MEDAN – Perubahan iklim menjadi satu tantangan paling besar yang dihadapi dunia pada saat ini dan masa depan. Karena itu generasi muda seperti mahasiswa harus didorong berperan aktif dalam berbagai upaya penanganan perubahan iklim, termasuk melalui pendekatan kebijakan publik.
Saat ini penanganan perubahan iklim menuntut adanya dukungan sosial politik seperti melalui kebijakan publik. Hal ini penting agar upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dapat berjalan berkesinambungan, serta mendapat dukungan penuh semua pihak.
Generasi muda seperti mahasiswa diharapkan menjadi kekuatan penggerak dalam mendorong adanya kebijakan publik, dan mengambil bagian aktif dalam menyuarakan topik ini kepada calon pemimpin Indonesia, baik di pusat maupun daerah.
Peran generasi muda sangat besar untuk mendorong penanganan perubahan iklim menjadi agenda penting dalam pemerintahan mendatang. Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Utara, jumlah pemilih di Sumut mencapai 10.853.940 pemilih di Daftar Pemilih Tetap (DPT). Sekitar 50 persen pemilih di Sumut adalah generasi Z.
Sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan memperdalam pemahaman generasi muda terhadap penanganan perubahan iklim, Yayasan Perspektif Baru didukung oleh Konrad Adenauer Stiftung (KAS), bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) dan mengadakan Seminar Nasional Hybrid dengan tema “Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim melalui Kebijakan Publik”. Kegiatan diadakan pada Rabu (04/10) di FISIP USU, Medan, Sumatera Utara.
Hadir sebagai pembicara adalah adalah Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG Ardhasena Sopaheluwakan, Ketua Institut Hijau Indonesia Chalid Muhammad, dan Dosen FISIP – USU R. Hamdani Harahap. Adapun pidato pembukaan disampaikan Prof. Dr. Muryanto Amin, Rektor Universitas Sumatera Utara. Tampil sebagai keynote speaker Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, Kepala Badan BMKG. Sedangkan Pidato Penutup (closing statement) oleh Dr. Hatta Ridho, Dekan FISIP USU.
Dwikorita Karnawati dalam pembukaan seminar mengatakan bahwa perubahan iklim merupakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh umat manusia. Pada saat ini, laju pemanasan global sudah sekitar 1.2 derajat Celcius diatas periode pra-industri. Dengan perkembangan laju perubahan iklim seperti sekarang, umat manusia akan menghadapi dua tantangan utama pada pertengahan abad 21 yang akan datang yaitu tekanan pada sumber daya air pada banyak wilayah dunia yang dikenal sebagai global water hotspot. Dampak lebih lanjut dari kelangkaan air ini adalah pada ketahanan pangan global. Langkah antisipasi terbaik bagi Indonesia memastikan ketahanan air dan ketahanan pangan, agar Indonesia dapat berketahanan dan pembangunan dapat berlanjut.
Ketua Yayasan Perspektif Baru Hayat Mansur mengatakan keterlibatan generasi muda menjadi keharusan karena mereka yang akan paling merasakan dampak perubahan iklim di masa depan. Salah satu bentuk kontribusi generasi muda adalah dengan ikut mengkomunikasikan pentingnya penanganan perubahan iklim. Karena itu generasi muda seperti mahasiswa perlu memiliki kesadaran dan pemahaman mengenai perubahan iklim. “Generasi muda yang cerdas iklim dapat menjadi aktor utama dalam penanganan perubahan iklim,“ kata Hayat Mansur
Menurut Ardhasena Sopaheluwakan, dalam laju perubahan iklim yang terus terjadi, selain upaya mitigasi untuk mereduksi emisi Gas Rumah Kaca, upaya adaptasi yang berbasis data, sains dan layanan informasi iklim harus diperkuat. Tidak ada sektor kehidupan dan aktifitas manusia yang tidak terdampak oleh perubahan iklim, oleh karena itu upaya sistematis untuk adaptasi yang dilakukan oleh sektor-sektor, perlu dituangkan dalam kebijakan yang didukung oleh data, sains, dan layanan informasi iklim.
Menurut Chalid Muhammad, Pemanasan global dan perubahan iklim itu nyata dan dampaknya telah terlihat. Kita tidak punya banyak waktu untuk bertindak nyata menurunkan emisi penyebab pemanasan global. Saatnya orang muda diseluruh belahan dunia berteriak lebih keras dan nyaring agar para pembuat kebijakan di semua negara lalukan langkah radikal turunkan emisi penyebab gas rumah kaca. Saatnya gaya hidup hijau menjadi bagian dari kehidupan kita dan dapat dimulai dari generasi muda.
Menurut R. Hamdani Harahap, perlunya generasi muda terutama mahasiswa untuk memahami tentang Perubahan Iklim. Generasi muda/mahasiswa sangat strategis untuk memahami perubahan iklim karena akan mewarisi bumi ini dan menghadapi dampak jangka panjang serta menanggung akibat dari perubahan iklim ini. Pemahaman tentang perubahan iklim akan membantu mereka mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi masa depan mereka.
“Generasi muda dapat berkontribusi dalam mencari solusi kolaboratif dan menghadapi tantangan ini. Solusi yang dapot dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim adalah dengan pendidikan dan penyadaran, mengurangi emisi gas rumah kaca, menggunakan energi terbarukan dan mengurangi limbah dan mengelola sampah serta mendukung inisiatif dan organisasi lingkungan,“ kata Hamdani.(RA)
Komentar Terbaru