KARAWANG – Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) menggelar upacara pengibaran merah putih di atas laut Jawa yang dipusatkan di Central Plant Flowstation, Blok ONWJ.
Muzwir Wiratama, General Manager PHE ONWJ yang juga bertindak sebagai inspektur upacara membacakan pesan Direktur Utama Pertamina yang mengapresiasi para pekerja PHE ONWJ yang sudah berdedikasi menjaga ketahanan energi di era transisi seperti sekarang ini.
Dia menuturkan untuk tahun ini Pertamina mengangkat tema energi baru menuju indonesia maju. Tema tersebut kata dia berasal dari semangat yang sama untuk menyatukan energi dan tetap bergeraak mewujudkan ketahanan energi. “Yang dapat menyokong kemajuan bangsa pertamina sebagai lokomotif energi nasional yang berperan mendorong laju pertumbuhan bangsa,” kata Wira membacakank pidato upacara di Centrap Plant Flowstation, Sabtu (17/8).
Pertamina kata Wira menyadari menyelaraskan energi baru di masa transisi tidak mudah. Perlu ada nilai-nilai adaptif dengan terus berinovasi dan antusias dalam menggerakan atau hadapi perubahan.
“Seluruh insan pertamina harus cepat sesuaikan diri untuk lebih baik dan perbaikan ikuti perkembangan teknologi selain itu semangat kolaboratif harus terus dibawa untuk mencapai harmoni lebih lanjut pembangunan masa depan,” ungkap Wira.
Peringatan HUT ke 79 Republik Indonesia tahun ini merupakan momen spesial bagi PHE ONWJ karena harus melepas salah satu “keluarga” tertuanya, Floating Storage and Offloading (FSO) Arco Ardjuna yang sudah purna tugas setelah beroperasi selama 52 tahun. Total sudah 1,28 miliar barel minyak ditampung dan diproses untuk disalurkan dari Arco Ardjuna. FSO Ardjuna ini juga dikenal sebagai FSO tertua dan paling lama beroperasi di dunia dan tercatat sudah melakukan lifting sebanyak 4.350 kali.
Wira mengaku PHE ONWJ kehilangan besar keluarga besarnya. Dia menuturkan selama 52 tahun beroperasi FSO Arco Ardjuna tidak pernah mengecewakan, terlebih para kru yang bekerja di sana sudah menganggap Arco Ardjuna sebagai rumah kedua mereka setelah keluarga.
“FSO Arco Ardjuna ini pahlawan dalam sejarah migas Indonesia khususnya Pertamina. Kami mengucapkan terima kasih atas dedikasi yang diberikan oleh seluruh kru yang telah menjaga dan mengoperasikan FSO Arco Ardjuna dengan baik selama lebih dari lima dekade, kata Wira.
Momen peripasahan disambut suka cita para pekerja PHE ONWJ saat Wira melepas Arco Ardjuna dengan membunyikan hand horn, dari atas Central Plant Flowstation. Lima kapal yang mengelilingi Arco Ardjuna merespons dengan mengaktifkan sistem “Fifi”, atau firefighting. Semprotan air dari kapal-kapal ini dan lambaian tangan para kru pekerja mengiringi prosesi pelepasan FSO Arco Ardjuna yang langsung berlayar menuju galangan kapal di Batam.
Berbobot 153.202 ton, FSO Arco Ardjuna memiliki dimensi panjang 142,6 meter dan lebar 48,2 meter, dan berkapasitas penyimpanan terpasang sebesar 1 juta barel.
Menurut Wira pada momen 17 Agustus tahun ini dia dan para pekerja PHE ONWJ tidak hanya mengucapkan selamat jalan kepada sebuah kapal tapi juga memberikan penghormatan terakhir untuk keluarga, FSO Arco Ardjuna, sebuah fasilitas yang memiliki guratan sejarah panjang. “Semoga catatan berharga dan warisan Arco Ardjuna terus hidup dalam setiap langkah kita ke depan, yang menyalakan semangat kita untuk senantiasa bekerja dengan andal dan selamat guna pemenuhan kebutuhan energi bangsa,” kata Wira.
Arco Ardjuna melakukan lifting terakhir pada 14 Agustus dengan menyalurkan 200 ribu barel minyak mentah ke kapal tanker MT Success Dalia XLVIII yang bakal dikirim ke kilang Plaju di Palembang. Selanjutnya Arco Ardjuna berlayar ke Batam untuk dikembalikan ke negara. Sementara minyak dari blok ONWJ bakal ditampung di FSO Ardjuna Prime yang mulai beroperasi di September nanti. Sambil menunggu beroprasi saat ini minyak ditampung di kapal tanker sementara berkapasitas 600 ribu barel. (RI)
Komentar Terbaru