JAKARTA- PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), emiten minyak dan gas, membukukan rugi bersih US$ 40 juta pada periode sembilan bulan 2015, dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencatat laba bersih US$ 33,24 juta.
Didit H Agripinanto, Direktur Energi Mega, mengatakan kerugian disebabkan beban penyusutan yang cukup tinggi. “Ini sebagai akibat diharuskannya perseroan mengaplikasikan metode standar akuntansi keuangan terbaru,” kata dia.
Laporan keuangan Energi Mega yang dirilis Kamis, mengungkapkan beban penyusutan perseroan pada periode sembilan bulan tahun ini mencapai US$ 253,86 juta, melonjak dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 163,49 juta. Akibat secara keseluruhan, beban penjualan naik 17,08% menjadi US$ 464,81 juta. Padahal disisi lain, pendapatan perseroan turun 22,87% menjadi US$ 465,14 juta. Hal ini membuat Energi Mega membukukan laba kotor anjlok menjadi hanya US$ 332,81 ribu pada sembilan bulan tahun ini dibanding laba kotor periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 206,07 juta.
Energi Mega Persada adalah perusahaan hulu minyak dan gas yang mengoperasikan 12 proyek migas dan gas metana batu bara di Indonesia dan Mozambik (Afrika). Pada Oktober 2015, salah satu blok yang dioperasikannya, Bentu PSC di Riau, Sumatera, telah mendapatkan persetujuan Plan of Further Development dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), untuk pengembangan lapangan gas Seng dan Segat.
Pengembangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi blok tersebut sebesar lebih dari 50 juta kaki kubik gas per hari, yang akan dimulai pada 2017. Tambahan produksi gas tersebut rencananya dijual ke Pertamina Dumai di kisaran harga US$7,5 – US$8 per MMBTU.
Emiten migas lainnya, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) sebelumnya juga melaporkan membukukan rugi bersih US$ 44,51 juta pada periode sembilan 2015 dibanding periode sama tahun lalu yang mencatat laba bersih US$ 7,77 juta. Kerugian yang diderita terutama disebabkan penurunan harga minyak hingga menekan pendapatan perseroan. Medco mencatat pendapatan US$ 418,06 juta, turun 24,26% dibanding periode sembilan bulan 2014 sebesar US$ 551,94 juta.(AT)
Komentar Terbaru