SEBAGAI negara yang kaya akan sumber daya alam wajar jika Indonesia mencanangkan program hilirisasi di sektor mineral dan batu bara. Roda hilirisasi akhirnya benar-benar bergerak dalam tiga tahun terakhir. Tidak sedikit pihak yang mencibir program ini karena dinilai hanya “gimmick” pemerintah, tapi seiring berjalannya waktu kini cibiran itu mampu dijawab.

Mineral Industry Indonesia (MIND ID) bersama para anggota grupnya adalah aktor utama yang mampu menjawab anggapan sinis pihak-pihak yang pesimis dengan hilirisasi. Sinergi MIND ID kini sudah berbuah manis hilirisasi.

Paling nyata terlihat adalah yang baru-baru ini terjadi antara PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau ANTAM. Keduanya telah menyepakati jual beli emas selama lima tahun ke depan. PTFI dan ANTAM bersinergi untuk rantai pasok emas yang kini sudah bisa dihasilkan sendiri dalam jumlah yang besar oleh PTFI dari fasilitas smelter tembaga dan fasilitas pemurnian lumpur anoda atau Precious Metal Refinery (PMR) yang baru saja selesai dibangun dan mulai beroperasi.

Tony Wenas, Presiden Direktur Freeport Indonesia dan Nico Kanter, Direktur Utama Antam pada Kamis malam (7/11) menandatangani perjanjian jual beli emas dengan kadar kemurnian 99,99%. ANTAM akan membeli sebanyak 30 ton emas dari PTFI dengan total nilai transaksi mencapai US$12,5 miliar atau sekitar Rp 200 triliun. Kemampuan produksi PTFI sendiri bisa mencapai antara 50 ton per tahun. Bahan baku emas dari PTFI kemudian akan diolah ANTAM di Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia untuk menjadi produk logam mulia ANTAM.

Sekilas kesepakatan ini terlihat seperti kesepakatan bisnis biasa, tapi jika kita tahu kenyataan yang ada, kesepakatan antar dua anggota MIND ID ini adalah milestone penting serta gambaran nyata dari hilirisasi serta sinergi antar perusahaan di bawah MIND IDE yang langsung memberikan dampak terhadap kondisi perekonomian negara. Bagaimana tidak, ANTAM selama ini harus merogoh dalam-dalam kasnya bahkan hingga ratusan triliun setiap tahun untuk membeli bahan baku pembuatan emas. Nilainya diperkirakan mencapai Rp200an triliun per tahun. Uang sebesar itu selama ini justru mengalir ke luar negeri.

Tony menjelaskan PMR milik PTFI menjadi salah satu produsen emas murni batangan terbesar di Indonesia dengan kapasitas pemurnian sekitar 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun serta Platinum Group metals yaitu 30 kg platinum, 375 kg Paladium. “Produksi emas pertama dari PMR PTFI direncanakan pada minggu ke 2 Desember 2024. Estimasi saat ini hingga akhir tahun 2024 produksi emas sebesar 0,5 ton dan pada kuartal pertama 2025 sebesar 4,75 ton,” kata Tony di Jakarta, Kamis (7/11).

Alur proses dan pemurnian Konsentrat Freeport (Sumber : Freeport Indonesia)

Kesepakatan bisnis ini membuat Indonesia tidak lagi bergantung terhadap pasokan emas impor, bahkan kelebihan produksi emas yang tidak diserap ANTAM juga bisa saja diekspor.

“Tentu saja sangat membanggakan bagi kita, dimana emas yang kita produksi itu bisa sebagian besar dikonsumsi oleh PT ANTAM untuk selanjutnya memberikan nilai tambah bukan hanya pada industri retail, tapi juga bagi industrialisasi di Indonesia,” jelas Tony.

Sinergi PTFI dan ANTAM jelas turut mendongkrak level Indonesia di peta bisnis emas dunia. Sebagai salah satu tempat yang dikenal kaya akan potensi sumber daya mineral termasuk emas, Indonesia tidak bisa berbicara banyak di level internasional, karena bagaimana tidak, selama ini ANTAM harus mendatangkan bahan baku emas dengan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Hendi Prio Santoso, Direktur Utama MIND ID, menyatakan selama ini ANTAM dana begitu besar mengalir dari ANTAM untuk memenuhi kebutuhan emas di dalam negeri. Kondisi tersebut tentu tidak ideal lantaran masih terbatasnya industri yang mengolah ingot. Kini kehadiran PMR milik PTFI mengubah segalanya. ANTAM pun bisa jauh lebih percaya diri dalam memproduksi emas karena adanya kepastian pasokan dari dalam negeri. Hingga semester I tahun 2024 sendiri produksi emas ANTAM tercatat sebesar 439 kilogram (kg) atau setara 14.114 ons troi.

