KARAWANG – Produksi gas dari Blok Offshore North West Java (ONWJ) diproyeksi akan terjadi pada tahun 2026 atau dua tahun dari sekarang seiring dengan rampung dua proyek utama yang saat ini tengah dikerjakan yaitu proyek lapangan OO OX serta proyek OP-LES. Tambahan produksi gas kedua proyek itu diestimasikan bisa mencapapi 38 juta kaki kubik per hari (MMscfd).

Muzwir Wiratama, General Manager PHE ONWJ, menjelaskan blok ONWJ merupakan salah satu blok migas paling sibuk di tanah air dengan berbagai program kerja yang dikerjakan antara lain kegiatan penggantian pipa-pipa yang sudah tua serta berbagai proyek pengembangan lapangan yang bertujuan untuk bisa menstabilkan produksi bahkan meningkatkan produksi.

Untuk produksi gas misalnya secara bertahap dalam dua tahun ke depan bisa meningkatn berkat adanya dua proyek besar yaitu OO OX serta OP-LES. Saat ini produksi rata-rata gas ONWJ adalah 60 MMscfd dimana sekitar 23 MMscfd dipergunakan sendiri untuk membantu produksi minyak (own used) sementara sisanya disalurkan ke para konsumen gas Pertamina seperti industri pupuk (PT Pupuk Kujang), kemudian pembangkit listrik (PLN) serta PGN.

Wira menuturkan bahwa tahun depan proyek OP-LES ditargetkan rampung dan akan menyumbangkan peningkatan produksi gas. “Untuk pengembangan OP-LES tahun 2025 akhir, Desember. Itu pengerjaan reaktivasi tiga sumur dan tambah dua sumur baru jadi total lima sumur. Itu platform lama kita perbaiki, kita bangun ulang dan itu bisa menambah gas sebesar 15 MMsfcd,” ungkap Wira saat ditemui Dunia Energi disela upacara HUT ke 79 Republik Indonesia di Central Plant Flowstation, Blok ONWJ, Sabtu (17/8).

Sementara untuk penambahan produksi lainnya dari proyek OO OX ditargetkan bakal terealisasi di awal tahun 2026. “OO-OX itu tambah produksi minyak 3 ribuan barel per hari di 2026 kuartal I ada gasnya juga 22 MMscfd,” ujar Wira.

Menurutnya dengan penambahan produksi gas dari dua proyek tersebut bisa disalurkan ke industri jawa bagian barat yang selama ini mengalami kekurangan pasokan gas. “Mudah-mudahan dari lapangan LES dan OO-OX ini bisa tambah signifikan gasnya bisa dipakai industri, Pupuk dan PLN untuk jawa bagian barat tambahnya lumayan kan 15 MMscfd dan 22 MMscfd total jadi 37 MMscfd di tahun 2026,” ujar Wira.

Sementara hingga akhir tahun proyeksi produksi minyak ditargetkan bisa menyentuh angka 26 ribu barel per hari (BPH), dimana untuk saat ini realisasi produksi masih dikisaran 25 ribuan BPH. Wira optimistis target akhir tahun masih bisa tercapai dengan berbagai program kerja yang masih berjalan.

“Akhir tahun nanti sekitar 26 ribu BPH. Sedang dilakukan penggantian pipa-pipa untuk memastikan stabilitas operasi,” ungkap Wira

Blok ONWJ merupakan salah satu kontributor 10 terbesar produksi minyak di Indonesia. Salah satu momen bersejarah terjadi bertepatan dengan HUT ke 79 Indonesia dimana dilakukan perpisahan dengan salah satu fasilitas produksi bersejarah dan legendaris milik Pertamina yaitu Floating Storage and Offloading (FSO) Arco Ardjuna yang sudah purna tugas setelah beroprasi selama 52 tahun. Total sudah 1,28 miliar barel minyak ditampung dan diproses untuk disalurkan dari Arco Ardjuna. FSO Ardjuna ini juga dikenal sebagai FSO tertua dan paling lama beroperasi di dunia dan tercatat sudah melakukan lifting sebanyak 4.350 kali.

FSO Arco Ardjuna (Foto/Dok/Dunia Energi – Rio Indrawan)

Wira mengaku PHE ONWJ kehilangan besar keluarga besarnya. Dia menuturkan selama 52 tahun beroperasi FSO Arco Ardjuna tidak pernah mengecewakan terlebih para kru yang bekerja di sana sudah menganggap Arco Ardjuna sebagai rumah kedua mereka setelah keluarga.

“FSO Arco Ardjuna ini pahlawan dalam sejarah migas Indonesia khususnya Pertamina. Kami mengucapkan terima kasih atas dedikasi yang diberikan oleh seluruh kru yang telah menjaga dan mengoperasikan FSO Arco Ardjuna dengan baik selama lebih dari lima dekade, kata Wira. (RI)