PENAJAM – PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) “Semur Cendawan” menciptakan pusat pengembangan dan pembelajaran (learning center) budidaya jamur di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur. Program ini berfokus pada peningkatan kapasitas kelompok tani dalam budidaya jamur tiram dan pemanfaatan limbah serbuk kayu untuk mendukung kemandirian pangan serta pelestarian lingkungan.

Head of CRC Zona 10 Subholding Upstream Pertamina, Dharma Saputra, menyatakan bahwa Program Semur Cendawan dirintis sejak awal 2022 untuk menjawab tantangan pengelolaan limbah serbuk kayu yang selama ini dibakar, menghasilkan emisi karbon. “Program ini juga bertujuan mengurangi limbah serbuk kayu sebanyak 240 ton per tahun dan mengurangi penggunaan pupuk kimia sebesar 54 ton per tahun melalui pemanfaatan baglog jamur sebagai pupuk organik,” kata Dharma.

Program unggulan PHKT Daerah Operasi Bagian Selatan (DOBS) ini telah mengantarkan PHKT meraih penghargaan Platinum (Elite) dalam Nusantara CSR Awards 2024 dan penghargaan Emas dalam Anugerah Lingkungan PROPER 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dharma menambahkan bahwa program ini juga mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 40,77 ton CO2eq/tahun.

Ketua Kelompok Bintang Jamur, Abdul Wahab, mengungkapkan budidaya jamur di desanya awalnya masih dilakukan dengan cara konvensional. Namun, sejak adanya pendampingan dari PHKT pada tahun 2022, kelompok tani di Kelurahan Waru mulai memanfaatkan limbah serbuk kayu yang sebelumnya dibakar. “Dengan inovasi ini, kami mampu mengolah limbah baglog sebanyak 36 ton per tahun, yang sekaligus membantu mengatasi masalah limbah serbuk kayu di desa kami,” jelas Wahab.

Program Semur Cendawan juga memberdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT) Dahlia untuk mendukung ketahanan pangan melalui intensifikasi lahan pekarangan. Pengembangan ini memungkinkan masyarakat memanfaatkan sisa lahan yang sebelumnya tidak produktif untuk budidaya jamur dan hortikultura, yang memberikan tambahan pendapatan bagi petani setempat.

Dharma menjelaskan bahwa program ini sejalan dengan upaya PHKT dalam meningkatkan kemandirian masyarakat penerima manfaat secara berkelanjutan. Inovasi yang dikembangkan dalam program ini mencakup pembangunan apartemen jamur, Model Bisnis Kemitraan Plus bersama Masyarakat (Mitra Plusma), dan teknologi sederhana seperti Sterilisasi Media Jamur Dalam Bejana (SEMENJANA) serta Pengkabut Rumah Cendawan dengan Terencana (BUMANTARA).

Dharma menyebutkan program ini mendukung pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), termasuk pengurangan kemiskinan, penghapusan kelaparan, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta penanganan perubahan iklim. “Program ini telah membuktikan bahwa pengelolaan limbah dapat diintegrasikan dengan kemandirian pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Dengan adanya pusat pembelajaran budidaya jamur ini, kelompok masyarakat di sekitar wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN) kini memiliki kesempatan untuk belajar dan mengembangkan komoditas unggulan baru yang mendukung ketahanan pangan lokal.PHKT terus berkomitmen dalam menjalankan program CSR yang berfokus pada peningkatan ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (DR).