Ketahanan energi memegang peranan vital dalam menjaga kelangsungan pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Di tengah transisi energi global, dunia dihadapkan pada tantangan besar untuk menggantikan ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Indonesia, dengan kekayaan sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, dan biomassa, berdiri di posisi strategis untuk memimpin perubahan ini melalui generasi muda sebagai penggerak utama.
Transisi energi adalah perubahan dari ketergantungan pada bahan bakar fosil menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Saat ini, sekitar 60% pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan batu bara sebagai sumber energi utama, sementara kontribusi energi terbarukan hanya sekitar 12,3% dari total bauran energi pada tahun 2023 (ESDM, 2023).
Target pemerintah Indonesia adalah mencapai 23% energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada tahun 2025 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014. Pencapaian target ini menghadapi tantangan ketergantungan pada energi fosil dan rendahnya kesadaran publik.
Generasi muda sebagai kunci untuk mengatasi tantangan ini melalui edukasi, inovasi teknologi, dan kolaborasi lintas sektor. Keterampilan digital dan pemahaman teknologi yang kuat untuk mengembangkan teknologi energi terbarukan, seperti panel surya yang lebih efisien, baterai penyimpanan energi, dan solusi berbasis Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan energi.
Sebagai contoh, inovasi teknologi penyimpanan energi seperti baterai lithium-ion telah mencatatkan penurunan biaya sebesar 89% dari tahun 2010 hingga 2023 (IEA, 2023), sehingga memperluas peluang penerapan energi terbarukan secara global.
Anak muda juga dapat mendorong kebijakan pendukung energi terbarukan dengan mengadvokasi insentif bagi perusahaan yang menggunakan energi bersih atau kebijakan harga karbon. Indonesia telah meluncurkan kebijakan harga karbon pada 2022 melalui perdagangan karbon di sektor energi. Partisipasi anak muda dalam forum internasional, seperti COP28 yang digelar pada 2023, memperkuat posisi Indonesia dalam transisi energi global. Selain itu, media sosial dapat dimanfaatkan untuk kampanye digital yang kreatif guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya transisi energi dan dampak positifnya terhadap lingkungan.
Ketahanan energi juga mencakup pemerataan akses energi, khususnya di daerah terpencil. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2023), terdapat sekitar 1.200 desa di Indonesia belum mendapat akses listrik.
Generasi muda dapat memberdayakan komunitas melalui proyek pembangunan desa mandiri energi dan pelatihan pemanfaatan energi terbarukan. Program One Pulse, yang bekerja sama dengan koperasi lokal, telah berhasil menyediakan alat energi terbarukan untuk desa terpencil.
Program studi berbasis energi terbarukan di universitas, pelatihan teknologi energi, serta sertifikasi profesional dapat meningkatkan kompetensi anak muda. Sebagai contoh, program Society of Renewable Energy (SRE) di kampus-kampus di Indonesia telah melibatkan ribuan mahasiswa dalam proyek-proyek berbasis energi terbarukan, memberikan mereka pengalaman langsung dalam pengembangan solusi energi yang berkelanjutan.
Sebagai agen perubahan, generasi muda memegang peran penting dalam mendorong inovasi, membangun kesadaran masyarakat, dan memastikan keberlanjutan sistem energi. Dengan semangat, kreativitas, dan keterampilan mereka, anak muda dapat mewujudkan masa depan energi yang bersih, adil, dan berkelanjutan. Ketahanan energi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau sektor swasta, tetapi juga seluruh masyarakat, termasuk generasi muda.
Melalui kontribusi aktif, Indonesia dapat menjadi negara mandiri energi sekaligus memberikan kontribusi nyata dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global.
Komentar Terbaru