JAKARTA – BUMN Holding Industri Pertambangan, MIND ID, berkomitmen untuk mendorong Indonesia menjadi penentu harga global (global price setter) bagi komoditas mineral. Langkah ini bertujuan untuk memaksimalkan nilai tambah dari pengelolaan mineral.
Heri Yusuf, Corporate Secretary MIND ID, menjelaskan bahwa selama ini Indonesia bergantung pada pergerakan harga pasar global yang didominasi oleh para trader besar, sehingga negara pemilik komoditas mineral justru harus mengikuti tren harga yang ditentukan pihak trader dan menerima margin yang minimal.
“Pasar indeks global saat ini dikuasai oleh banyak trader. Kami tengah berupaya membangun kemitraan strategis agar negara pemilik cadangan, khususnya Indonesia, dapat memiliki daya tawar yang lebih baik di masa depan,” ujar Heri, Kamis (21/11).
Heri menyatakan sebagai pengelola cadangan mineral strategis negara, MIND ID terus proaktif menjalin kemitraan dengan perusahaan dari negara-negara yang memiliki cadangan komoditas mineral penting.
Harapannya, tercipta kesepakatan global yang memungkinkan pengelolaan pasokan cadangan mineral dapat memenuhi kebutuhan dunia, sekaligus dapat menerima margin optimal bagi negara pemilik cadangan.
Sebagai contoh, dalam komoditas timah, tiga negara penghasil terbesar, yaitu Indonesia, Tiongkok, dan Peru, memasok 90% kebutuhan dunia. Dengan kondisi ini, MIND ID telah memulai penjajakan kemitraan dengan salah satu perusahaan di China untuk membentuk aliansi strategis dalam komoditas timah.
“Kami sudah memetakan potensi ini dengan baik. Kami berharap dapat _influnece_ banyak mitra lain untuk berkolaborasi, sehingga kita bersama-sama dapat menjadi driver harga komoditas mineral global,” ungkap dia.
Lebih lanjut, Heri menyampaikan bahwa Grup MIND ID juga akan terus memperkuat tata kelola mineral. Pasalnya, salah satu langkah penting adalah memastikan disiplin dalam pengelolaan pasokan mineral sebagai acuan bagi pelaku industri di Indonesia.
“Isu seperti Pertambangan Tanpa Izin (PETI) harus diminimalkan, agar tidak ada pasokan mineral yang keluar ke pasar global secara tidak terkendali, yang dapat merusak kesepakatan harga di masa depan,” pungkasnya.
Komentar Terbaru