JAKARTA – Pasca beroperasi kembali pada 29 Oktobert 2012, Tambang Emas Martabe tidak hanya menggenjot produksi. Di lokasi pertambangan itu juga, saat ini tengah dipersiapkan pembangunan kolam percontohan kualitas air sisa proses produksi.
Presiden Direktur Tambang Emas Martabe, Peter Albert mengungkapkan, sejak beroperasi kembali, pihaknya telah mengaktifkan pabrik pengolahan bijih emas yang telah berhenti berjalan selama enam minggu. Seperti diketahui, penghentian itu terpaksa dilakukan, karena warga menolak pemasangan pipa penyaluran air sisa proses produksi emas dan perak tambang itu.
“Selama penghentian, Tambang Martabe telah melakukan berbagai modifikasi proses dan pekerjaan mekanis untuk memastikan kapasitas produksi dapat segera kembali ke tingkat sebelumnya,” ujar Peter Albert di Jakarta, Rabu, 7 November 2012.
Kapasitas penuh produksi Tambang Emas Martabe sendiri mencapai 250.000 oz emas dan 2-3 juta oz perak per tahun. Dalam waktu yang tersisa di 2012 ini, Peter berupaya mengejar produksi hingga 43.000 oz emas dan 334.000 oz perak hingga akhir tahun.
Pemasangan pipa penyaluran air itu akhirnya dilanjutkan kembali pada Selasa, 30 Oktober 2012, setelah dilakukan diskusi intensif dan menyeluruh dengan stakeholder lokal dilaksanakan. Menurut Albert, pemasangan pipa sepanjang 2,7 kilometer itu dijadwalkan rampung dalam tiga minggu. “Namun semuanya sangat tergantung pada kondisi cuaca,” jelasnya.
Dari sisi kinerja eksplorasi, juga telah terjadi peningkatan sumber daya dan cadangan emas serta perak yang signifikan, sebesar 1,55 juta oz emas dan 10,8 juta oz perak sejak Juli 2011 dari deposit Purnama Timur, Tor Uluala dan Horas. Sekarang sumber daya Tambang Martabe telah mencapai 8,05 juta oz emas dan 77 juta oz perak.
Pengelolaan Lingkungan Optimal
Seiring dengan konstruksi, eksplorasi, dan produksi yang terus berlangsung, Albert mengaku tambang yang dipimpinnya akan terus meningkatkan performanya terhadap pengelolaan lingkungan. Karena kinerja pengelolaan lingkungan yang optimal, menjadi standar kerja G-Resources Group selaku pemegang saham mayoritas di Tambang Martabe.
Pemasangan pipa pengaliran air sisa proses, termasuk salah satu wujud pengelolaan lingkungan optimal yang dilakukan Tambang Martabe. Pengaliran air sudah melalui studi kelayakan intensif, dan mendapat izin seperti tertera dalam dokumen Analisis Masalah dan Dampak Lingkungan (AMDAL) yang disetujui Bupati Tapanuli Selatan, pada Maret 2008.
Dalam dokumen AMDAL yang juga disosialisasikan kepada warga, disebutkan bahwa kelebihan air yang sebenarnya sebagian besar diakibatkan tingginya curah hujan, akan diproses dalam Instalasi Pemurnian Air atau Water Polishing Plant (WPP) yang saat ini sudah dibangun dalam areal Tambang Emas Martabe.
Dengan demikian, kata Peter, air yang dialirkan sama sekali tidak membahayakan ekosistem, maupun ribuan warga yang menggantungkan hidup pada sungai Batangtoru. Air yang dihasilkan pun sudah memenuhi standar baku mutu, berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 202 tahun 2004, sebelum dilepas kembali ke lingkungan.
Selain itu, Tambang Martabe juga akan membangun pond (kolam) percontohan pengaliran air sisa proses produksi. Pada kolam tersebut, akan dilepaskan berbagai mahluk hidup seperti ikan dan unggas, guna menunjukkan bahwa air sisa proses yang dialirkan memang sama sekali tidak berbahaya.
Meski demikian, guna menjamin keamanannya dari berbagai gangguan eksternal, menurut Albert kolam itu akan dibangun di dalam areal tambang. “Siapa pun termasuk warga yang ingin melihat langsung kolam percontohan tersebut, akan diizinkan masuk,” jelasnya.
(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)
Komentar Terbaru