PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) adalah perusahaan yang dibentuk untuk mengambilalih wilayah kerja Mahakam dari Total E&P Indonesie. Berdiri pada 29 Desember 2015 dengan 99,93% kepemilikan saham dikuasai PT Pertamina Hulu Indonesia, PHM adalah kontributor utama gas bagi Pertamina. PHM melaksanakan kegiatan eksplorasi dan produksi pada wilayah kerja seluas 3.226 km2 di Kalimantan Timur dengan tujuh lapangan produksi migas, yaitu Tambora, Tunu, Sisi Nubi ,Handil, Bekapai, Peciko, dan South Mahakam. PHM juga memiliki enam fasilitas produksi, 30 platform offshore, 1.700 km jaringan pipa, lima rigs pengeboran, 127 sumur pengeboran, 30 well intervention barges, dan total sumber daya manusia yang bekerja di PHM sekitar 3.500 orang.

Pada Jumat (2/10) lalu, PHM memiliki GM baru, yaitu Agus Amperianto. Mantan GM Pertamina EP (PEP) Asset 4 itu menggantikan John Anis yang promosi menjadi Direktur PT Pertamina Internasional EP, perusahaan sektor hulu Pertamina yang mengelola ladang migas di luar negeri. Tugas berat bagi Agus memimpin PHM di tengah penurunan harga minyak dan pagebluk Covid-19 serta konsumsi BBM di tingkat global yang cenderung turun. Walhasil, banyak tantangan yang dihadapi mantan field manager di PEP Asset 1 Rantau, PEP Asset 4 Cepu, dan PEP Asset 1 Ramba yang dikenal smart, humble, dan dekat dengan para pekerja Pertamina tersebut.

Apa strategi Agus, sarjana teknik perminyakan UPN Veteran Yogyakarta itu, demi meningkatkan produksi dari lapangan yang dikelola PHM? Apa tantangan yang kemungkinan muncul untuk merealisasikan rencana tersebut? Untuk mengetahui lebih jauh soal itu, berikut wawancara wartawan Dunia Energi Dudi Rahman dengan GM PHM Agus Amperianto pada Selasa (6/10). Berikut petikannya.

Industri migas menghadapi persoalan serius tahun ini. Bisa dipastikan kinerja seluruh perusahaan migas di dunia akan turun drastis, termasuk PHM. Bisa dijelaskan apa program Anda ke depan agar kinerja PHM dapat meningkat di tengah pandemi Covid-19 dan harga minyak yang rendah?
Ada beberapa program prioritas yang saya siapkan. Pertama, Quality, Health, Safety, Security, and Environment (QHSSE) & Sustainability. Saya berupaya menerapkan prinsip QHSSE Excellence dan aspek 3P (People, Planet, Profit) dalam setiap kegiatan bisnis, dengan cara menurunkan tingkat TRIR sebesar 5% per tahun dan meningkatkan continous improvement program. Kedua, Procurement: Saya akan mendorong agar proses pengadaan dilakukan bersama antar- AP PHI dan dilakukan sinergi dengan AP Services Pertamina. Ketiga, aspek Human Capital Development. Saya akan meningkatkan HR Productivity dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan pekerja dengan pembelajaran. Keempat, Compliance, yaitu mengelola kepatuhan terhadap pedoman internal dan peraturan yang berlaku, serta implementasi Good Corporate Governance (GCG) untuk diterapkan di seluruh Grup PHI. Kelima, masalah finansial, komersial, dan portofolio.

Selain itu?
Ada dua lagi, yaitu Resources & Reserve Management. Strategi peningkatan cadangan dan sumber daya dilakukan dengan cara meningkatkan Reserve Replacement Ratio (RRR) dan memperpanjang Reserve to Production (R to P). Selain itu, melakukan pembentukan subsurface portfolio dan rencana jangka panjang perusahaan. Terakhir adalah Operation Excellence, yaitu semua kegiatan operasional dan proyek perusahaan dilakukan dengan prinsip On Target, On Budget, On Schedule, On Return (OTOBOSOR).

Kondisi pandemik Covid-19 diproyeksikan berlanjut hingga 2021. Bagaimana program Anda itu akan diimplementasikan?
Harga minyak dunia yang terus menurun selama 2020 sempat memberi tekanan terhadap industri hulu migas, banyak program kerja yang terpaksa ditunda karena pemotongan anggaran untuk menekan biaya produksi sehingga kami harus memutar otak untuk memanfaatkan sumber daya alam di internal yang kita miliki. Untuk dapat mengimplementasikan program–program tersebut, saya yakin bahwa tim bisa menemukan inovasi baru atau melakukan modifikasi pada teknologi yang sudah tersedia demi meningkatkan lifting minyak dan gas bumi.

Apa prioritas jangka pendek Anda hingga akhir 2020?
Kami fokus pada masalah finansial, komersial, dan portofolio. Kami mencoba untuk melakukan cost efficiency dan meningkatkan ekspor LNG serta mengurangi impor LPG melalui sinergi dengan refinery unit Pertamina. Peningkatan keekonomian blok juga salah satu prioritas saya.

Mengapa itu jadi skala prioritas jangka pendek?
Dengan adanya penghematan budget di segala lini sehingga kami harus memperhatikan aspek finansial agar cost efficiency dapat kami lakukan serta mencari strategi untuk meningkatkan produksi migas di sisa akhir 2020 dengan memanfaatkan sumber daya yang kami miliki.

