Mengarungi dua samudera, menuju negeri gurun di Timur Tengah. Membawa pulang buah jerih payah perusahaan negara, demi kemakmuran anak bangsa.
Teriakan burung layang-layang bersahutan, mengiringi kibaran Merah Putih di ujung tiang MT Gunung Geulis. Rabu, 8 Januari 2013, kapal tanker berbobot mati 107.538 Metrik Ton (MT) itu, sedang buang jangkar di Pelabuhan RU IV Cilacap, Jawa Tengah.
Dengan tegap, Brahma Adeyanto, sang kapten kapal, melangkah menuju menuju geladak. Didampingi seorang kru, ia menghitung dan mencatat satu persatu perbekalan yang diangkut naik pagi itu. Berusaha untuk memastikan kalau tidak ada satupun yang terlewatkan.
Maklum, dalam satu bulan ke depan, ia bersama 26 anak buah kapal MT Gunung Geulis, akan menempuh perjalanan jauh. Mengarungi dua samudera, melintasi dua benua, menjemput harta negara di salah satu belahan gurun pasir Timur Tengah.
Bertolak dari Pantai Cilacap pada Kamis, 9 Januari 2013, Brahma akan membawa MT Gunung Geulis melewati Samudera Hindia, Terusan Suez, Lautan Mediterrania, untuk mencapai Pelabuhan Arzew, Aljazair. Dua petinggi PT Pertamina (Persero) yakni Direktur Pemasaran dan Niaga, Hanung Budya serta Direktur Pengolahan, Chrisna Damayanto, melepas secara simbolis ekspedisi itu.
Di Pelabuhan Arzew, MT Gunung Geulis akan mengangkut minyak bagian negara (lifting) yang pertama, hasil produksi Blok 405a Aljazair, yang baru saja diakuisisi Pertamina. Kargo “Saharan Crude Oil” berisi 600.000 barel minyak, akan dibawa pulang kapal jenis Large Range (LR) ini ke Tanah Air.
MT Gunung Geulis akan menempuh perjalanan selama sekitar 28-30 hari, untuk mengangkut kargo Saharan Crude sebanyak 600.000 barel dari pelabuhan yang dikelola oleh Sonatrach itu. Kargo tersebut akan dibawa ke Indonesia untuk dibongkar di Pelabuhan Balikpapan, yang selanjutnya diolah di RU V Balikpapan, Kalimantan Timur. Dengan pertimbangan kapasitas penyimpanan minyak mentah di Arzew dan lama waktu tempuh, kegiatan penjemputan Saharan Crude Oil direncanakan dua bulan sekali.
“Berlayarnya MT Gunung Geulis untuk mengangkut cargo hasil lifting Saharan Crude, merupakan bentuk komitmen Pertamina untuk selalu mejaga pasokan bagi ketahanan energi nasional,” tutur Hanung Budya.
Setelah aksi akuisisi Blok 405a milik ConocoPhilips, Pertamina kini mengelola tiga lapangan minyak utama, yaitu Menzel Lejmat North (MLN), EMK, dan Ourhoud. Pertamina memiliki 65% Participating Interest (PI) dan sekaligus bertindak selaku operator di lapangan MLN. “Selain itu, Pertamina memiliki 16,9% PI di lapangan EMK serta 3,7% PI di lapangan raksasa Ourhoud,” kata Hanung lagi.
Ia menerangkan, produksi minyak bagian Pertamina (net to share) pada Oktober 2013, sebesar 23.300 barel minyak per hari (BOPD). Diharapkan jumlah ini terus meningkat, hingga mencapai 32.000 BOPD pada 2016-2017.
“Selain di Aljazair, pada 29 November 2013, Pertamina melalui anak perusahaan PT Pertamina Irak EP, telah menyelesaikan proses akuisisi 10% PI pada lapangan super raksasa West Qurna Phase-1 (WQ1) di Irak dari Exxon Mobil. Saat ini produksi lapangan WQ1 sekitar 500.000 barel per hari,” ungkap Hanung.
Tanker MT Gunung Geulis, merupakan salah satu dari armada kapal Large Range (LR) Crude Oil Pertamina, yang telah memenuhi persyaratan SIRE. Sehingga dapat diterima oleh terminal-terminal minyak dan gas (migas) internasional di semua negara.
Hanung menambahkan, saat ini jumlah kapal yang digunakan Pertamina, mencapai 201 unit. Dari jumlah itu, sebanyak 59 unit merupakan kapal milik dan 142 sisanya merupakan kapal sewa.
“Perkuatan armada milik Pertamina akan semakin diperlukan di masa mendatang. Termasuk dalam upaya mendukung transportasi hasil produksi minyak bagian Pertamina di luar negeri, yang diprioritaskan untuk di bawah ke Tanah Air, seperti dari lapangan produksi di Aljazair maupun Irak yang baru saja diakuisisi oleh perusahaan,” pungkasnya.
(Abdul Hamid / duniaenergi@yahoo.co.id)
Komentar Terbaru