JAKARTA – Permintaan yang masih cukup kuat dari pasar ekspor, mendorong PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam memutuskan untuk kembali menaikkan target produksi dan penjualan bijih nikel di 2013. Langkah ini juga diambil demi menyehatkan arus kas perusahaan tambang milik negara ini.
Corporate Secreatry Antam, Tedy Badrujaman mengungkapkan, sepanjang 2012 permintaan dunia akan bijih nikel masih cukup kuat. Antam pun mampu memproduksi hingga 9.448.435 wet metric ton (wmt) bijih nikel sepanjang tahun lalu, melampaui target yang ditetapkan sebesar 9,21 juta wmt.
Ia memerinci, dari total produksi bijih nikel Antam di 2012, sebanyak 6.470.697 wmt merupakan bijih nikel kadar tinggi, dan 2.977.738 wmt bijih nikel kadar rendah.
Peningkatan produksi bijih nikel ini, kata Tedy, juga diikuti oleh kenaikan volume penjualan bijih nikel di 2012, mencapai 8.004.210 wmt.
“Untuk Kuartal IV-2012 saja, produksi total bijih nikel Antam tercatat sebesar 3.252.762 wmt dengan volume penjualan mencapai 2.960.478 wmt,” ujarnya di Jakarta akhir pekan lalu.
Dengan kenaikan volume penjualan, pendapatan tidak diaudit Antam dari bijih nikel di 2012 tercatat sebesar Rp3,07 triliun. Naik signifikan dibandingkan pencapaian di 2011 sebesar Rp2,46 triliun.
Untuk memaksimalkan arus kas, kata Tedy, maka pada 2013 Antam kembali menaikkan target produksi bijih nikel menjadi 13 juta wmt. Demikian pula dengan target penjualan bijih nikel, dinaikkan menjadi 11,5 juta wmt di tahun 2013.
Seperti yang pernah diungkapkan Direktur Utama Antam, Alwinsyah Lubis pertengahan 2012 lalu, bijih nikel menjadi andalan penerimaan Antam ditengah belum stabilnya harga feronikel. Alasan itulah yang mendorong Antam terus menaikkan target produksi dan penjualan bijih nikelnya.
Diakui Alwin, penjualan emas memang banyak menolong kinerja keuangan Antam di 2012 maupun tahun-tahun sebelumnya, disaat harga feronikel anjlok akibat krisis di Eropa. Namun Antam tidak mungkin menaikkan produksi emas secara signifikan, karena terkendala secara teknis. Maklum, dua tambang emas Antam di Pongkor dan Cibaliung merupakan tambang bawah tanah.
Maka dari itu, kepada bijih nikel harapan selanjutnya digantungkan. “Sepanjang kondisi perekonomian di Eropa belum pulih, pasar China dan Korea Selatan diharapkan dapat menyerap peningkatan produksi bijih nikel Antam,” tutur Alwin 2012 lalu.
(Abraham Lagaligo/abrahamlagaligo@gmail.com)
Komentar Terbaru