KAGET dan tercengangang. Saya terus mencoba meresapi saat menonton video perjalanan transformasi Elnusa, bagaimana mungkin perusahaan yang saat ini identik dengan dunia industri ekstraktif, dunia minyak dan gas bumi ternyata dulunya adalah perusahaan yang menginisiasi berbagai inovasi di bidang yang jauh hubungannya dari sumber daya alam.
Jawaban dari rasa penasaran saya mulai terjawab saat Bachtiar Soeria Atmadja, Direktur Utama Elnusa terlihat bersemangat dengan mata berbinar menceritakan bagaimana Elnusa telah mengalami banyak sekali transformasi bisnis, baik yang diinginkan maupun tidak, untuk merespon iklim bisnis dan industri khususnya di Indonesia. Hadir pertama kali sebagai perusahaan jasa pendukung telekomunikasi perkapalan dengan nama Elektronika Nusantara, kemudian melahirkan teknologi televisi berwarna. Elnusa telah mengalami banyak dinamika, tantangan dihadapi baik internal maupun eksternal. Untuk itu Elnusa tidak berhenti berbenah dan terus bervolusi.
“Disrupsi akan terjadi kepada siapa saja yang berdiam diri. Oleh karena itu, kami juga mengoptimalkan DNA Resilience dan Inovatif yang telah kami miliki selama 55 tahun ini,” kata Bachtiar dalam media gathering dan kick off Elnusa Journalistic Award 2024 Juli lalu. Elnusa yang sekarang adalah Elnusa yang siap hadapi era baru bisnis industri ekstraktif modern.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah cukup banyak inovasi yang dihasilkan oleh Elnusa untuk menjawab kebutuhan dan tantangan industri migas saat ini, sebut saja Hydraulic Drilling Unit, yaitu kombinasi antara kebutuhan kerja ulang sumur dengan pemboran eksplorasi, sampai semen slurry merah putih untuk pemboran yang lebih efisien dan efektif.
Elnusa punya modal kuat untuk mendukung kebangkitan industri yang harus diakui masih diselimuti awan kelam. Seperti kita tahu, dalam beberapa tahun terakhir pemerintah putar otak mencari solusi atas penurunan produksi yang terus terjadi. Bongkar pasang kebijakan demi menyediakan insentif dibarengi dengan pasang target tinggi penyelesaian berbagai program kerja serta investasi jadi hal yang lumrah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.
Untuk tahun ini saja investasi ditargetkan mencapai US$15,7 miliar atau setara Rp236 triliun meningkat 15% dari realisasi investasi tahun 2023 yakni US$13,7 miliar. Investasi tersebut digunakan untuk berbagai program kerja pengembangan lapangan demi menjaga level produksi serta eksplorasi demi mencapatkan cadangan migas baru.
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) kegiatan eksplorasi study G&G ada 174 kegiatan. Diikuti dengan survei seismik 2D 5.128 km. Kemudian untuk survei seismik 3D seluas 6.643 km2 serta pemboran sumur eksplorasi sebanyak 48 sumur.
Kemudian untuk kegiatan pengembangan ditargetkan ada 932 pemboran sumur pengembangan, kemudian ada 905 pekerjaan ulang sumur (workover) dan ada 35.690 kegiatan reparasi sumur (well service). Masih berdasarkan proyeksi SKK Migas, bahwa hingga tahun 2029 nanti akan ada 141 proyek hulu migas yang siap digarap dengan total investasi mencapai US$36,2 miliar atau setara Rp 500 triliun.
Padatnya pekerjaan di sektor hulu migas ini merupakan peluang bagi pelaku usaha yang bergerak di jasa penunjang penyedia barang dan jasa, khususnya perusahaan nasional.
PT Elnusa Tbk, anak usaha Subholding Upstream Pertamina jadi salah satu pihak yang bisa menikmati besarnya “kue” di industri hulu migas. Dengan portofolio bisnis yang kuat Elnusa juga menjelma jadi kekuatan baru untuk merealisasikan berbagai kegiatan operasi produksi migas di tanah air.
Setidaknya ada lima inovasi utama yang diinisiasi Elnusa dan diyakini mampu menjawab berbagai permasalahan yang kerap kali dihadapi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam kegiatan operasi produksi.