“Sebelum pak Tony (Freeport) punya smelter dan PMR ANTAM itu biasanya mengimpor bahan baku emas berupa ingot dalam jumlah fenomenal, angkanya ratusan triliun tapi insya Allah ke depan dengan sinergi ini Indonesia akan menghemat devisa,” jelas Hendi.

Melalui sinergi dan kolaborasi antara ANTAM dan PTFI, maka potensi pengembangan usaha Grup MIND ID dapat lebih diperkuat, sehingga menambah basis kekuatan bisnis perusahaan sebagai tulang punggung hilirisasi sumber daya mineral Indonesia.

Menurut Hendi, ekonomi Indonesia akan mendapatkan dampak positif khususnya dari penghematan devisa, yang selama ini digunakan untuk mengimpor bahan baku emas dari luar negeri.

“Dengan sinergi ini, Indonesia menghemat devisa karena tidak harus importasi bahan baku untuk produksi logam mulianya ANTAM. Artinya rakyat Indonesia menikmati hasil dari hasil bumi sendiri, dari bahan baku sampai bahan jadinya,” jelas Hendi.

 

Sumber : Freeport Indonesia, Diolah : Dunia Energi

Sementara itu, Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengungkapkan kerjasama antara PTFI serta ANTAM menunjukkan betul sinergi bisa terjalin dengan baik antar perusahaan milik negara. Bahkan jadi role model bahwa sinergi juga secara nyata bisa mewujudkan hilirisasi yang selama ini dikejar oleh pemerintah. “Saya rasa memang kita harus meningkatkan hilirisasi dan performa kita sebagai benteng ekonomi nasional,” ungkap Erick.

Kesepakatan PTFI dan ANTAM ini juga momentum untuk menaikkan level Indonesia di kancah global untuk urusan bisnis emas, yang saat ini baru masuk sebagai pemilik cadangan emas batangan terbesar ke-43 dunia.

PTFI yang baru saja memiliki PMR pasti sekarang memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk meningkatkan produksi emasnya.

“Dengan kerja sama ini, kita menyaksikan MIND ID dengan Anggotanya ANTAM dan Freeport Indonesia bersinergi untuk kebaikan bangsa. Tentu tidak cukup di situ. Kami akan terus menggali kesempatan sinergi lebih lanjut, termasuk untuk pembentukan Bullion Bank,” kata Erick.

 

Sumber : ANTAM, Diolah : Dunia Energi

Sejak dibentuk pada tahun 2017, tidak sedikit bertanya-tanya apa tujuan dan fungsi dari MIND ID. Saat itu, pemerintah bahkan masih menunjuk PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) sebagai MIND ID bukan seperti sekarang yang berdiri sendiri. Baru pada  2019, holding Industri Pertambangan bertransformasi menjadi MIND ID (Mining Industry Indonesia) untuk membedakan fungsi INALUM sebagai Operasional pabrik peleburan aluminium dan fungsi Holding.

Kesepakatan niaga emas antara Freeport Indonesia dan ANTAM bukanlah sinergi antar anggota MIND ID yang pertama. Sebelumnya ada kerja sama antara INALUM dengan ANTAM dalam membangun Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah sebagai langkah hilirisasi komoditas bauksit. SGAR Mempawah sendiri sudah mulai commisioning (beroperasi) Fase 1 pada akhir September lalu.

SGAR Mempawah merupakan alat utama dalam rantai pasok hulu-hilir terintegrasi dari komoditas bauksit menjadi komoditas harian yang kita nikmati sehari-hari, salah satunya aluminium. Jadi Bahan baku berupa bauksit dari Tayan ditarik ke Mempawah untuk menjadi alumina, lalu dikirim melalui Kijing ke Kuala Tanjung dan diolah INALUM.

Bauksit, merupakan bahan baku utama dari produk alumina yang akan diproduksi oleh smelter ini. Indonesia memiliki cadangan bauksit ke-6 terbesar di dunia. Komoditas ini akan ditambang langsung secara modern dan greenmining oleh ANTAM Tbk di kawasan Kalimantan Barat, 30 km dari smelter.

