JAKARTA – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan PT PLN (Persero) hingga kini masih membahas Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang terbaru. Meskipun belum rampung namun PLN menyatakan pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) tetap jadi prioritas yang bakal dibangun dalam 10 tahun ke depan.

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, menyatakan pemerintah dan PLN sepakat porsi pembangkit EBT hingga 2040 bahkan persentasenya mencapai 75%. “Kementerian ESDM bersama-sama melakukan joint modelling ini namanya accelerated renewable energy development sampai 2040 penambahan pembangkit 75% berbasis dari renewable energy. Kemudian ada 5 GW basis new energy ini salah satunya adalah nuklir, dan 20% basis pada gas, dengan total kapasitas yang dibangun antara hari ini sampai 2040 sebesar 100 GW,” jelas Darmawan, dalam rapat dengan Komisi XII DPR RI, Senin (2/12).

Sementara dalam RUPTL terbaru nanti kapasitas pembangkit listrik baru mencapai 68 GW hingga tahun 2033. “Dimana 46 GW basis pada renewable energy. Artinya 67% penambahan pembangkit 10 tahun mendatang basis EBT,” ujar Darmawan.

Jika dirinci, menurut dia sebenarnya secara total ada 80% pembangkit terbarukan. Dimana ada penambahan kapasitas pembangkit dari variasi EBT eksisting yang dikembangkan saat ini serta ada penambahan pembangkit listrik dari komoditas EBT terbaru, misalnya nuklir.

“Saat ini kita sedang menggodok RUPTL dengan total 68 GW antara tahun ini sampai 2033 dimana 46 gw basis pada renewable energy. Artinya 67% penambahan pembangkit 10 tahun mendatang basis EBT. Dan kalau sampai 2040 80% penambahan pembangkit itu berasal dari energi baru dan energi terbarukan yaitu renewable energy-nya 75% 5% nya adalah new energy salah satunya adalah nuklir,” jelas Darmawan. (RI)