JAKARTA – Peningkatan beban usaha, terutama peningkatan beban bahan bakar dan pelumas serta pembelian tenaga listrik menekan laba PT PLN (Persero) pada sembilan bulan 2024. PLN mencatat laba usaha Rp44,2 triliun hingga periode September 2024, turun 5,1% dibanding raihan periode yang sama 2023 sebesar Rp46,61 triliun. Raihan laba bersih perusahaan juga tercatat lebih rendah yakni Rp25,13 triliun dibanding periode sembilan bulan 2023 sebesar Rp26 triliun.

Laporan keuangan PLN yang dirilis Senin (28/10), menyebutkan pada sembilan bulan 2024, perusahaan membukukan pendapatan Rp402,56 triliun, meningkat 12,42% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp358,07 triliun. Kenaikan pendapatan tersebut ditopang dari peningkatan penjualan tenaga listrik, pendapatan kompensasi, subsidi listrik pemerintah, penyambungan pelanggan dan pendapatan lain-lain.

Namun kenaikan pendapatan tersebut juga diikuti dengan peningkatan beban usaha hingga menyebabkan laba PLN tertekan. Beban bahan bakar dan pelumas naik dari Rp116,13 triliun pada sembilan bulan 2023 menjadi Rp133,33 triliun. Begitu pulan pembelian tenaga listrik dari Rp112,03 triliun menjadi Rp131 triliun pada periode hingga September 2024.

Kenaikan pembelian tenaga listrik terbesar berasal dari pihak ketiga dari Rp86,82 triliun menjadi Rp104,97 triliun. Pembelian tenaga listrik dari pihak ketiga antara lain PT Paiton Energy, PT Jawa Power, PT Bhumi Jati Power, PT Bhimasena Power Indonesia, PT Cirebon Energi Prasarana dan yang lainnya.(AT)