Pertama adalah Hydraulic Workover Unit Drilling (HWUD). Inovasi ini menawarkan efisiensi biaya dibawah pemboran konvensional. Rata-rata total waktu per sumur jika menggunakan rig konvensional sekitar lima hari sementara dengan aplikasi HWUD sekitar sembilan hari
Secara keseluruhan drilling campaign apabila berdasarkan parameter waktu, rig konvensional tetap lebih cepat karena dredging biasanya dilakukan parallel dengan berjalannya pengeboran di lokasi sebelumnya sehingga tidak ada waiting time untuk masuk lokasi baru, namun secara biaya HWUD bisa lebih murah karena tanpa dredging. Sekarang ini bahkan Elnusa telah berhasil melahirkan inovasi baru Hydraulic Drilling Unit (HDU). Blok Mahakam jadi salah satu arena pengaplikasian HWUD. Elnusa juga mengintegrasikan jasa ini dengan cementing, drilling fluid services dan barges. Penggunaan HWUD juga sama dengan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang setara 75% karena hampir semua perlatan dibuat di Batam, Indonesia.
Inovasi berikutnya yaitu High Inhibitive Water Base Mud (HIWBM) yang hingga kini sudah diimplementasikan di 38 sumur di lapangan Tambun, Subang dan Jatibarang. HIWBM terbukti mempercepat pemboran 2-8 hari lebih cepat dan zero NPT. Penggunaan inovasi ini sudah terbukti menghasilkan efisiensi biaya sumur 15% serta biaya pengelolaan lumpur (mud) sebesar 30%. Selain itu mau menjaga konsentrasi sekitar 3% polyamine (Fin- Hib) melalui keberlanjutan dalam penggunaan chemical ke dalam sistem.
Inovasi ini turut meningkatkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 40% di proyek Tambun, Suband dan Jatibarang. Tidak hanya itu, produk anak usaha Elnusa (Petrofin / Fin-Hib) juga bisa diaplikasikan ke teknologi luar negeri dalam sistem lumpur yang biasa digunakan KKKS.
Selanjutnya ada Cement Slurry Merah Putih untuk proses cementing ini sukses diimplementasikan di dua sumur di blok Mahakam yang memimiliki risiko kompleksitas sumur yang tinggi termasuk adanya kandungan gas di wilayah shallow zone dan menghasilkan efisiensi biaya sebesar 10%. Elnusa melanjutkan pengembangan semen merah putih dengan jangkauan produk lebih luas dengan karakteristik berat, tekanan dan suhu sesuai dengan kondisi sumur di Indonesia. Inovasi ini diakui baik di Indonesia maupun internasional setelah sukses mendapatkan penghargaan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan China Association Inventions (CAI). Inovasi Semen Merah Putih memiliki kandungan TKDN mencapai 55% dimana mayoritas material yang digunakan Semen Merah Putih ini menggunakan bahan-bahan serta diblending di dalam negeri.
Accomodation Work Barge (AWB) ELSA-8. Ini jadi pengaplikasian solar panel pertama di atas AWB. AWB ELSA-8 juga tercatat sebagai Green Barge pertama di Indonesia yang mampu memangkas emisi CO2 sebesar 50%. AWB ELSA-8 menggunakan energi matahari (solar panel) untuk memenuhi kebutuhan listrik di ruang mesin (Engine room) serta sistem lampu navigasi. Penggunaan solar panel ini mampu jadi alternatif energi menggantikan solar untuk mesin diesel yang biasanya digunakan. Total pemangkasan emisinya bahkan sampai 50%.
Penggunaan lampu LED dan penerangan alami matahari pada siang hari sukses meningkatkan efisiensi energi. Sudah diaplikasikan inovasi ini sejak tahun 2015 di Blok Mahakam.
AWB ELSA – 8 merupakan contoh nyata penerapan TKDN sempurna yakni mencapai 100% bahkan dari sisi desain, Elnusa menggandeng desainer barge dari dalam negeri. Selain itu dibangun di galangan kapal di Indonesia dengan seluruh awak kapal (crew) juga berasal dari Indonesia. Inovasi kapal tongkang untuk crew ini dinobatkan dalam jajaran 20 best choice of leading Technology of Youth Nation Kementeristekdikti Award serta WCI Adipura Award – PHM, Winner 5R Competition kategori Big Barge.
Selanjutnya adalah Vibroseis Stimulation Impact Technology (VSIT). Inovasi ini lahir untuk menjawab tantangan yang dihadapi para KKKS yakni peningkatan oil recovery atau recovery Factor. Keuntungan penggunaan VSIT yaitu bisa diaplikasikan secara mobile serta ramah lingkungan kakrena tidak ada injeksi bahan kimia. Jangkauannya juga jauh lebih luas ketimbang metode stimulasi lainnya.
