JAKARTA – Pemerintah tengah mengkaji untuk kembali melakukam revisi terhadap rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD) blok Masela. Hal ini sebagai buntut dari terus molornya pengembangan Masela yang salah satunya disebabkan oleh proses pelepasan Participating Interest (PI) Shell di Masela.
Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menyatakan sejauh ini proyek Masela belum dijalankan sesuai dengan PoD yang sebelumnya disetujui. Maka berdasarkan regulasi yang ada, pemerintah bisa melakukan evaluasi terhadap PoD.
“Itu sesuai regulasikan kalau projectnya, PoD-nya tidak dilaksanakan kita akan evaluasi, review apa saja yang harus dilaksaknakan di PoD itu, yang tidak dilaksanakan oleh kontraktor maupun pemegang PI di proyek itu,” kata Dwi di Jakarta beberapa hari lalu.
Hingga kini menurut Dwi Shell masih bernegosiasi masalah harga PI dengan calon pembelinya yaitu Pertamina. “Sedang negosiasi ya Shell dengan Pertamina,” ujar Dwi.
Kabar akan bergabungnya Petronas bersama Pertamina di pengelolaan Masela memang sudah lama tersiar bahkan sejak tahun lalu. Tapi baik Pertamina maupun pemerintah belum mau berbicara banyak. Pemerintah sendiri menegaskan keterlibatan Petronas merupakan inisiatif business to business.
mengetahui bahwa Shell bakal melepas Participating Interest (PI) di blok Masela. Pasalnya berbagai dukungan telah diberikan oleh pemerintah.
Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan bahwa pemerintah sangat menyayangkan sikap Shell yang memilih pergi begitu saja dari proyek lapangan abadi gas Masela setelah pemerintah mengupayakan berbagai insentif sebagai dukungan kepada Shell dan mitranya Inpex agar proyek Masela bisa masuk secara keekonomian.
“Shell sudah dikasih berbagai insentif, split bagus dinaikkan dan lainnya. Sesudah dikasih semuanya baru “kabur” (lepas PI),” kata Arifin belum lama ini kepada Dunia Energi.
Blok Masela merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang hak partisipasinya dipegang oleh Inpex dan Shell. Namun Shell kemudian menyatakan keinginan untuk melepas hak partisipasinya. di Lapangan Abadi, sehingga harus dicari penggantinya. Sebelum menarik diri dari Blok Masela, Shell menguasai 35% saham participating interest (PI). Sisanya dikuasai Inpex sebesar 65%. Shell sendiri sebenarnya menjadi pemain kunci dalam pengembangan blok Masela karena memiliki teknologi membangun fasilitas pengolahan LNG berskala besar.
Selain itu investasi di Masela tidak sedikit, sehingga membutuhkan perusahaan yang benar-benar kuat dari sisi finansial.
Investasi di Blok Masela butuh dana besar. Pada POD awal, nilai investasinya diestimasikan mencapai US$19,8 miliar dengan kapasitas fasilitas LNG mencapai 9,5 Metrik Ton Per Annum (MTPA) atau setara 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) serta gas pipa mencapai 150 MMscfd. Selain itu, Blok Masela diproyeksi menghasilkan kondensat 35 ribu barel per hari. Terbaru, investasinya diperkirakan bakal membengkak antara US$1,3-US$1,4 miliar untuk membiayai penerapan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). (RI)
jadinya saya bertanya tanya….apakah kajian process engineering benar benar serius dilakukan, dan dipertimbangkan di awal, ketika keputusan mengalihkan offshore platform ke onshore (platform + plant) dilakukan ?? kasihan yang capek capek belajar teknik (kimia/process), jika ilmu penting ini tidak dipakai dengan sebaik baiknya untuk menuju keputusan nasional yang penting…Membuat olefin plant di onshore Masela seharusnya melalui kajian (feed gas dsb.) yang akurat…dan itu ilmu teknik (proses/kimia) yang lebih dahulu menjelaskan.