulih, telah dimulai oleh Pertamina EP sejak Sabtu pagi, 6 April 2013 pukul 10.00 WIB, menyusul keberhasilan dalam serangkaian simulasi sejak hari kedua semburan, Senin, 1 April 2013. Yakni dengan menginjeksikan lumpur berat dengan SG 1,9 dan volume sebanyak 3.000 barel di titik semburan. Namun beberapa jam pasca injeksi lumpur, tekanan gas dari dalam sumur masih cukup tinggi. Kick gas belum sepenuhnya tertanggulangi.
Maka dari itu, Pertamina EP melakukan upaya lanjutan dengan mengurai tekanan gas yang keluar dari sumut TLJ 25, lewat simulasi injeksi “water jetting”. Yaitu dengan menyemprot air bertekanan tinggi untuk mengurangi efek kick dari bawah, diikuti penginjeksian kembali lumpur berat dengan SG 1,9 dan volume yang lebih besar sekitar 10.000 barel.
Langkah ikutan lainnya ialah, Pertamina EP mengurangi tekanan gas pada titik pusat kick dengan melakukan pemboran miring atau perforasi pada layer (lapisan) lithology yang sama dari sumur TLJ 157, yang berada pada jarak yang tidak jauh dari sumur TLJ 25. Menurut Agus, pekerjaan ini membutuhkan waktu sekitar 14 hari.
Potensi Besar Gas
Agus menceritakan, sebelumnya sumur TLJ-25 merupakan sumur pengembangan pada lapangan minyak Talang Jimar, Prabumulih. Lapangan Talang Jimar merupakan salah satu andalan Pertamina EP dalam mengejar target produksi minyak di 2013. Pemboran pada sumur TLJ-25 diharapkan menghasilkan cadangan minyak hingga 300 barel per hari pada kedalaman 2.200 meter.
Namun Tuhan Yang Maha Kuasa berkehendak lain. Bukan minyak yang mengalir dari sumur TLJ-25, melainkan kick (tekanan) gas yang cukup kuat, sehingga mengakibatkan semburan tak terduga lumpur bercampur batu. Penduduk sekitar menyebutkan, suara gemuruh mirip pesawat yang hendak tinggal landas, mengiringi fenomena alam yang luar biasa itu.
Meski mengejutkan dan amat merepotkan, namun ada berkah dibalik fenomena alam yang boleh dibilang musibah bagi Pertamina EP ini. “Hingga kedalaman kurang dari 310 meter, ternyata memberikan optimisme awal bahwa pada struktur TLJ-25 mempunyai prospek produksi gas yang relatif bagus dan memiliki potensi kandungan yang cukup besar,” papar Agus.
Hal ini, ujarnya, bermanfaat dalam proses kajian dan pemutakhiran data pada lapangan Talang Jimar, yang ternyata memiliki prospek gas yang cukup baik. “Dengan optimisme pemboran pengembangan sumur-sumur pada struktur Talang Jimar, diharapkan potensi reservoir gas tersebut dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan produksi migas secara nasional,” kata Agus lagi.
Temuan baru yang menarik ini pun harus dibayar Pertamina EP dengan berjibaku mengendalikan semburan liar, dengan langkah utama “Dynamic Killing”. Agar situasi tetap kondusif selama pengendalian semburan gas, Pertamina EP telah mempersiapkan posko-posko penampungan bagi warga yang merasa terganggu akibat kebisingan selama proses “Dynamic Killing” berlangsung.
GM Asset 2 Pertamina EP, Tubagus Nasiruddin pun menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan warga yang berada di sekitar lokasi sumur TLJ-25. “Kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan moril dari Pemerintah Kota, aparat dan muspida yang membantu kegiatan penanganan ini,” ujar Tubagus pada Jumat, 5 April 2013.
Lebih lanjut, untuk menanggulangi kondisi sosial bagi warga terdampak, Pertamina EP bersama Pemerintah Kota Prabumulih, Aparat dan Muspida membentuk tim terpadu yang diperkuat dengan SK dari walikota untuk melakukan inventori dan pendataan atas kerugian yang dirasakan oleh warga akibat kejadian ini, kerja tim meliputi penanganan saat dan pasca kejadian.
Pertamina EP Asset 2 Field Prabumulih menyediakan tempat penampungan warga di lima titik yang tersebar di Gedung Patra Ria, Gedung Bina Ria 1, Gedung Bina Ria 2, Lapangan Tenis 1 dan Lapangan Tenis 2 Komplek Pertamina Prabumulih. Disediakan pula posko di lingkungan warga yang terletak di radius aman. “Kondisi warga di lokasi pengungsian terpantau dalam keadaan sehat,” kata Tubagus.
Aset 4 – Legal & Relations Pertamina EP, Arya Dwi Paramita mengakui, berbagai risiko bisa terjadi dalam upaya mencari cadangan migas. Maklum, industri migas berhubungan langsung dengan kondisi bumi yang makin tua. Namun ia meyakinkan, segenap anak bangsa yang tergabung di Pertamina, akan terus berusaha sekuat tenaga melakukan yang terbaik, mengungkapkan potensi demi potensi cadangan energi untuk kelangsungan hidup generasi di masa depan.
(Abraham Lagaligo/abrahamlagaligo@gmail.com)
Komentar Terbaru