VSIT diterapkan di lapangan Tempino dengan hasil yang memuaskan yakni mampu meningkatkan produksi rata-ratar mencapai lebih dari 10% atau sebesar 51 barel per hari. Mampu mencapai puncah produksi sebesar 169 barel per hari. Sukses meningkatkan komulatif produksi sebesar 27,6 ribu barel (sejak Agustus 2020 – 31 mei 2022). VSIT juga mampu meningkatkan watercut 5%. TKDN dari inovasi ini juga sangat tinggi karena dimiliki dan dioperasikan oleh para ahli dari Elnusa. Viroseis IOR sudah dipatenkan oleh Elnusa dan Pertamina.
Elnusa juga jadi salah satu pelopor dalam kegiatan chemical Enhanced Oil Recovery (EOR) di Indonesia. Melalui anak usahanya PT Elnusa Petrofin, Elnusa melakukan injeksi polimer pada sumur T46, di Lapangan Tanjung, PEP Asset 5 di tahun 2018.
Prioritas terhadap bisnis hulu migas bisa dilihat dari alokasi belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) yang juga terus tumbuh. Tahun ini capex untuk jasa hulu migas dialokasikan sebesar 53% dari total capex yang disiapkan sebesar Rp 526 miliar. Capex sebesar itu ditujukan untuk upgrade HWU ke HWUD, menambah kapasitas jasa cementing unit, fishing tools, EWL onshore, Mobile Welltesting &N2 Converter.
Sementara 31% alokasi capex diperuntukan untuk bisnis logistik dan distribusi dengan menambah unit truk tangki minyak dan pengembangan TBBM Tembilahan. Kemudian untuk jasa pendukung dialokasikan 9% dari total capex yang diperuntukkan untuk AWB, docking barge ELSA dan Hopper Barge ETSA. Sisa alokasi sebesar 7% ditujukan untuk pengembangan bisnis lainnya.
Novrizal, Vice President Business Development and Marketing Elnusa, menjelaskan meskipun kontribusi segmen usaha hulu migas terhadap penerimaan tidak sebesar logistik namun ke depan diyakini segmen jasa hulu migas bakal berperan penting dalam pertumbuhan perusahaan. Apalagi kini Elnusa sudah menjadi bagian dari Sub Holding Upstream Pertamina, Pertamina Hulu Energi (PHE) yang punya program kerja jumbo untuk meningkatkan produksi migasnya.
“80% bisnis kita di migas, ditambah kuenya (hulu migas) masih banyak jadi kita fokus juga support subholding upstream,” kata Novrizal saat berbincang dengan Dunia Energi belum lama ini di kantor Elnusa, Jakarta.
Saat ini kontribusi migas nasional sebesar 65% memang berasal dari Pertamina Group, sehingga peluang besar menanti juga bagi Elnusa untuk ikut ambil bagian dalam menggarap berbagai proyek pencarian cadangan migas atau pengembangan lapangan Pertamina.
Novrizal menilai salah satu keunggulan yang dirasakan setelah menjadi bagian dari PHE adalah banyak peluang baru sudah bisa dibidik manajemen jauh-jauh hari lantaran arus informasi yang jauh lebih lancar. “Artinya informasi validasi cukup kuat, market intellegence harus kuat dulu. Jadi beberapa informasi peluang itu bisa kita dapatkan secara langsung,” ungkap Novrizal.
Pergerakan agresif di sektor hulu migas bisa dilihat dari kegiatan eksplorasi yang dilakukan Elnusa. Salah satu pekerjaan perburuan cadangan migas yang paling aktif dilakukan oleh Elnusa adalah pekerjaan seismik. Ada beberapa proyek seismik 3D yang dikerjakan Elnusa pada tahun 2024 ini, seperti kegiatan seismik darat 3D Balam Southeast di Rokan Hilir, Riau; akuisisi data seismik 3D Kepuh di Karawang, Jawa Barat; sampai survei seismik 3D Offshore Bone di Kabupaten Bone dan Kabupaten Wajo di Sulawesi Selatan dan Southeast (SE) Seram di perairan Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku.