Selanjutnya smelter alumina akan melakukan ekstraksi dan refinery pada bauksit yang disebut dengan Bayer Process dan menghasilkan alumina. Alumina atau Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari alumunium dan oksida, dengan rumus kimia Al2O3 adalah bahan yang paling banyak digunakan sebagai bahan dalam berbagai jenis bahan metalurgi, industri kimia, industri otomotif, dan industri kosmetik. Dalam konteks produksi aluminium, dari 6 ton bauksit yang direfinery, akan menghasilkan 2 ton alumina, dan 2 ton alumina akan menghasilkan 1 ton aluminium.

Rencana operasi komersial secara penuh SGAR Mempawah ditargetkan pada Februari 2025 mendatang. Rencananya pada masa komisioning, target produksi alumina dipatok sebesar 60 ribu ton dengan jumlah kebutuhan bauksit sekitar 250 ribu ton hingga 270 ribu ton. Jika sudah mencapai kapasitas maksimal fasilitas ini mampu menyerap 3,3 juta ton bijih bauksit per tahun dan menghasilkan 1 juta ton alumina sebagai bahan baku aluminium.

SGAR Mempawah yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) mulai dibangun pada 2020 di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, sekitar 100 km dari Kota Pontianak oleh INALUM dan ANTAM dengan mendirikan perusahaan patungan yakni PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) dengan porsi saham masing-masing 60% dipegang INALUM dan sisanya 40% dikuasai oleh ANTAM. Meskipun melalui banyak drama dalam pembangunannya tapi akhirnya SGAR tetap bisa dirampungkan.

Data pemerintah menyebutkan kebutuhan aluminium Indonesia mencapai 1,2 juta ton, yang 56% berasal dari produk impor. Melalui SGAR akan berpotensi menghentikan masuknya aluminium impor 56%, dan membantu pemerintah dalam menghemat devisa sekitar US$ 3,5 miliar setiap tahunnya.

MIND ID dan para anggotanya yakni INALUM dan ANTAM tidak akan berhenti di SGAR Fase 1. Setelah operasional penuh SGAR Fase 1, maka Grup MIND ID akan segera melanjutkan pembangunan SGAR Fase 2. Terlebih, Grup MIND ID saat ini memiliki izin lahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi alumina sekaligus pembangunan smelter pengolahan aluminium.

“Desain SGAR Fase 1 memiliki luas 100 hektar, dan kami masih memiliki 500 hektar untuk SGAR Fase 2. Dan itu nanti ada smelter aluminium sehingga daya saing semakin meningkat,” kata Hendi.

INALUM dan ANTAM bakal menggandeng mitra strategis untuk menggarap SGAR fase II. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan brownfield dan greenfield expanion dari smelter aluminium.

Sepanjang tahun 2023, ANTAM mencatatkan volume produksi bijih bauksit yang digunakan sebagai bahan baku pabrik Chemical Grade Alumina (“CGA”) serta penjualan kepada pihak ketiga sebesar 2,01 juta wmt. Realisasi produksi bauksit ini meningkat dibandingkan periode 2022 yang hanya 1,65 juta mwt.  Volume produksi bauksit ini bisa terus meningkat seiring dengan kebutuhan pasokan bauksit untuk SGAR Mempawah.

Sumber : ANTAM, Diolah : Dunia Energi

 

Swasembada Mineral

Boleh dibilang MIND ID menjadi tulang punggung hilirisasi di Indonesia khususnya komoditas mineral. Pemerintah memiliki agenda khusus dalam hilirisasi di sektor mineral yaitu untuk menekan impor yang selama ini jadi biang kerok neraca perdagangan Indonesia selalu negatif serta memperkuat sektor industri manufaktur sehingga bisa menciptakan lapangan kerja.

Dilo Seno Widagdo, Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, meyakini hilirisasi akan menciptakan integrasi rantai nilai komoditas mineral dan batubara yang berdampak positif pada pengurangan impor serta penguatan industri dalam negeri. Menurut Dilo hilirisasi yang kami jalankan dalam 5 tahun terakhir ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mineral dan batubara, baik untuk industri maupun masyarakat. “Tujuannya adalah mencapai swasembada mineral, sehingga kita tidak lagi perlu mengimpor bahan baku atau bahan setengah jadi dari luar negeri,” ujar Dilo.

Dilo menjelaskan, dalam bisnis emas saja pasar Indonesia memerlukan lebih dari 70 ton emas setiap tahunnya. Sebelumnya, bahan baku pembentuk emas harus diekspor terlebih dahulu, kemudian diimpor kembali dengan menggunakan harga pasar global. Namun dengan beroperasinya Smelter dan fasilitas PMR Freeport Indonesia yang mampu memproduksi 50 ton emas secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan domestik.

