JAKARTA – Pemerintah telah menetapkan sektor minyak dan gas adalah sektor yang masuk dalam delapan sektor prioritas investasi hingga 2040. Realisasi investasi sektor hulu migas hingga triwulan 1 2023 mencapai US$ 2,63 miliar atau meningkat 25,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2022.
Pemerintah telah menetapkan delapan sektor prioritas investasi hingga 2040 yang dibagi menjadi tiga fokus area, pertama adalah sektor mineral dan batubara yang ditargetkan sebesar US$ 431,8 miliar, kemudian minyak dan gas bumi sebesar US$ 68,1 miliar, selanjutnya perkebunan, kelautan, perikanan dan kehutanan sebesar US$ 45,4 miliar.
“Pemerintah telah fokus hilirisasi. Tidak hanya sumber daya alam tambang, tetapi juga di migas. Beberapa kali ratas, Presiden telah menegaskan agar menjual dalam bentuk nilai tambah dan bukan barang mentah. Pelaksanaan hilirisasi di migas yang paling penting adalah industri hulu migas tidak dirugikan, agar sektor ini dapat terus tumbuh dan berkembang karena peranannya sangat dibutuhkan dalam pembangunan”, kata Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rabu (3/5).
Target investasi hulu migas 2023 sebesar US$ 15,5 miliar atau meningkat 26% dibandingkan realisasi investasi tahun 2022 serta lebih tinggi dari pertumbuhan investasi hulu migas global yang sekitar 6,5%.
“Realisasi investasi hulu migas di Triwulan pertama 2023 tumbuh 25,3% dibandingkan realisasi investasi di triwulan yang sama tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa minat investasi di sektor hulu migas di Indonesia masih menarik bagi investor dan bagaimana agar investasi tersebut dapat meningkatkan produksi minyak dan gas nasional”, ujar Bahlil.
Pada tahun 2022 yang lalu penerimaan negara dari industri hulu migas melampaui target pada saat produksi migas nasional belum mencapai target. Meningkatnya realisasi investasi di tahun 2023 harus menjadi momentum untuk meningkatkan produksi migas nasional. “Harus ada formula yang tepat bahwa setiap investasi yang dilakukan bagaimana agar produksi bisa naik”, kata Bahlil.
Peningkatan investasi hulu migas akan berdampak pada aktivitas operasional hulu migas yang semakin tinggi.
Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, menyatakan bahwa sebagai sektor industri yang memiliki risiko tinggi maka aspek health, safety & environment (HSE) menjadi prirotas dalam setiap kegiatan di industri hulu migas.
“Program yang masif dan agresif agar tidak dijalankan dengan mengkompromikan aspek HSE dan tidak ada pekerjaan yang terlalu penting tanpa dikerjakan dengan selamat. HSE harus menjadi prioritas utama pada setiap kegiatan hulu migas”, ujar Dwi.
Untuk memastikan program HSE dilaksanakan secara menyeluruh, SKK Migas sudah melakukan sejumlah langkah termasuk memastikan tidak ada efisiensi terkait pengurangan biaya HSE yang telah disetujui SKK Migas. “SKK Migas sudah menekankan kepada KKKS agar 100% biaya terkait HSE yang sudah di setujui di work, program & budget (WPnB) wajib untuk direalisasikan seluruhnya, dan SKK Migas akan memberikan sanksi bagi KKKS yang tidak bisa menyerap 100% `biaya terkait HSE”, ungkap Dwi. (RI)
Komentar Terbaru