JAKARTA – Indonesian Mining Association (IMA) resmi memegang kesekretariatan ASEAN Federation of Mining Association (AFMA) sejak Juli 2024. Dalam rangka meningkatkan kolaborasi, IMA menggelar acara “Dinner Reception” pada Selasa, 15 Oktober 2024, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Acara ini dihadiri oleh Duta Besar dan Perwakilan Tetap negara-negara ASEAN serta pengurus inti dan penasehat IMA.

Dirjen Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Sidharto Suryodipuro, dalam sambutannya menegaskan pentingnya acara ini untuk mempererat kolaborasi di sektor pertambangan. “Dengan populasi lebih dari 700 juta orang dan kondisi geografis yang strategis, ASEAN memiliki cadangan mineral dan batubara yang signifikan. Ini memperkuat posisi ASEAN dalam upaya global mencapai target karbon netral,” ujarnya.

Ketua IMA, Rachmat Makkasau, yang juga menjabat sebagai Presiden AFMA, mengapresiasi dukungan Kementerian Luar Negeri. Ia menyoroti pentingnya peran AFMA sebagai mitra Sekretariat ASEAN dalam mendorong perdagangan dan investasi di kawasan. Makkasau juga menyebut Indonesia sebagai negara dengan potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam penyediaan mineral kritis di era transisi energi.

Tri Winarno, Dirjen Mineral dan Batubara, menyatakan optimisme terhadap potensi kerja sama antarnegara ASEAN dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Ia juga menegaskan bahwa kebijakan hilirisasi yang diprioritaskan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo, dan akan diteruskan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto, menjadi langkah strategis dalam mengembangkan industri pertambangan yang berkelanjutan.

IMA juga menyoroti transformasi yang sedang dilakukan Indonesia di sektor pertambangan, yaitu dari penghasil konsentrat menjadi penghasil produk tambang hasil pengolahan dalam negeri. Produk-produk seperti tembaga katoda diharapkan dapat dipasarkan ke seluruh kawasan Asia Tenggara untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar regional.

Kementerian Luar Negeri, melalui Dirjen Kerja Sama ASEAN, berkomitmen mendukung pemanfaatan produk tambang Indonesia untuk dipasarkan ke negara-negara sahabat. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah yang dapat dinikmati oleh seluruh kawasan, sejalan dengan pilar ekonomi ASEAN.

Para Duta Besar dan Perwakilan Tetap negara-negara ASEAN yang hadir diharapkan dapat berperan sebagai penghubung dalam memperkuat kerja sama perdagangan di sektor pertambangan. Hal ini diharapkan dapat membuka peluang baru dalam sektor pertambangan di kawasan Asia Tenggara, khususnya di tengah kondisi global yang terus berubah. (DR)