“Sebelum adanya smelter, Indonesia harus mengimpor emas untuk kebutuhan dalam negeri. Memang masih ada gap, dan ini yang sekarang coba kita kurangi ke depannya,” ungkap Dilo.

Selain emas, MIND ID juga telah mulai memproduksi asam sulfat, yang sangat dibutuhkan di sektor pertanian, terutama dalam pembuatan pupuk. Produksi asam sulfat dalam negeri ini diharapkan dapat menggantikan impor yang selama ini diperlukan.

Pada tahun ini, MIND ID mencapai milestone penting dalam hilirisasi komoditas mineral dengan berhasil merampungkan dua proyek hilirisasi besar.

Selain telah beroperasinya smelter konsentrat tembaga PTFI merupakan smelter tembaga terbesar di dunia dengan investasi sekitar Rp58 triliun, MIND ID terus memperkuat eksplorasi cadangan mineral guna memastikan keberlanjutan program hilirisasi di Indonesia.

Hal ini terutama penting seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan baku untuk industri baterai kendaraan listrik (EV) yang diproyeksikan terus tumbuh di masa depan.

Sebagai tulang punggung hilirisasi nasional, pemerintah telah memberikan mandat agar MIND ID berperan aktif dalam pembentukan ekosistem kendaraan listrik. Salah satu langkah yang harus ditempuh MIND ID adalah memastikan cadangan dan pasokan mineral selalu tersedia dalam jumlah yang mencukupi.

MIND ID menerapkan strategi reserve replacement ratio atau rasio penggantian cadangan, guna memastikan setiap mineral yang dieksploitasi dapat digantikan dengan cadangan baru melalui proses eksplorasi organik.

Adapun, Grup MIND ID memiliki cadangan tembaga yang berfungsi sebagai penghantar Listrik sebesar 13,1 juta ton-Cu, dan nikel sebagai materal katoda sebesar 1.330 juta wmt. Ada juga timah sebagai material solder sebesar 338.000 ton-Sn, bauksit sebagai rangka & casing sebesar 121,7 wmt WBX, dan batu bara sebagai material anoda (karbon) sebesar 2,9 miliar ton.

Selain eksplorasi mineral baru, MIND ID juga memandang pentingnya pengembangan mineral hasil daur ulang untuk masa depan sektor pertambangan dan manufaktur.

PT Indonesia Asahan Aluminium (IAA), Anak usaha dari INALUM Anggota MIND ID, kini memproduksi Billet Aluminium Recycle yang menggunakan hingga 30% molten aluminium daur ulang sebagai bahan baku sehingga bisa mendukung keberlanjutan.

Ahmad Heri Yusuf, Peneliti INDEF menilai hilirisasi tidak hanya bisa dilihat dari kacamata formalitas. Multiplier effect yang dihasilkan justru boleh jadi lebih banyak dirasakan di sektor informal. Dia mencontohkan, jika ada suatu wilayah dijadikan pusat hilirisasi maka akan ada proyek berjalan, selanjutnya akan ada masyarakat yang membuka warung makan, lalu ada juga yang menyulap tempat tinggal atau tanahnya menjadi hunian para pekerja dalam bentuk kos-kosan.

Itu juga menjadi pemasukan tambahan bagi warga sekitar wilayah. Roda ekonomi masyarakat dari berbagai lapisan bakal berputar dengan cepat dengan adanya hilirisasi. ”Ada pergeseran tenaga kerja formal ke informal. Tenaga kerjanya bahkan dalam satu kawasan bisa mencapai seratus ribu orang. Nah kebutuhan tempat tinggalnya bisa dibayangkan berapa banyak. Kemudian yang kedua industri sektor UMKM-nya juga meningkat. UMKM di sektor akomodasi, kemudian makanan minuman, transportasi,” jelas Heri belum lama ini di Jakarta.

Berbagai kerjasama strategis yang sudah terjalin dan secara terang benderang memberikan hasil dalam bentuk perputaran ekonomi di nasional dan daerah di bawah koordinasi MIND ID menunjukkan bahwa sebenarnya hilirisasi memang bisa direalisasikan. Apalagi jika digarap oleh perusahaan negara proses hilirisasinya juga akan lebih bisa dipastikan keberlanjutannya. Inisiatif hilirisasi yang gencar dilakukan dalam beberapa tahun terakhir harus terus dijaga momentumnya. Yang merasakan hasilnya memang bukan kita tapi tidak ada salahnya meninggalkan bekal yang tepat untuk masa depan anak cucu kita. (RI)