JAKARTA – PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) telah merealisasikan penggunaan dana Obligasi Berwawasan Lingkungan I (green bond) sebesar Rp339,9 miliar untuk debt repayment kepada Indonesia Infrastructure Finance (IIF) dan modal kerja Perseroan. ARKO tercatat telah menerbitkan green bond pada 2023,
“Dengan penerbitan obligasi ini, green
bond diharapkan dapat menjadi dukungan serta upaya untuk menumbuhkembangkan kegiatan usaha Perseroan yang berwawasan lingkungan,” kata Boy Gemino Kalauserang, Direktur ARKO, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Senin(1/4/2024).
Pada RUPST tersebut, Dewan Komisaris Perseroan juga mengapresiasi daya tahan Perseroan di tengah anomali cuaca El Nino sepanjang tahun 2023 yang berdampak secara langsung terhadap kinerja operasional Perseroan.
Arya Pradana Setiadharma, Komisaris Utama ARKO, mengutip pernyataan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bahwa puncak dari El Nino terasa pada semester 2 tahun 2023.
El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal dan berujung pada curah hujan yang berkurang di wilayah Indonesia, menjadikan produksi listrik menurun akibat debit air menuju turbin berkurang.
Meskipun pendapatan ARKO mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, margin laba bersih dapat tetap terjaga dan bahkan mengalami sedikit perbaikan menjadi 21,9% pada 2023, setelah sebelumnya tercatat sebesar 21,3% pada 2022. Margin laba bersih yang stabil ini menjadi indikator daya tahan Perseroan yang baik di tengah anomali cuaca yang melanda sepanjang tahun 2023.
“Tidak hanya fokus pada pengembangan bisnis, lebih dari itu, Perusahaan juga berupaya untuk berkontribusi bagi negara dan bahkan dunia dengan melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),” kata Arya.
Sejak tahun 2017 hingga 2023, Perseroan telah mencatat penurunan emisi GRK sebanyak ±323,473 ton CO₂eq. Upaya ini menjadi bukti komitmen Perseroan untuk mendukung program Pemerintah terkait nationally determined contributions (NDC) yang merujuk pada pengurangan emisi karbon 2030 untuk menekan suhu bumi tidak naik di atas 1,5° Celsius.
“Dengan demikian, target net zero emission pada 2060 dapat semakin cepat kita raih,” ujar Arya.
Aldo Henry Artoko, Direktur Utama ARKO, menyampaikan sepanjang tahun 2023, Perseroan mencatat laba bersih sebesar Rp39.1 miliar. Perseroan memutuskan tidak membagikan dividen atas laba bersih tersebut karena akan menggunakannya sebagai laba ditahan dengan tujuan untuk ekspansi ke depan. “Sebesar Rp2 miliar akan digunakan sebagai dana cadangan Perseroan. Sisa laba bersih sebesar Rp37.2 miliar akan digunakan sebagai laba ditahan guna ekspansi Perseroan,” ujar Aldo.
Pada Desember 2023, Perseroan melalui anak usaha yakni PT Arkora Hydro Malili, telah melakukan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement (PPA) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro Tomoni 2 x 5 MW dengan PT PLN (Persero). Perjanjian ini berlaku selama 25 tahun sejak Commercial Operation Date (COD), menandakan pengembangan berkelanjutan Perseroan dalam jangka panjang.(RA)
Komentar Terbaru