JAKARTA – Pemerintah bakal siapkan dana besar untuk menggenjot kegiatan eksplorasi dalam upaya menemukan cadangan migas. Pos pendanaan eksplorasi bahkan dialokasikan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Djoko Siswanto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, sangat mendukung percepatan kegiatan eksplorasi, hingga akhirnya turut memberikan lampu hijau dalam penggunaan dana eksplorasi.

“Bapak Menteri SDM telah berjuang keras menyediakan dana Rp 15 triliun per tahun untuk kegiatan eksplorasi. Sudah disetujui pak menteri sumbernya dari APBN,” kata Djoko ditemui di kantor SKK Migas, Selasa (3/12).

Selain dana Rp 15 triliun, ada juga tambahan dana dari Komitmen Kerja Pasti (KKP) yang berasal dari para kontraktor. “Kami juga mempunyai dana sekitar US$2 miliar dan itu hanya bisa digunakan untuk kegiatan eksplorasi. Jadi Rp15 triliun, US$2 miliar untuk kegiatan eksplorasi,” ungkap Djoko.

Nanang Abdul Manaf, Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Eksplorasi dan Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi, menuturkan dana Rp 15 triliun berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).  “Pak Menteri menginginkan ada sekitar 10% atau 15% dari PNBP Kementerian ESDM itu dikembalikan ke kementerian untuk dilakukan investasi salah satunya di eksplorasi,” ungkap Nanang.

Sementara itu, Kementerian ESDM juga menyampaikan penemuan terbaru potensi minyak dan gas di area Indonesia Bagian Barat Tahap 2 (IBB 2), mencapai lebih dari 4,3 miliar barel oil equivalent (BBOE). Potensi ini terdapat di 4 (empat) wilayah yaitu Cekungan Natuna Timur, Cekungan Selat Makassar, Cekungan Jawa Bagian Tenggara dan Cekungan Barito.

Nanang menjelaskan kajian untuk penemuan potensi baru migas di IBB 2 dilakukan di Natuna Timur, Selat Makassar, Jawa Bagian Tenggara, dan Barito.

“Fokus dalam kajian tim adalah di Natuna Timur, Selat Makassar, Jawa Bagian Tenggara dan Barito. Hasil dari 2 area saja potensinya lebih dari 4,3 BBOE, yang terdapat di Natuna Timur sekitar 2,8 BBOE dan Jawa Bagian Tenggara sedikitnya 1,5 BBOE dengan potensi antara rentang 1,5 hingga 17 BBOE. Ini belum ditambah dengan potensi yang ada di Selat Makassar dan Barito,” kata Nanang. (RI)