JAKARTA – Pemberlakuan program mandatory biodiesel 40% atau B40 yang selalu digaungkan pemerintah bakal dimulai tepat pada 1 Januari 2025 nyatanya tidak berjalan. Hingga kini campuran biodiesel dengan Solar masih 35% atau masih dalam program B35. Pemerintah sendiri mengakui ada keterlambatan pemberlakukan program B40 hanya tinggal manyisakan masalah administrasi aturan main.

Yuliot Tanjung, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan masih ada tersisa satu regulasi yang harus dirampungkan. Saat ini secara teknis menurut Yuliot proses transisi tetap berjalan.

“B40 Ini kita baru regulasinya, penetapannya yang baru kita sudah tetapkan dan nanti dalam pelaksanaanya masih ada transisi. Kepmen baru disampaikan, mudah-mudahan pekan ini kelar,” kata Yuliot di Jakarta, Kamis (2/1).

Sejak masih dipimpin Joko Widodo, pemerintah memang terlihat ngotot untuk menjalankan program B40. Jauh-jauh hari sudah ditegaskan program B40 akan berjalan tepat pada 1 Januari tapi sayangnya lagi-lagi hal itu hanya janji. Dari sisi kesiapan pasokan biodiesel sebenarnya tidak ada masalah. Bahkan pemerintah sendiri yang memastikan ketersediaan pasokan.

Hingga kini pemerintah mendata ada 34 badan usaha BBN yang memasok kebutuhan biodiesel. Namun itu pun tidak semuanya aktif tapi dia memastikan meskipun ada BU BBN tidak aktif dari sisi kemampuan sudah mumpuni.

PT Pertamina Patra Niaga (PPN) sebagai salah satu badan usaha yang jalankan program B40 dengan volume paling besar dan mendapatkan penugasan dari pemerintah juga mengaku telah siap mengemban tugas untuk meningkatkan porsi biodiesel di BBM jenis solar.

Heppy Wulansari, Corporate Secretary PPN mengungkapkan dari sisi kesiapan infraatruktur, PPN sudah siap mendukung program B40. Saat ini hanya tinggal menunggu lampu hijau dari pemerintah.

“Untuk B40, secara SK dari Kementerian ESDM sdh kami terima, tinggal kami menunggu detil teknis pelaksanaannya. Prinsipnya Pertamina Patra Niaga siap menyalurkan B40 untuk sektor transportasi dan industri sesuai kebijakan pemerintah,” jelas Heppy kepada Dunia Energi, Jumat (3/1).

B40 merupakan bahan bakar campuran solar sebanyak 60% dan bahan bakar nabati (BBN) dari kelapa sawit sebanyak 40%.Kementerian ESDM menyatakan volume B40 yang akan diproduksi ditargetkan sebanyak 15,62 juta kiloliter (KL).