Bisa dijelaskan realisasi produksi dan lifting PHM hingga akhir kuartal III 2020?
Dari laporan teman-teman di PHM, hingga kuartal III 2020, produksi gas 606 MMSCFD, ini sekitar 101% terhadap RKAP 2020 maupun RKAP Revisi 2020. Sedangkan produksi minyak tercatat 29.600 BOPD atau 104% dari target dalam RKAP 2020 dan 102% terhadap RKAP Revisi 2020. Adapun lifting gas 585 MMSCFD atau 119% dari RKAP 2020 atau 103% dari RKAP revisi 2020. Sedangkan lifting minyak 28.300 BOPD atau 98% dari target dalam RKAP 2020 dan 97% RKAP Revisi 2020.

Mengapa lifting gas PHM melewati target RKAP sedangkan minyak belum achieve?
Realisasi lifting gas positif berkat penambahan spot kargo pada Juni 2020, selain karena ada peningkatan alokasi domestik setelah penundaan aliran Marakesh hingga 2021. Lifting minyak memang masih lebih rendah dari target RKAP karena masih ada carry over lifting yang akan dilakukan setelah permintaan minyak dari kilang yang rendah pada Mei 2020.

Apa upaya yang akan Anda lakukan di kuartal IV 2020 agar produksi PHM minimal stabil?
Sesuai dengan tujuh prioritas yang telah disampaikan, di Kuartal IV 2020, saya akan segera konsolidasi internal dengan tim manajemen PHM untuk mencari solusi jangka pendek dalam pemenuhan target produksi hingga akhir 2020.

Lapangan saja yang menjadi andalan PHM hingga kuartal III 2020?
PHM memiliki beberapa Lapangan yang berkontribusi terhadap produksi secara keseluruhan bagi PHM, antara lain adalah Lapangan Bekapai, Senipah, dan Peciko. Untuk lapangan Peciko, baru – baru ini telah dilakukan Sail Away Proyek Peciko 8A, atau proyek pemasangan Booster Compressor dan berbagai komponen pendukung serta modifikasi anjungan. Proyek ini diharapkan berhasil menambah panjang usia produksi ke tujuh sumur yang bermuara di platform SWP-G hingga 2028

Anda optimistis kinerja PHM hingga akhir 2020 akan lebih baik dibandingkan capaian hingga kuartal III 2020 sementara Pertamina memangkas ABI (Anggaran Belanja Investasi) dan ABO (Anggaran Belanja Operasi)?
Insya Allah saya tetap optimistis terhadap kinerja PHM hingga akhir 2020 akan baik, setidaknya bisa memenuhi target yang telah ditetapkan. Saya butuh waktu untuk konsolidasi intensif dengan tim manajemen dan seluruh pekerja di PHM agar kami semua memiliki visi dan misi yang sama sesuai arahan dari Menteri BUMN, Menteri ESDM, Kepala SKKMigas dan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), yaitu meningkatkan produksi minyak nasional dan menjaga ketahanan energi Indonesia.

Bagaimana proyeksi RKAP PHM pada 2021?
Untuk menahan laju decline rate pada produksi Mahakam yang merupakan mature asset, PHM akan melakukan investasi sebesar US$541 juta dalam sulan WP&B 2021. PHM merencanakan untuk membor 44 sumur pengembangan dan dua sumur eksplorasi. PHM juga akan melakukan optimasi biaya untuk meningkatkan efisiensi dengan tetap mengutamakan safety. Di sisi lain, PHM juga mengupayakan untuk mendapatkan tambahan insentif dari pemerintah berupa pengurangan FTP, penambahan split, dan pembebasan pajak tidak langsung (PBB dan PPN).

Apa strategi yang akan Anda lakukan untuk mencapai target tersebut?
Terkait dengan strategi untuk pemenuhan terhadap target di PHM, ada beberapa poin yang akan diterapkan. Kami akan menentukan skala prioritas terhadap rencana kerja 2021, kemudian mengedepankan cost effectiveness dan menjaga agar low and off sumur tetap pada batasan yang sudah ditetapkan, dan menjaga kehandalan fasilitas produksi agar menghindarkan unplanned shutdown yang akan berdampak bagi operasi. Kami akan membuat dashboard monitoring, yang bisa menyajikan data produksi serta proyek-proyek yang berjalan secara live time dan aktual, dan seluruh pekerja bisa sama-sama memantau dashboard tersebut sehingga diharapkan seluruh pekerja memiliki visi dan misi yang sama, yaitu meningkatkan produksi dan menjaga kehandalan fasilitas produksi serta tentunya menjaga kondisi lingkungan sekitar wilayah operasi kami.

Apa challenge yang mungkin dihadapi pada 2021 saat pandemi Covid-19 diproyeksikan masih berlanjut?
Kita doakan agar pandemic Covid19 ini segera tertangani dan vaksin bisa segera ditemukan sehingga pada 2021 kondisi perekonomian Indonesia bisa kembali pulih. Sejak awal pandemik, Pertamina telah menerapkan sejumlah protokol pencegahan Covid-19 yang sangat komprehensif dalam melindungi pekerja dan operasi perusahaan. Hal tersebut akan kami teruskan sebagai upaya pencegahan Covid-19 agar tidak menyebar lebih lanjut. (*)