JAKARTA – Proyek hilirisasi batu bara Demithyl Ether (DME) yang sempet dicanangkan pemerintah makin sepi peminat. Perusahaan sekelas PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang merupakan perusahaan tambang batu bara terbesar di tanah air saja segan untuk menyentuh proyek DME.

Garibaldi Thohir, Presiden Direktur Adaro, menyatakan, masih banyak jalan untuk melakukan hilirisasi, dan DME belum masuk dalam rencana perusahaan. Bahkan menurut dia ada cara lebih mudah melakukan hilirisasi batu bara ketimbang harus menggarap proyek DME yang sulit, bahkan inisiatornya saja memilih tidak melanjutkan.

“Kita sih jalankan hilirisasi yang lebih bermanfaat lebih bisa dieksekusi, dari pada yang sulit (DME),” kata Garibaldi saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (11/5).

Menurut pria yang akrab disapa Boy itu, Adaro sebenarnya telah mengimplementasikan hilirisasi batu bara yakni dengan memproses batu bara menjadi kokas dan punya nilai tambah. Dia menjelaskan hilirisasi memiliki esensi agar raw material yang ditambang diolah terlebih dulu sehingga memiliki nilai tambah. Itulah yang dilakukan Adaro.

“Intinya maksud dari pemerintah jangan ekspor raw material sehingga nggak ada nilai tambah, sehingga olah cooking coal jadi kokas,” ujar Boy.

Menurut Boy batu bara paling baik memang dimanfaatkan untuk tenaga listrik. “Hilirisasi baru bara yang terbaaik jadi listrik, itu the best, nilai tambah terbesar heat jadi listrik,” tegas Boy.

Pemerintah memang harus gigit jari lantaram proyek DME yang digagas melalui PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Air Products, serta Pertamina harus kandas ditengah jalan. Air Products yang memiliki kemampuan teknologi memilih tidak lanjutkan rencana invesyasinya di Indonesia. Padahal Presiden Joko Widodo yang sempat secara langsung meresmikan proyek tersebut. (RI)