JAKARTA – Lonjakan penjualan LPG diproyeksikan kembali akan terjadi seiring datangnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri 2018. Untuk mengantisipasi, PT Pertamina (Persero) menambah volume ekspor.
Kusnendar, Vice President Gas Domestic Pertamina, mengungkapkan setiap tahun saat masa puasa dan lebaran rata-rata kenaikan penjualan mencapai 3%, namun pertumbuhan konsumsi selama masa satgas tahun ini diperkirakan akan melebihi konsumsi pada tahun-tahun sebelumnya.
“Kenaikan hampir 3% tahun-tahun lalu, tapi tahun ini kami naikkan jadi 4%, melebihi dari yang sudah sudah. Tahun lalu itu sekitar 2,7% (peningkatannya),” kata Kusnendar saat konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, Rabu (16/5).
Penambahan pengadaan impor LPG sekitar 1-2 kargo tidak terlalu banyak karena hanya bertujuan mengamankan stok yang dimiliki Pertamina.
Pertamina memproyeksikan peningkatan penjualan dimulai pada H-30 lebaran hingga H+15. Rata-rata penjualan di hari normal adalah 23,12 ribu metrik Ton (MT) per hari, sementara proyeksi selama satgas peningkatannya mencapai 24,11 ribu MW. Proyeksi peningkatan kebutuhan puncak mampu mencapai 27 ribu MT.
Untuk ketahanan stok LPG saat ini mencapai 363,042 ribu MT yang cukup untuk 17 hari.
Kusnendar mengatakan untuk tahun ini peningkatan penjualan juga lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. “LPG tahun-tahun lalu itu 13%. Tapi antisipasi H-7 sebelum lebaran (tahun ini) 17%,” tukasnya.
Basuki Trikora Putra, Direktur Pemasaran Korporat Pertamina, menambahkan selama ini pemenuhan kebutuhan LPG masih didominasi dari pasokan luar negeri. Pasalnya, kemampuan dalam negeri hanya mampu memenuhi 30% dari kebutuhan. Pertamina tercatat mengimpor 9-10 kargo LPG setiap bulan.
“Kami kan 70% LPG berasal dari impor dan 30% sisanya produksi kilang Pertamina dan swasta. Kami impor kurang lebih 9-10 kargo per bulan,” kata Basuki.
Untuk tambahan impor LPG, Pertamina hanya tinggal menambah kuota normal yang biasa dikirim. Ini bisa dilakukan karena Pertamina sudah berkontrak jangka panjang, sehingga ada kepastian pasokan LPG.
“Dari kontrak yang jangka panjang (impornya), selama 10 tahun,” tandas Basuki.(RI)
Komentar Terbaru