Untuk kegiatan seismic darat 3D Balam Southeast sudah dimulai sejak tahun 2023 dan berhasil diselesaikan pada 4 April 2024 lalu. Dari sekitar 16.742 titik tembak di area seluas 303 km2 pada tiga kecamatan dan 12 desa di Kabupaten Rokan Hilir ini bisa diselesaikan kegiatan seismik 3D dengan jumlah jam kerja selamat sebanyak 1.453.520 Man Hours.
Elnusa juga telah merampungkan akuisisi data seismik 3D Kepuh untuk PT Pertamina EP Zona 7 atau di sekitar wilayah Karawang, Jawa Barat pada 23 Maret 2024 lalu. Ini jelas lebih cepat enam bulan dari target yang ditetapkan. Elnusa mampu menyelesaikan pekerjaan akuisisi data seismik 3D dengan 25.356 titik tembak di area seluas 501 km2 yang mencakup 19 kecamatan dan 131 desa di Kabupaten Karawang dengan jam kerja selamat mencapai 1.759.900 Man Hours.
Pada akhir Juni 2024 lalu Elnusa juga sukses menuntaskan kegiatan survei seismik 3D Offshore Bone dan SE Seram. Kegiatan survei seismik yang merupakan bagian dari Komitmen Kerja Pasti (KKP) PHE Jambi Merang di wilayah terbuka ini menggunakan kapal survei Seismic Vessel HYSY 760 dan empat kapal pendukung. Survei seismik dilakukan dengan metode akuisisi seismik 3D Marine Streamer Broadband dengan memakai marine streamer 4×8.500 meter.
Survei seismik 3D Bone seluas 821 km2 di perairan laut Kabupaten Bone mampu diselesaikan dalam waktu 26 hari atau lebih cepat 11 hari dari target yang ditetapkan. Sementara survei 3D SE Seram di perairan laut Kabupaten Seram Bagian Timur dengan luas 700 km2 bisa dirampungkan dalam 59 hari atau lebih cepat 15 hari dari target.
Kinerja Positif Dongkrak Optimisme Pasar
Bachtiar Soeria Atmadja, Direktur Utama Elnusa, mengungkapkan proyek survei seismik 3D Bone dan SE Seram ini sangat penting untuk membuka daerah baru dalam kegiatan eksplorasi migas di wilayah timur Indonesia yang masih menyimpan potensi sangat besar. “Elnusa tentunya sangat bangga dapat turut andil dalam upaya mencari potensi sumber daya migas tersebut,” kata Bachtiar pada Kamis (1/8).
Menurut dia realisasi aktivitas Elnusa cukup beragam dan tersebar dari wilayah Sumatra, Jawa, hingga perairan laut di Sulawesi Selatan dan Maluku. “Ini menunjukkan kompetensi Elnusa yang tangguh untuk segala medan dan wilayah dalam bidang seismik,” ujar Bachtiar.
Kegiatan eksplorasi yang lancar sejalan dengan kinerja operasional dan keuangan yang positif. Sepanjang enam bulan pertama tahun ini pendapatan usaha Elnusa tercatat sebesar Rp 6,3 triliun, tumbuh 8% year on year pada semester yang sama. Pendapatan usaha konsolidasi tersebut dikontribusikan melalui segmen jasa distribusi dan logistik energi sebesar 50%, jasa hulu energi 41% dan jasa Penunjang Energi 9%. Adapun pada jasa Hulu Energi menunjukan pertumbuhan yang agresif, hal tersebut menjadikan komposisi segmen Hulu dan Hilir berimbang. Sementara untuk realisasi beban pokok pendapatan tercatat sebesar Rp5,6 triliun.
Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 443 miliar, tumbuh 77% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan didorong pada kinerja Geoscience & Reservoir Services/ Seismic, selain itu juga didukung atas pertumbuhan pada jasa pengelolaan dan pemeliharaan sumur migas Drilling Workover & Well Intervention. Di sisi lain pada jasa Distribusi dan Logistik Energi kontribusi pendapatan usaha berasal dari sub segmen Transportasi BBM dan pengelolaan Depo.
Pertumbuhan laba bersih Perseroan pada semester I 2024 ini dikontribusikan terbesar dari segmen jasa Hulu Energi dan disusul oleh segmen jasa Distribusi dan Logistik Energi serta adanya implikasi atas pembukuan pendapatan bunga. Kinerja operasional dan finansial juga disambut positif pasar.
Sampai pertengahan tahun 2024, ELSA ditutup Rp434 per lembar saham. Di awal Agustus malah sempat menyentuh Rp500, harga tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pada pembukaan perdagangan awal tahun 2024, saham sercatat pada angka Rp402.
