JAKARTA – Perubahan iklim telah menyebabkan kenaikan suhu global yang signifikan dan memperburuk polusi udara di kota-kota besar. Indonesia, sebagai negara kepulauan yang memiliki potensi besar dalam energi terbarukan, memiliki peluang strategis untuk memimpin transisi energi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Fadli Rahman, salah satu pendiri YEC sekaligus Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis di Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) mengungkapkan bahwa dunia sedang bergerak ke arah bisnis berkelanjutan, negara-negara lain sudah mulai. Indonesia dengan keunggulan demografinya diprediksi bakal dipenuhi dengan generasi muda ketika proses transisi energi berlangsung.

“Jika bukan kita yang memulai saat ini, maka siapa lagi? Negara kita terbentuk dan dibangun oleh pemuda. sudah siapkah kita untuk menuju Indonesia Emas di 2045?,” ujar Fadli membuka public discussion yang digelar Youth Energy & Environment Council (YEC) untuk menyambut Indonesia International Sustainability Forum (ISF) bertema “Transisi Energi dan Udara Bersih: Generasi Muda Kunci Perubahan” di, Jakarta, Rabu (28/8).

Public discussion diharapkan bisa jadi pemantik bagi generasi muda untuk terlibat dan berkontribusi dalam mencapai target netralitas karbon pada tahun 2050 melalui inovasi dan tindakan nyata di sektor energi. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya transisi energi dan kualitas udara bersih, membangun jaringan antara generasi muda dengan berbagai pemangku kepentingan, serta menginspirasi tindakan nyata generasi muda dalam mengatasi tantangan energi dan lingkungan.

Diskusi juga diikuti oleh Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenkomarves sekaligus anggota advisory board YEC. Para pendiri YEC, seperti Billy Mambrasar, Chelsea Islan, Ferro Ferizka, Arfan Arlanda, Reynaldi Istanto, dan Satya Hangga Y.W. Putra serta Mulya Amri sebagai perwakilan dari 8percentclub.id juga turut berpartisipasi.

Sesi diskusi berfokus pada pentingnya energi bersih dalam menjaga kesehatan masyarakat dan lingkungan. Lebih jauh lagi, sesi diskusi memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan lainnya dalam merancang strategi dan aksi nyata untuk mencapai target energi bersih nasional.

Fadli menegaskan Indonesia membutuhkan transisi energi, bukan revolusi energi. Ini tidak lepas dari ketergantungan yang tinggi akan energi fosil seperti batu bara dan migas.

“Kuncinya transisi bukan revolusi, transisi energi yang kita percaya seharusnya ini tentang pemanfaatan potensi kita secara maksimal, memanfaatkan tidak cuma EBT tapi fossil fuel tentu dengan manfaatkan kehutanan yang bisa kurangi emisi. jadi semuanya harus balance,” jelas Fadli.

Sementara itu, Rachmat Kaimudin, menyatakan saat ini 86% pasokan energi Indonesia berasal dari energi fosil yang terdiri dari batu bara untuk pembangkit listrik, BBM untuk transportasi dan batu bara untuk industri.”Sulit revolusi, dari 86% ke 0% itu berat,” ujar Rachmat. (RI)