PERKAMPUNGAN di kawasan pesisir sering menghadapi masalah klasik berupa keterbatasan lahan yang mengakibatkan masyarakat di pesisir tidak memiliki ruang untuk pertanian atau penghijauan agar lingkungan menjadi lebih sehat dan asri. Padahal, penduduk semakin bertambah sehingga permukiman banyak dibangun mengapung di atas air laut.
Masalah lain yang dihadapi adalah ketersediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka mengandalkan pasokan air bersih dari luar dengan membeli eceran, mengandalkan air hujan atau jika beruntung mendapatkan air bersih dari perusahaan air minum daerah. Keterbatasan air bersih ini rawan mendatangkan berbagai penyakit.
Kondisi tersebut di alami masyarakat di 16 Rukun Tetangga (RT) di Kampung Atas Air, Kelurahan Margasasi, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Mereka tinggal di rumah panggung yang beralaskan kayu ulin sehingga tidak memungkinkan jika penghijauan dilakukan dengan media tanah. Kondisi di sekitar permukiman terlihat kumuh dengan udara yang tidak kurang sehat. Penduduknya, terutama ibu-ibu, banyak yang tidak memiliki pekerjaan.
“Ketersedian air tawar sangat bergantung pada Perumda Tirta Manuntung Balikpapan. Selain itu, warga Kampung Atas Air memiliki keterbatasan pemanfaatan ruang untuk penghijauan,” kata Dodi Yapsenang, Area Manager Communication, Relations & CSR PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Unit V Balikpapan.
Untuk pemulihan kualitas udara dan penghijauan lingkungan, Kilang Balikpapan membuat program Rain Water Harvesting and Urban Farming (Rawabening) pada 2023 yang merupakan implementasi Pilar Pertamina Hijau di kelurahan tersebut. Program Rawabening sangat unik karena masyarakat bisa melakukan pertanian di atas laut tanpa media tanah. Program ini merupakan pemanfaatan air hujan yang digunakan untuk budidaya tanaman. Tanaman tersebut tidak hanya berupa tanaman hias. Terdapat pula tanaman yang memiliki nilai tambah secara ekonomi dengan media hidroponik.
“Media tabulan pot juga digunakan untuk budidaya tanaman obat keluarga (toga) dan buah-buahan. Upaya penghijauan ini tidak hanya sebagai bentuk memulihkan kondisi lingkugan tetapi juga diarahkan kepada perekonomian mandiri kelompok perempuan yang hanya memiliki kegiatan sebagai ibu rumah tangga. Hasil panen dari tanaman-tanaman yang dibudidayakan dapat di jual dan dikelola menjadi produk turunan untuk UMKM,” papar Dodi.
Program Rawabening dijalankan oleh Kelompok Rawabening yang terdiri dari Kelompok Wanita Tani (KWT) yang bekerja sama dengan kader Posyandu Rosella. Lokasi pemberdayaan terpusat di RT 30 yang merupakan lokasi Posyandu Rosella. Di sekitar posyandu terdapat kebun hidroponik sekitar 8×4 meter. “Pengembangan budidaya sayuran sebelumnya mengalami kendala pasokan air karena apabila menggunakan air dari PDAM cukup mahal. Pertamina membantu kami untuk memanfaatan air hujan untuk budidaya sayuran hidroponik sehingga memberi efisiensi penghematan penggunaan air,” jelas Sarwana, Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Margasasi yang juga koordinator pengembangan hidroponik program Rawabening.
Dia mengatakan sebelumnya masyarakat Kampung Atas Air telah mulai menanam sayuran atau toga di dalam pot dalam jumlah terbatas karena tidak ada lahan. Dengan adanya program ini, selain lingkungan menjadi asri juga melahirkan kelompok usaha baru berupa UMKM yang mengolah sebagian hasil panen sayuran berupa salada, pakcoy dan seledri menjadi makanan ringan seperti stik sayur, peyek bayam, keripik tortilla, dan lain-lain. “Melalui hasil pertanian hidroponik ini mampu meningkatkan nilai ekonomi dan kesejahteraan para anggota kelompok,” katanya.
Yusma, koordinator pengembangan UMKM program Rawabening, mengatakan produksi makanan olahan yang dihasilkan mencapai 100 kilogram setiap bulan. Pendapatan kelompok sekitar Rp30 juta. “Penghasilan pengolahan ini membantu penghasilan keluarga ibu-ibu yang bergabung dalam kelompok,” katanya.
Program Rawabening yang antara lain merupakan implementasi PT KPI Unit Balikpapan dalam penerapan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals poin 6 Menjamin Ketersediaan Air Bersih dan Sanitasi yang Berkelanjutan untuk Semua, dan Poin 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi tersebut ternyata mendapatkan perhatian dari kalangan internasional. Di antaranya penghargaan Honoring Excellence di ajang Communitas Awards in Corporate Social Responsibilities & Community Service 2023, di Amerika Serikat.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengatakan penghargaan kepada Pertamina Group ini menjadi energi bagi perusahaan untuk terus mengembangkan program CSR untuk membantu masyarakat mengembangkan inovasi termasuk memanfaatkan energi baru terbarukan. “Melalui program CSR, terutama yang dilakukan oleh KPI, Pertamina dapat membantu masyarakat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraannya,” ujar dia.
Dodi Yapsenang menambahkan program Rawabening akan ditingkatkan pada 2024 dengan anggaran sekitar Rp120 juta. Kilang Balikpapan berencana melakukan berbagai kegiatan seperti pelatihan pemanfaatan limbah kulit bawang menjadi pestisida alami (eco enzyme) untuk hidroponik dan pelatihan budidaya vertical garden. Rencananya akan dibangun lima titik instalasi vertical garden yang tersebar di lima RT di Kampung Atas Air.
Program Rawabening diperkuat dengan adanya potensi Green House Rosella. Fasilitas ini dulu dikembangkan oleh pegiat Program Tempat Pengumpulan Sampah Terpadu (TPST) yang juga merupakan mitra binaan PT KPI Unit Balikpapan. Untuk memaksimalkan potensi tersebut, kelompok Rawabening mengembangkan green house yang sudah ada dengan memperluas area hingga 30 m2 untuk memperoleh hasil sayur yang maksimal.
“Kami juga akan melakukan desain branding hasil panen Rawabening sehingga hasil hidroponik dapat dipasarkan ke dua supermarket lokal Balikpapan, membangun satu pojok UMKM tempat display produk serta merenovasi tempat produksi UMKM di Posyandu Rosella,” ungkap Dodi.
Komentar Terbaru