JAKARTA – Pembangunan Pusat Data generasi baru kini semakin kompleks.  Permintaan akan daya komputasi tumbuh secara eksponensial dikarenakan integrasi teknologi pada pusat data seperti penggunaan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), machine learning (pembelajaran mesin), dan teknologi lainnya yang membutuhkan data dalam jumlah besar. Dengan ancaman serangan siber yang kerap terjadi, semua perusahaan menekankan pentingnya penerapan langkah-langkah keamanan yang semakin canggih. Pusat data juga tengah disoroti setelah maraknya gangguan pusat data.

Laporan Global Data Center Trends 2023 dari CBRE mengungkapkan bahwa Singapura memiliki kapasitas listrik kurang dari 4 Megawatt yang dapat digunakan, namun memiliki vacancy rate (kekosongan) penyewaan pusat data yang sangat rendah, yakni di bawah 2%.  Hal ini menjadikan Singapura sebagai negara penyedia pusat daya dengan kendala daya tertinggi di dunia.  Pada saat yang bersamaan, Singapura adalah penyedia pusat daya yang sangat diminati dari pelanggan dari seluruh dunia. Hal tersebut mendorong permintaan akan pusat data untuk melebarkan kapasitas ke lokasi terdekat seperti Johor di Malaysia dan juga Indonesia.  Hal tersebut tidak terhindarkan akibat keterbatasan ruang di Singapura dan juga pertimbangan dampak lingkungan.

Indonesia Data Centre Market Size & Share Analysis – Growth Trends & Forecasts (2023 – 2028) dari Mordor Intelligence mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi digital, start-ups, dan pengguna internet mendorong pengembangan pusat data hyperscale di Indonesia. Kapasitas pusat data di Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 514 MW pada tahun 2023 menjadi lebih dari 1.410 MW pada tahun 2029.

Pusat data di seluruh dunia, diklasifikasikan dari tier 1 hingga tier 4 berdasarkan beberapa faktor seperti jaminan uptime, tingkat redundansi, dan beberapa faktor lainnya. Pusat data tier 4 adalah peringkat tertinggi di mana pusat data dengan klasifikasi ini memiliki infrastuktur yang paling kompleks dan menawarkan tingkat kehandalan tertinggi, dengan sistem independen dan terisolasi, dan memiliki sistem catu daya yang redundan, sehingga dapat terus beroperasi bahkan jika salah satu sistem gagal. Di Indonesia, segmen tier 3 mendominasi pasar pusat data, menguasai lebih dari 50% pangsa pasar sejak tahun 2022, dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 15% pada 2029. Dalam lima tahun ke depan, segmen tier 4 diperkirakan akan tumbuh paling cepat, dengan laju 25.9% setiap tahunnya.

Di acara Data Centre World Asia 2023 tahun ini, CHINT memamerkan solusi pusat data yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan distribusi daya pada pusat data hyperscale. Salah satu solusi ini di antaranya EnergiX-P40, sebuah Power Distribution Unit (PDU) yang telah memperoleh sertifikasi di bawah type test standar IEC-61439. Pemutus sirkuit (circuit breaker) di EnergiX-P40 dapat diganti tanpa mematikan seluruh PDU karena memiliki hingga 144 outgoing circuits. Hal ini sangat penting bagi pusat data dan infrastruktur vital lainnya, di mana downtime, bahkan selama masa pemeliharaan atau perbaikan, tidak boleh terjadi. Hal ini juga dapat membantu meningkatkan ketersediaan daya dan uptime pusat data dan aplikasi penting lainnya.

Selain itu, pusat data CHINT juga sangat cocok untuk digunakan di Filipina dan Indonesia yang rentan terhadap bencana alam dan terputusnya pasokan listrik. Dan EnergiX-P40 dari CHINT juga telah memperoleh sertifikasi uji seismik IEC60068, yang dirancang untuk tahan terhadap bencana alam seperti gempa bumi dan angin topan. Hal ini dapat mengurangi risiko downtime yang mungkin akan kerap dihadapi pusat data di Filipina dan Indonesia.

Gardu listrik juga merupakan bagian vital dari solusi pusat data, berperan dalam menurunkan tegangan listrik dari jaringan dan menyediakan daya cadangan manakala terjadi pemadaman. Gardu listrik prefabrikasi dari CHINT dirancang dan dirakit di kondisi area pabrik yang diawasi ketat dan juga dapat menyertakan sistem baterai lithium.

Gardu-gardu kemudian dikirim ke lokasi pusat data dan dapat diintegrasikan dengan sistem proteksi kebakaran secara mudah di lokasi on-site. Hal ini mengurangi pemborosan material tanpa harus melakukan perubahan khusus di lokasi.

Dengan pengalaman mendunia lebih dari 35 tahun serta tim engineer dan ilmuwan riset terbaik yang tersebar di lebih dari 140 negara dan wilayah, CHINT berada di garda depan dalam mendorong perubahan pada industri pusat data. Di Filipina, CHINT juga telah mendukung banyak proyek pembangunan pusat data, termasuk salah satu pusat data hyperscale terbesar di negara ini, yang memiliki luas 43.000 m2 di tiga gedung data hall empat lantai dan dengan konektivitas ke lebih dari 400 pusat data.

Er. Lim Say Leong, IEC Ambassador (2018 – 2021) and Technical Director of Asia Pacific, CHINT Global and Sunlight Electrical mengungkapkan, pusat data merupakan infrastruktur yang sangat penting, maka dari itu pemilik pusat data harus mengatasi kompleksitas pembangunan pusat data sejak tahap awal setiap proyek untuk mencapai standar tertinggi, serta mempertimbangkan peraturan pemerintah dan skalabilitas (kemampuan untuk ditingkatkan). Pembangunan pusat data membutuhkan perencanaan dan rancangan yang cermat.

“Para engineer yang mengerjakan proyek ini harus memiliki keahlian untuk mempertimbangkan semua faktor yang terlibat, seperti cara mengoptimalkan desain pusat data dan memilih bahan yang paling hemat biaya dengan kualitas dan metode konstruksi yang tinggi. Selain itu, penggunaan gardu listrik prefabrikasi juga dapat secara signifikan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membangun pusat data, meningkatkan kualitas konstruksi, dan tentunya lebih hemat biaya dibandingkan metode konstruksi tradisional, terutama untuk pusat data hyperscale,” kata Er. Lim, dalam keterangannya, Rabu (1/11).

Dia menjelaskan sifat sistem yang saling terkait dalam infrastruktur pusat data dan cara-cara di mana pusat data dapat dibangun untuk mencapai dampak strategis berupa kecepatan dan kinerja jaringan yang tinggi selama fase konstruksi dan operasional.

“Selain menyediakan berbagai solusi yang tersedia untuk operator pusat data, CHINT juga akan terus menata ulang inovasi dengan para stakeholder untuk mendorong batas-batas pembangunan pusat data di wilayah ini,” ungkap Er. Lim. (RI)