JAKARTA – Perhitungan margin untuk harga batu bara pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mulut tambang dinilai harus berdasarkan kesepakatan antara produsen batu bara dengan PT PLN ( Persero ). Irwandy Arif, Ketua Indonesian Mining Institute (IMI), mengatakan potensi pasar untuk PLTU batu bara mulut tambang sangat tergantung pada daerah lokasi pengembangan khususnya di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu dan Kepulauan Riau.
“Kecuali, apabila pemerintah berencana menerapkan transmission line antar daerah. Cost plus dengan margin tentunya harus disepakati antara PLN dengan perusahaan batu bara,” kata Irwandy, Selasa (5/4).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana merevisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penyediaan Dan Penetapan Harga Batubara untuk Pembangkit Litrik Mulut Tambang. Dalam beleid itu harga batu bara ditetapkan dengan formula biaya produksi (cost) ditambah margin 25%. Kementerian ESDM menyatakan revisi margin 25 % itu atas usulan PLN dan pelaku usaha tambang.
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengusulkan margin harga batu bara mulut tambang antara 15-25%. Margin tersebut dianggap mampu melindungi pengusaha ditengah rendahnya harga komoditas. Sedangkan PLN menginginkan 0-2%.
Disan Budi Santoso, Direktur Eksekutif Centre for Indonesian Resources Strategic Studies (CIRUSS), menekankan pengembangan PLTU mulut tambang harus kompetitif secara investasi. “Margin 0% ya tidak mungkin. Karena harus kompetitive secara investasi. Yang jelas ya IRR-nya harus lebih dari bank. Kebijakan royalti juga perlu ditinjau untuk menekan harga listriknya. Royalti sebaikanya hanya untuk pendapatan daerah saja yang sifatnya retribusi,” ungkap Disan.
Prospektif
Irwandy yang juga staf pengajar di Institut Teknologi Bandung, menjelaskan pengembangan PLTU batu bara mulut tambang memiliki peluang bisnis yang cukup baik dan tentunya akan berdampak positif tidak hanya bagi pelaku usaha tambang batu bara, namun juga masyarakat sekitar.
“Diharapkan menumbuh kembangkan Industri lain, dan tentunya harus menjaga dampak lingkungan terhadap perubahan iklim,” katanya.
Menurut Irwandy, pengembangan PLTU batu bara mulut tambang adalah salah satu solusi ditengah melemahnya harga komoditi.”Tentunya harganya harus cost plus, ” tandasnya.(RA)
Komentar Terbaru