JAKARTA – Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia Rovicky Dwi Putrohari mengingatkan bahayanya professional migas bekerja di luar negeri bagi industri migas Indonesua Sangat mungkin terjadi technical gap karena kekurangan SDM dengan experience 10 tahun sampai 20 tahun. “ujar Rovicky
Umumnya yang bekerja di luar negri rata-rata pada rentang pengalaman seperti itu,. “ Demandnya memang begitu. Mereka dianggap sudah matang dan sudah mampu mengerjakan proyek sendiri,” Rovicky menambahkan .
Dalam industri migas, orang dengan pengalaman 10-20 tahun boleh disebut usia emas. Di atas 20 tahun umumnya sudah bekerja di level manajerial. Yang 0-5 tahun periode belajar, 5-10 tahun mengarah kepada kehalian yang lebih spesial, apakah sebagai spesialis reservoar, spesialis geologi atau yang lainnya.
Di Indonesia Tak banyak perusahaan yang mempunyai program untuk fresh graduate. Umumnya perusahaan-perusahan besar masih mempertahankannya seperti Pertamina dengan program BPS (Bimbingan Profesi Sarjana). Ini sebenarnya bagus untuk industrinya, tapi terasa kurang adil bagi perusahaan karena karyawannya setelah jadi justru dibajak perusahaan lain. Perusahaan tak bisa menghalang-halangi. Yang harus dilakukan menawarkan oppurtunity sehingga karyawan tak tergiur tawaran bekerja di luar negri (lengkapnya lihat wawancara )
Komentar Terbaru