DUMAI – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengadakan kegiatan joint exercise bersama pihak Polri, Kementerian Perhubungan hingga SKK Migas. Kegiatan ini sebagai upaya melatih dan mengantisipasi adanya tindakan sabotase keamanan dalam penyaluran migas.
Kegiatan tersebut berkolaborasi dengan lintas sektor, di antaranya perwakilan Kementerian Perhubungan yakni Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Dumai, Polres Dumai, Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Dumai, Polairud Dumai, SKK Migas dan lintas tim di PHR WK Rokan. Latihan bersama tersebut meliputi International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code, Skenario Latihan Gabungan dalam Keadaan Darurat, Sabotase Keamanan yang mengakibatkan Kebakaran & Tumpahan Minyak di Dumai Terminal, Rabu pekan lalu.
Rudi Ariffianto, Corporate Secretary Pertamina Hulu Rokan (PHR), menjelaskan kegiatan joint exercise tersebut bertujuan untuk memastikan kesiapsiagaan tim dalam menangani keadaan darurat dan penerapan rencana keadaan genting seperti tumpahan minyak, gangguan keamanan, kebakaran, sabotase dan peningkatan aspek keselamatan kerja lainnya.
“Operasi WK Rokan memiliki tatanan operasional yang unggul. Kami berupaya memberikan kontribusi terbaik bagi pemenuhan energi nasional, termasuk operasi yang aman dan nyaman. Apabila terjadi di luar kehendak kita, kami memiliki prosedur untuk mengeskalasi dan penanganan yang tepat,” kata Rudi.
Dalam hal ini, PHR memiliki metode penanganan risiko operasi mulai dari pencegahan hingga penanggulangan. Dari sisi pencegahan, PHR melakukan sosialisasi dan peningkatan kesadaran perihal aspek safety, pengecekan keandalan fasilitas, serta melakukan perawatan fasilitas secara berkala.
Lalu dari sisi penanggulangan, ada rangkaian metode yang digunakan terutama untuk mengatur strategi respons dengan menggunakan teknologi yang tepat guna. Selanjutnya juga langkah menurunkan tim dalam penanggulangan keadaan darurat tersebut, serta mengevaluasi dampak yang terjadi, terutama dalam hal tumpahan minyak.
“Semua dilakukan dengan kerja sama yang baik dengan tim penanggulangan keadaan darurat (Onsite Respons Team/ORT), dan diteruskan dengan kolaborasi lintas instansi,” ujarnya.
Pada Joint Exercise ini, skenario tersebut meliputi sabotase, kebakaran, hingga tumpahan minyak di Terminal Dumai. Pada waktu yang sama, dibentuk tim untuk memecahkan kendala yang terjadi.
Rudi menyampaikan, bahwa operasi tanggap darurat tersebut merupakan persiapan matang dalam menghadapi tantangan di operasi Migas. Namun demikian, akan lebih baik pembelajaran terkait kondisi kegawatdaruratan ini tidak sampai terjadi insiden.
“Di lapangan kita menghadapi potensi resiko, yang membutuhkan usaha, waktu, tenaga, pikiran dan biaya yang besar untuk menanggulangi kejadian tersebut. Maka dari itu, persiapan dan kesiapan harus tetap dipersiapkan dengan matang,” kata Rudi.
Faisal Rahman, Kabid Keselamatan Berlayar Penjagaan dan Patroli (KBPP) mengatakan, kegiatan ini sangat berguna untuk kesiapsiagaan menghadapi tantangan. Pihaknya mengapresiasi langkah PHR dalam operasi yang unggul tersebut.
“Ini salah satu bentuk latihan pengamanan latihan untuk gangguan operasional, sehingga kita semua memiliki keterampilan, pencanangan dan mengantisipasi ancaman perusakan hingga pembajakan. Oleh karena itu, keamanan adalah modal utama yang harus kita jaga bersama. Kami selaku penanggung jawab otoritas pelabuhan mengapresiasi PHR,” ungkapnya.
Komentar Terbaru