JAKARTA – Insiatif Nusa Penida 100% energi terbarukan telah diumumkan dalam acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 pada 5 September 2024. Komitmen proyek ini telah ditandatangani nota kesepahaman oleh PT PLN (Persero), IESR, KADIN, METI, AESI, AEAI, dan BDF yang disaksikan oleh Pemerintah Provinsi Bali.

Ketua Asosiasi Energi Angin Indonesia (AEAI), Agung Hermawan, mendukung proyek ini. Dia menyebutkan potensi pengembangan energi bayu di Nusa Penida memang cukup menjanjikan. Berdasarkan kajian, pulau tersebut memiliki potensi angin yang dapat mendukung pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) skala kecil hingga menengah.

“Angin menjadikannya salah satu opsi untuk membantu Nusa Penida mencapai target 100% energi terbarukan pada 2030,” ujar Agung, Kamis(5/9).

Agung mengatakan bahwa AEAI siap memainkan peran kunci dalam mendukung pengembangan dan target pada 2030 dengan menjadi penghubung antara Pemerintah dan pengembang energi. Dengan demikian akan membantu menyediakan informasi terkait regulasi, serta mempromosikan dan mengadvokasi kebijakan energi terbarukan.

“AEAI juga aktif mendorong terciptanya iklim investasi yang lebih baik, serta berkolaborasi dengan sektor swasta dan pemerintah untuk mempercepat pengadaan proyek PLTB di berbagai wilayah, termasuk Nusa Penida,” ujar Agung.

Lebih lanjut Agung mengungkapkan ada beberapa inovasi pembiayaan terkait pengembangan PLTB di Nusa Penida yang memungkinkan masyarakat lokal terlibat secara aktif dalam proyek ini. Salah satunya adalah skema crowdfunding, di mana masyarakat lokal hingga internasional bisa berkontribusi langsung dalam pendanaan pembangunan turbin angin tanpa perlu modal besar.

“Mereka ikut merasa memiliki proyek energi terbarukan ini. Selain itu, melalui kemitraan publik-swasta (PPP), perusahaan energi, pemerintah, dan masyarakat dapat bekerja sama membangun serta mengoperasikan PLTB,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Energi Angin Indonesia (AEAI), Feiral Rizky Batubara, menyampaikan bahwa masyarakat lokal juga dapat dilibatkan dalam pelatihan dan pekerjaan, sehingga ada dampak positif bagi ekonomi mereka.

Pemerintah dapat berperan dengan memberikan insentif seperti subsidi, yang dapat menurunkan biaya awal proyek dan menjadikannya lebih menarik bagi para investor dan komunitas.
“Semua upaya ini diharapkan dapat mempercepat tercapainya target 100% energi terbarukan di Nusa Penida. Kami (AEAI) ingin menciptakan iklim investasi yang lebih baik dan mempercepat pengadaan proyek energi angin di wilayah ini” kata Feiral Rizky Batubara.

Sebagai informasi, potensi energi terbarukan di Nusa Penida, menurut analisis IESR dan Center of Excellence Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana, mencapai lebih dari 3.219 megawatt (MW).(RA)