JAKARTA – Berawal dari keprihatinan Paguyuban Krajan akan ketergantungan Indonesia pada tusuk sate impor, dengan dukungan dari PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masyarakat Desa Sidomulyo tergerak membuka peluang bisnis baru.
PTBA bekerja sama dengan Paguyuban Krajan melaksanakan program Pengembangan produksi tusuk sate dengan memberdayakan 1.127 penduduk lanjut usia (lansia). Setiap harinya tak kurang dari 5 kg tusuk sate diproduksi oleh masing-masing lansia. Penghasilan tambahan yang diperoleh tiap lansia dari usaha ini dapat mencapai Rp 1,2 juta per bulan. Masyarakat yang diberdayakan dari program pembuatan tusuk sate pun melakukan kegiatan pemberdayaan dan amal dengan menyisihkan sebagian laba penjualan tusuk sate.
Program usaha produksi tusuk sate ini berhasil mendapatkan anugerah dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) karena telah memberdayakan 1.127 lansia.
Penghargaan diserahkan langsung oleh Direktur Operasional MURI Jusuf Ngadri kepada General Manager PTBA Unit Pelabuhan Tarahan Dadar Wismoko dan Ketua Paguyuban Krajan Samadi di Sentra Tusuk Sate Paguyuban Krajan, Lampung Selatan, Rabu (16/11).
Yusuf Ngadri, Direktur Operasional MURI, mengatakan rekor tersebut layak dicatat dan dianugerahi penghargaan karena program Corporate Social Responsibility (CSR) PTBA ini tak hanya sekadar mengembangkan usaha tusuk sate tapi juga memberdayakan para lansia.
“Program CSR pembuatan tusuk sate meningkatkan perekonomian lansia dan membantu perekonomian desa. Pembuatan tusuk sate oleh 1.127 lansia sangat layak untuk mendapat rekor MURI karena ini yang pertama di Indonesia, bahkan dunia,” kata Yusuf.
Dadar Wismoko, General Manager PTBA Unit Pelabuhan Tarahan, menyampaikan pihaknya sangat mendukung program ini karena pengembangan produksi tusuk sate membantu mengatasi masalah pengangguran di Desa Sidomulyo. PTBA Unit Pelabuhan Tarahan sejak tahun 2018 telah melakukan pendampingan dan pengembangan produksi tusuk sate di Desa Sidomulyo.
“Kami berkolaborasi dengan Paguyuban Krajan untuk memberdayakan teman-teman lansia supaya produktif kembali. Kami mulai mendampingi mereka sejak masih usaha konvensional sampai mereka punya rumah produksi sendiri. PTBA juga melakukan penguatan kelembagaan mitra binaan menjadi koperasi,” ujar Dadar Wismoko.
Setiap bulan, laba sebesar Rp 6-8 juta didistribusikan untuk operasional TPQ Mutiara Ummat Insani yang mengasuh 37 santri. Selain itu, sebagian laba juga disisihkan untuk bedah rumah para lansia. Sejauh ini sudah 7 unit yang mendapat bantuan bedah rumah.
“Pengembangan produksi tusuk sate merupakan bagian dari Program Bamboo for Life yang dijalankan PTBA sejak 2014 di area Pelabuhan Tarahan, kemudian dilanjutkan ke berbagai daerah di sekitar perusahaan. Penanaman bambu dilakukan untuk merestorasi lahan yang gersang. Secara kumulatif, sudah 13.624 unit pohon bambu pada lahan seluas 49 hektare (ha) yang ditanam PTBA di berbagai daerah di Provinsi Lampung. Serapan karbon mencapai 3.509 ton CO2e per tahun,” kata Dadar Wismoko.
Hamdani, Nanager Umum SDM dan CSR PTBA Unit Pelabuhan Tarahan, menambahkan bahwa pihaknya melakukan berbagai pendampingan pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan standar ESG dan GRC sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
“Tak hanya konservasi lingkungan, Program Bamboo for Life juga memberi manfaat pada masyarakat. PTBA Unit Pelabuhan Tarahan sejak 2018 membantu masyarakat melakukan hilirisasi bambu. Selain tusuk sate, bambu juga diolah menjadi cuka bambu dengan berbagai produk turunan seperti pupuk organik cair, hand sanitizer, obat herbal cuka bambu, hingga disinfektan,” ujarnya.
Program Bamboo for Life berhasil membawa PTBA meraih penghargaan PROPER Emas secara berturut-turut pada 2020 dan 2021.(RA)
Komentar Terbaru