JAKARTA– PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), bagian dari PT Pertamina Hulu Energi Subholding Upstream, memproyeksikan produksi minyak dari Wilayah Kerja Rokan pada 2024 sebesar 167 ribu barrel oil per day (Bopd) melalui pengeboran 500-an sumur yang melibatkan sekitar 80-rig untuk kegiatan sumur pengeboran dan sumur work intervention. PHR memproyeksikan pendapatan usaha (revenue) pada tahun depan sebesar US$ 3 miliar dengan proyeksi laba bersih (net profit) sebesar US$ 700 juta (setara Rp10,7 triliun) dengan asumsi harga jual minyak rata-rata US$ 82 per barel.

“Untuk mencapai target tersebut kami menyiapkan belanja modal hingga US$ 1 miliar dan belanja operasi sebesar US$ 2 miliar,” ujar Chalid Said Salim, Direktur Utama PHR, saat bertemu editor media nasional di Jakarta, Selasa (19/12/2023).

Chalid mengatakan proyeksi produksi tahun depan dari WK Rokan lebih tinggi dari realisasi rata-rata produksi pada 2023 yang mencapai 160 ribu Bopd-162 ribu Bopd atau 26% dari produksi nasional. Kegiatan sumur pengembangan pada 2023 mencapai 500 sumur dengan 27 rig. “Kontribusi PNBP (penerimaan negara bukan pajak) dan pajak mencapai Rp45 triliun,” ujar Chalid.

Dalam menjalankan kegiatan bisnis di wilayah operasi, lanjut Chalid, PHR mengedepankan aspek Health, Safety, Security, Enviromment (HSSE). Penggunaan teknologi juga dilakukan dalam kegiatan operasi dan bisnis perusahaan. “Kami, misalnya, menggunakan AI (artificial intelligent) pada beberapa fungsi operasi,” katanya.

Tak hanya untuk pemerintah pusat, lanjut Chalid, PHR juga berkontribusi untuk daerah. Untuk Pemerintah daerah (Pemda) juga sudah ada pengalihan hak partisipasi (Participating Interest/PI) 10 persen kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Riau.

Di sisi lain, PHR juga tidak hanya berkontribusi dalam bentuk pajak dan PNBP buat negara tetapi juga bagi masyarakat di sekitar. Program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) juga memberi efek berantai (multiplier effect) terhadap sekitar 32 ribu penerima manfaat. (DR)