Hampir setiap aktivitas manusia di zaman globalisasi ini menggunakan energi, mulai dari kegiatan di rumah hingga di kantor, transportasi, pabrik atau industri, bahkan aktivitas individu.

Namun, penggunaan energi fosil membawa dampak negatif seperti perubahan iklim dan pencemaran yang berbahaya, termasuk pencemaran air, udara, dan tanah yang dapat merusak ekosistem serta mempengaruhi kesehatan manusia sehingga diperlukan adanya solusi menghadapi masalah ini salah satunya dengan melibatkan generasi muda untuk berpartisipasi dalam transisi energi.

Generasi muda dikenal memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat, mudah menerima nilai dan gagasan baru, memiliki sikap inovatif dan kreatif, menunjukkan rasa solidaritas dan kepedulian sosial yang tinggi, responsif terhadap peristiwa di sekitar, mengedepankan idealisme, serta mampu berpikir positif dan mandiri.

Generasi muda dapat berperan secara signifikan dan aktif dalam menjaga ketahanan energi selama era transisi. Peran generasi muda sangat vital bagi masa depan bangsa, terutama dalam menyebarluaskan informasi tentang pentingnya pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), menciptakan inovasi teknologi, dan mendirikan usaha baru dengan memanfaatkan potensi energi.

Khususnya dalam industri migas, yang merupakan elemen penting untuk menjaga ketahanan energi di masa depan, generasi muda harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Maka dari itu, penting bagi pemerintah untuk mendorong keberadaan generasi muda yang peduli dalam mengendalikan era transisi ini.

Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan, berperan sebagai faktor utama dalam mendukung berbagai aktivitas sehari-hari. Energi fosil seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara yang digunakan terus-menerus tanpa memperhatikan jumlahnya dapat menyebabkan krisis energi di masa depan.

Ketergantungan pada energi fosil menjadikan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai solusi utama untuk mencapai ketahanan energi dan keberlanjutan lingkungan.

Generasi muda berperan penting dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya EBT melalui media sosial, kampanye digital, dan penyuluhan komunitas. Generasi muda dapat memanfaatkan berbagai platform media sosial, untuk menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran akan isu-isu terkait keberlanjutan energi.

Dengan menyelaraskan teknologi dalam strategi komunikasi, generasi muda tidak hanya dapat menarik perhatian masyarakat tetapi juga mendorong tindakan nyata dalam penggunaan energi terbarukan. Selain itu, pentingnya kerja sama antara pihak pemerintah dan akademisi agar dapat bersinergi dalam mempercepat kemajuan pengembangan EBT di Indonesia.

Setiap generasi menghadapi tantangan berbeda dalam mengelola ketahanan energi, dipengaruhi oleh keadaan zaman dan perkembangan teknologi. Generasi Baby Boomer dan X menghadapi tantangan akibat pola konsumsi yang tidak efisien dan rendahnya kesadaran akan keberlanjutan energi.

Sementara itu, generasi Milenial dan Z menghadapi tantangan digilitalisasi yang cepat sehingga memiliki kemampuan yang lebih baik dalam beradaptasi dengan teknologi baru dalam pengelolaan energi. Melalui media sosial, generasi muda meningkatkan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan di sekolah atau komunitas.

EBT atau renewable energy, menjadi solusi untuk mengatasi ketergantungan pada energi fosil yang jumlahnya terbatas. Sebagai negara dengan kekayaan alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaat energi air sebagai sumber energi alternatif.

Pada masa depan, sumber energi akan bergantung terhadap EBT untuk menggantikan peran energi fosil yang langka. Sumber-sumber seperti energi matahari, air, angin, dan biogas menjadi solusi utama dalam keberlanjutan energi di Indonesia melalui inovasi dan pengembangan pembangkit listrik tenaga alternatif.

Dengan memanfaatkan potensi ini secara efektif, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional dan memastikan ketersediaan yang berkelanjutan untuk masa depan.

Untuk meraih tujuan penggunaan EBT sebesar 23% pada tahun 2025, diperlukan partisipasi dari generasi muda dalam mempercepat perubahan dalam sektor energi. Dukungan dan partisipasi dari generasi muda berupa semangat, dorongan, dan kreativitas sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses pada era transisi. Pencapaian dasar dalam perencanaan ketahanan energi untuk generasi muda telah berkembang dari masa ke masa, mencerminkan tantangan dan kebutuhan di
era transisi.

Saat ini, perencanaan beralih pada implementasi nyata, seperti mendorong inovasi teknologi hemat energi dan membangun kolaborasi lintas sektor melalui kampanye digital dan advokasi kebijakan lingkungan. Peran generasi muda saat ini tidak hanya menjadi pengguna tetapi juga penggerak utama perubahan dengan fokus pada pengembangan teknologi penyimpanan energi, peningkatan efisiensi distribusi, serta menciptakan gaya hidup ramah lingkungan sehingga dengan adanya peran generasi muda diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mewujudkan ketahanan energi yang lebih baik untuk sekarang dan masa yang akan datang.