Peluang Elnusa untuk tumbuh dan berkembang dipastikan semakin besar. Hal itu juga diamini oleh Tutuka Ariadji, Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga mantan Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dia menilai Elnusa dapat mengembangkan jasa penunjang bidang Chemical EOR dengan bekerjasama dengan Perusahaan nasional dan internasional untuk membantu implementasi EOR di dalam negeri memperdayakan jaringan dan pengalaman lapangan serta infrastruktu yang telah dimiliki.
Elnusa kata Tutuka telah mulai bergerak ke arah EOR dengan stimulasi Vibroseimik. “Ini bisa dikembangkan ke arah skala lapangan lebih luas dengan perbaikan perencanaan dan implementasi serta sistem monitoring,” ujar Tutuka kepada Dunia Energi belum lama ini.
Bidang EOR lainnya yang tepat kata Tutuka untuk karakter lapangan-lapangan Indonesia dan sesuai dengan ketersediaan material yang diperlukan bisa menjadi ranah baru bagi pengembangan divisi EOR di Elnusa. “Seperti penyediaan dan transportasi CO2 untuk CO2 EOR, Microbial EOR, dan sebagainya,” ungkap Tutuka.
Peluang besar memang dimiliki Elnusa untuk lebih berbicara banyak di industri hulu migas. Apalagi pemerintah telah menetapkan Long Term Plan (LTP) guna mencapai target produksi. Dalam LTP tersebut banyak program kerja yang menanti untuk digarap.
Rudi Satwiko, Deputi Dukungan Bisnis Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menyatakan kemampuan perusahaan jasa hulu migas nasional seperti Elnusa sudah mumpuni untuk menggarap berbagai proyek baik itu eksplorasi maupun eksploitasi di tanah air. Dia pun mendukung Elnusa untuk terus berekspansi dan mulai lebih aktif menggarap proyek-proyek migas di perairan (offshore).
“Semoga ke depan Elnusa bisa investasi untuk kegiatan di laut (offshore). Kalau onshore sudah jago lah,” ungkap Rudi kepada Dunia Energi, Kamis (15/8).
Sementara itu, Ariana Soemanto, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM, menuturkan pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya mendorong perburuan cadangan migas melalui kegiatan eksplorasi yang masif, antara lain fokus pada 5 area di Indonesia Timur yaitu Buton, Timor, Seram, Aru, dan Warim. Saat ini mayoritas sedang joint study, dan ada yang siap lelang, bahkan ada yang sudah menjadi blok migas. Perusahaan migas internasional juga makin intensif untuk eksplorasi antara lain Exxon Mobil dan BP yang sedang melakukan joint study area eksplorasi.
Selain itu, Komitmen Kerja dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama Migas (KKKS) sejak tandatangan kontrak migas dalam 3 tahun terakhir termasuk untuk eksplorasi tercatat sekitar Rp 15 triliun.
“Untuk eksplorasi maupun pengembangan hulu migas tidak hanya dilakukan oleh KKKS, namun memerlukan dukungan dari badan usaha penunjang migas,” ungkap Ariana saat dihubungi Dunia Energi, Kamis (15/8).
Berbagai kegiatan untuk mendukung kegiatan operasi produksi migas menurut Ariana dapat dilakukan oleh penunjang migas seperti Elnusa antara lain seismik, study subsurface, coring, logging, pemboran termasuk lumpur dan cementing, workover sumur, wellservices. Penerapan teknologi dan optimalisasi produksi serta usaha penunjang migas lainnya memerlukan dukungan dari badan usaha penunjang migas.
“Usaha penunjang migas memainkan peran vital dalam kegiatan hulu migas, sekaligus harus tetap menjaga safety and compliance terhadap standar dan peraturan perundang-undangan,” ujar Ariana.
Meskipun era transisi energi sudah berjalan, sektor migas dipastikan tetap berkontribusi besar dalam pemenuhan energi nasional terutama gas. Untuk itu bisnis migas tidak akan mati dalam waktu dekat justru makin tumbuh. Bermodal total solutions berlandaskan inovasi yang terus berkembang, Elnusa adalah contoh nyata bahwa industri hulu migas belum habis. Elnusa adalah salah satu aktor penting dibalik ambisi kebangkitan industri migas nasional untuk memenuhi kebutuhan energi ibu pertiwi. (RI)
Komentar Terbaru