BALI – Mitsubishi Heavy Industries, Ltd (MHI), dan PT PLN Indonesia Power, subholding dari penyedia listrik milik negara PT PLN (Persero), telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk memulai tiga studi kelayakan terkait co-firing bahan bakar rendah karbon di pembangkit listrik yang dimiliki dan dioperasikan oleh Indonesia Power. Ketiga studi tersebut akan dilakukan bersama oleh Indonesia Power dan MHI dengan dukungan dari merek solusi dayanya, Mitsubishi Power, dan studi ini diharapkan akan membantu mengembangkan solusi untuk mempercepat dekarbonisasi sistem energi di Indonesia.
Studi pertama akan mengkaji kelayakan teknis dan ekonomi co-firing hingga 100% biomassa di PLTU Suralaya. Studi ini akan mempertimbangkan berbagai aspek rantai pasokan biomassa, termasuk penanganan, penyimpanan, transportasi, dan modifikasi boiler.
Studi kedua, yang juga akan menggunakan PLTU Suralaya sebagai pembangkit referensi, akan mengkaji co-firing amonia yang diproduksi di pembangkit amonia yang ada di Indonesia. Area yang difokuskan secara khusus adalah potensi untuk mengembangkan rantai pasokan amonia biru dengan produksi dan transportasi dari pembangkit amonia dan teknologi co-firing amonia untuk diaplikasikan pada boiler yang ada.
Studi ketiga akan mengevaluasi kelayakan teknis dan ekonomi dari co-firing hidrogen dalam turbin gas M701F di fasilitas siklus gabungan turbin gas (GTCC) Tanjung Priok. MHI telah menyelesaikan pembangunan sistem GTCC Unit 2 pembangkit pada tahun 2019 sebagai bagian dari rencana PLN untuk membangun pembangkit 880 MW pada Proyek Jawa-2.
MoU tersebut ditandatangani pada acara Hari Transisi Energi yang diselenggarakan oleh PLN Group Indonesia pada 1 November 2022. Acara tersebut mencakup diskusi tentang inisiatif dan rekomendasi untuk memenuhi komitmen Indonesia mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, dan dihadiri oleh lebih dari 250 profesional industri, perwakilan pemerintah dan pimpinan bisnis.
Osamu Ono, Senior Vice President Chief Regional Officer Asia Pacific & India, MHI, mengatakan selama lebih dari 50 tahun, MHI dan merek solusi daya Mitsubishi Power telah membantu mengembangkan lanskap energi Indonesia, memainkan peran penting dalam proyek energi besar di seluruh Indonesia. “Perjanjian baru dengan Indonesia Power ini tidak hanya akan meningkatkan keandalan dan efisiensi fasilitas yang ada, termasuk pembangkit Tanjung Priok yang kami bantu bangun, namun juga akan mengeksplorasi berbagai solusi inovatif yang penting untuk mencapai tujuan keberlanjutan lingkungan yang mendesak seraya memenuhi kebutuhan energi penting negara ini,” katanya.
Edwin Nugraha Putra, Presiden Direktur PLN Indonesia Power, mengapresiasi kemitraan dengan MHI sehingga memungkinkan pengadopsian lebih luas untuk energi terbarukan dan bahan bakar yang lebih bersih, yang dapat membantu Indonesia mencapai transisi energi berkelanjutan.
“Perjanjian baru ini menekankan komitmen kami untuk mendukung pengembangan terus-menerus dan dekarbonisasi sektor energi negara,” ujarnya.
MoU baru ini berlandaskan kerja sama yang kuat antara MHI dan PLN di Indonesia. Sejak tahun 1971, merek solusi daya MHI Mitsubishi Power telah mendukung PLN dan Indonesia Power dengan solusi untuk pembangkit listrik di seantero negeri, termasuk pembangkit listrik Tanjung Priok, Suralaya dan Grati. Belum lama pada bulan Maret tahun ini, MHI dan PLN, bersama dengan Institut Teknologi Bandung, menyusun proposal bersama tentang adopsi co-firing biomassa di pembangkit listrik termal Indonesia dan mempresentasikan temuan mereka kepada pemerintah pusat.
Melalui MoU ini dan inisiatif berkelanjutan lainnya, MHI, dengan dukungan dari Mitsubishi Power, akan berupaya untuk membantu Indonesia mencapai target emisi nol Blbersih pada tahun 2060.(RA)
Komentar Terbaru