JAKARTA – Hilirisasi yang saat ini tengah digenjot pemerintah terbukti memberikan dampak sangat buruk terhadap lingkungan sekitar wilayah yang menjadi pusat pengolahan mineral. Menariknya hal itu terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan Bahlil Lahadalia dalam studi doctoral bidang Kajian Stratejik Glonal dengan riset yang berjudul Kebijakan, Kelembagaan dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia.

Bahlil Lahadlia, dalam sidang promosi Doktor mengungkapkan bahwa dari sisi ekonomi dampak dari hilirisasi sangat baik terutama untuk urusan peningkatan penerimaan negara. Namun ternyata dampak lain yang ditimbulkan tidak sedikit.

“Kalau kita lihat cokelat (tabel) itu berada di di daerah Morowali kawasan industri Morowali dilakukan sejak tahun 2012-2013 tapi waktu itu belum masif, mulai jalan dan masif di 2016-2017, jujur di republik ini belum ada kawasan industri dilakukan paralel masif di Morowali, ini barang baru sekali. Dan kemudian ini terjadi sampai dengan sekarang ini, kita tahu kondisinya (lingkungan) nggak terlalu baik makanya sangat buruk,” kata Bahlil memaparkan hasil risetnya, Rabu (16/10).

Hasil penelitian yang dilakukan Bahlil menunjukkan empat masalah utama dari dampak hilirisasi yang membutuhkan penyesuaian kebijakan. Empat masalah tersebut adalah ketidakadilan dana transfer daerah, keterlibatan pengusaha daerah yang minim, keterbatasan partisipasi perusahaan Indonesia dalam sektor hilirisasi bernilai tambah tinggi, serta belum adanya rencana diversifikasi pasca-tambang.

“Hilirisasi memberikan dampak positif, namun sebagai orang daerah, masih ada yang harus diperbaiki. Terkait dengan kebijakan hilirlisasi yang belum adil bagi daerah, kedua kelembagaan hilirisasi di Indonesia yang masih parsial, tata kelola yang harus diperbaiki,” ujar Bahlil.

Bahlil Lahadalia dalam penelitian merekomendasikan empat kebijakan utama dalam mengantisipasi permasalahan tersebut yaitu reformulasi alokasi dana bagi hasil terkait aktivitas hilirisasi, penguatan kebijakan kemitraan dengan pengusaha daerah, penyediaan pendanaan jangka panjang untuk Perusahaan nasional di sektor hilirisasi, kewajiban bagi investor untuk melakukan diversifikasi jangka panjang.

Bahlil juga menegaskan pentingnya pembentukan Satuan Tugas yang dapat mengorkestrasikan implementasi kebijakan hilirisasi untuk menjadi lebih efektif. Lembaga tersebut perlu mendapat mandat dari presiden sehingga berwenang melakukan koordinasi seluruh pihak baik pemerintah maupun pelaku usaha dan mobilisasi sumber daya untuk menyukseskan hilirisasi.

“Perlu adanya kementerian dan lembaga negara yang ditunjuk untuk jadi orkestra hilirisasi. Di Korea Selatan, Jepang, China itu ditempelkan dengan kementerian-kementerian yang bisa eksekusi izin kalau nggak nanti orang Papua bilang tulis lain, baca lain, bikin lain karena terjadi egosektroal,” kata Bahlil.

Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) menggelar acara Sidang Terbuka Promosi Doktor Bahlil Lahadalia yang dipimpin oleh Ketua Sidang Prof Dr. I Ketut Surajaya, S.S., M.A. dan dihadiri oleh Promotor Prof. Dr. Chandra Wijaya, M.Si., M.M, serta ko-promotor Dr. Teguh Dartanto, S.E., M.E dan Athor Subroto, Ph.D. Dalam sidang terbuka promosi doktor tersebut, Bahlil Lahdalia diuji oleh Dr. Margaretha Hanita, S.H., M.Si., Prof. Dr. A. Hanief Saha Ghafur, Prof. Didik Junaidi Rachbini, M.Sc., Ph.D., Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si., dan Prof. Dr. Kosuke Mizuno.

Sidang gelar Doktor Bahlil ini sendiri sempat mendapatkan sorotan lantaran waktu yang ditempuh Bahlil tergolong sangat singkat untuk orang yang sedang melakukan studi gelar Doktor.

Namun pihak Universitas Indonesia turun tangan langsung menepis adanya kejanggalan dalam pemberian gelar Doktor kepada Bahlil.

Stanislaus Riyanta, Sekretaris Program Studi Doktor Kajian Stratejik Global SKSG UI, menjelaskan sebelum sampai pada tahap Sidang Terbuka Promosi Doktor, Bahlil Lahadalia sebagai mahasiswa riset Program Studi Doktor Kajian Stratejik Global SKSG UI telah menempuh rangkaian tahapan ujian yaitu Seminar I yang dilakukan pada 15 Juni 2023, Seminar 2 pada 26 Oktober 2023, Seminar 3 pada 22 Desember 2023, dan Ujian Proposal Riset pada 27 Januari 2024. Selanjutnya Bahlil Lahadalia menempuh Ujian Hasil Riset pada 19 Juni 2024, Ujian Seminar Hasil Riset I pada 10 Juli 2024, dan Ujian Hasil Riset 2 pada 27 September 2024.

Setiap tahapan yang telah dilakukan oleh Bahlil kata Stanislaus sebagai mahasiswa riset pada program studi Doktor Kajian Stratejik dan Global SKSG UI diuji oleh dosen-dosen yang mempunyai kepakaran sesuai dengan bidang penelitiannya. “Selain itu untuk menjamin mutu dan transparansi dosen penguji tersebut tidak hanya dari internal SKSG tetapi juga lintas Fakultas di Universitas Indonesia, dan melibatkan pula penguji dari luar Universitas Indonesia,” kata Stanislaus.