TUBAN – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus agresif meluncurkan inisiatif strategis guna menyokong ketahanan industri petrokimia Indonesia. Melalui kolaborasi Pertamina Group, KPI bersama PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) bermitra memproduksi Heavy Aromatics yang merupakan bahan baku Solvent (pelarut). Saat ini, kapasitas produksi TPPI untuk menghasilkan produk Heavy Aromatic mencapai 18 ribu barrel atau setara 2.500 metrik ton per bulan.
Aji Danardono, Vice President Commercial & Sales KPI, menyatakan bahwa komersialisasi produk-produk petrokimia merupakan inisitif bisnis perusahaan.
“Komersialisasi Heavy Aromatic, merupakan salah satu insiatif PT Kilang Pertamina Internasional, selaku, Sub Holding Refining & Petrochemical, dalam melakukan diversifikasi dan ekspansi portfolio produk petrokimia,” kata Aji dalam keterangannya, Minggu (4/8).
Aji melanjutkan bahwa selama ini sinergi KPI dan TPPI telah terjalin dengan solid. KPI merupakan pemasok semua kondensat yang diolah TPPI menjadi berbagai produk petrokimia.
“Produk-produk yang dihasilkan dari sinergi ini termasuk Heavy Aromatic, Gasoline, Paraxylene, dan Benzene,” jelas Aji.
Sementara itu Corporate Secretary KPI, Hermansyah Y Nasroen menjelaskan manfaat dari Heavy Aromatic yang berfungsi untuk menjadi bahan baku produksi Solvent (pelarut). Selain itu, Kilang TPPI yang berlokasi di Tuban ini memiliki portfolio menghasilkan produk-produk unggulan aromatic dan petroleum. “Untuk produk aromatik mencakup Paraxylene, Benzene, dan Orthoxylene, sementara produk petroleum mencakup Mogas 92/Pertamax, Mogas 90/Pertalite, dan Gas Oil/Solar,” jelas Hermansyah.
KPI, TPPI serta PT Pertamina Petrochemical Trading gerak cepat melakukan pengapalan produk petrokimia Heavy Aromatic dengan volume sebesar 31 ribu barrel dengan destinasi ke Hazira Port di India. Secara akumulatif, di tahun 2024 sinergi ini telah berhasil mengapalkan tak kurang dari 56 ribu barrel produk Heavy Aromatic menyusul pengapalan perdana pada bulan Juni 2024.
Pengapalan tersebut disaksikan langsung oleh Vice President Commercial & Sales KPI, Aji Danardono bersama dengan Direktur Utama PT Pertamina Petrochemical Trading, Oos Kosasih. Sinergi ini dilakukan sejalan dengan target Pertamina untuk meningkatkan pendapatan dari petrokimia sebesar US$10 hingga 30 Miliar di tahun 2030.
Hermansyah juga memaparkan bahwa KPI melalui unit operasi dan anak usahanya mengemban amanah menyokong industri petrokimia nasional menyusul adanya tren kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dan petrokimia hingga 2030 diperkirakan masih akan terus meningkat hingga mencapai 7.646 kilo ton per tahun. Sementara, saat ini kapasitas domestik baru dapat memproduksi produksi sekitar 1.000 kilo ton produk per tahun.
Lebih lanjut Hermanyah menjelaskan bahwa KPI melakukan transformasi bisnis model kilang dan petrokimia guna mewujudkan visi ‘profitable refinery’.
“Selain TPPI, KPI telah mengembangkan kilang petrokimia terintegrasi termasuk Kilang Polypropylene di Kilang Plaju yang memproduksi Polytam (Polypropylene Pertamina), Kilang Paraxylene di Cilacap yang memproduksi Paraxylene dan Benzene serta produk lainnya, dan Kilang OCU (Olefin Convertion Unit) di Balongan yang memproduksi Propylene,” kata Hermansyah.
Agresivitas portfolio kilang petrokimia terintegrasi KPI ditunjukkan dari performanya. Adapun TPPI saat ini mampu mengolah hingga 100 ribu barel per hari Condensate dan/atau Naphtha dan menghasilkan 780 ribu ton Paraxylene per tahun; 528 ribu ton Benzene per tahun; dan 112 ribu ton Orthoxylene per tahun. Selain itu, Kilang TPPI juga mampu memproduksi LPG hingga 140 ribu Ton per tahun; 1 juta Ton Light Naphtha per tahun; 3,6 juta barrel Gas Oil per tahun; dan 23,7 juta barrel Mogas (92, 90) per tahun.
Kolaborasi “One Pertamina”
Paska restrukturisasi Holding-Subholding Pertamina, kata Hermansyah, kegiatan bisnis dilakukan dengan spirit “One Pertamina” yang berorientasi pada kolaborasi untuk memperkuat sinergi. Pengapalan kargo Heavy Aromatic merupakan bagian dari Strategic Initiative Diversifikasi dan Optimasi Komersialisasi Produk Petrochemical dan dilakukan bersama dengan dengan Direktorat Operasi PT KPI, PT TPPI dan PT Pertamina Petrochemical Trading. Sesuai dengan spirit keberlanjutan perusahaan, dalam acara launching tersebut, diadakan penyerahan mesin pengolah limbah plastik dari KPI yang diserahkan langsung oleh Vice President Commercial & Sales KPI Aji Danardono kepada NGO Lima 2B di Tuban.
“Kedepannya KPI bersama-sama dengan Subholding Pertamina lainnya akan terus melakukan kolaborasi dan optimasi dalam produksi dan penjualan produk-produk petrokimia yang ramah lingkungan, serta dapat turut serta memberikan kontribusi positif untuk Indonesia,” ujar Hermansyah.
KPI merupakan anak perusahaan Pertamina yang menjalankan bisnis utama pengolahan minyak dan petrokimia sesuai dengan prinsip ESG (Environment, Social & Governance). KPI juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi operasional sebagai bagian dari penerapan aspek ESG. KPI akan terus menjalankan bisnisnya secara professional untuk mewujudkan visinya menjadi Perusahaan Kilang Minyak dan Petrokimia berkelas dunia yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial serta memiliki tata Kelola perusahaan yang baik. (RI)
Komentar Terbaru