KARO – Untuk ketiga kalinya Tambang Emas Martabe kembali menggelar pemeriksaan mata dan operasi katarak gratis bagi warga di lingkar wilayah operasinya di Sumatera Utara. Kali ini, kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) itu digelar bagi ribuan warga pengungsi akibat letusan Gunung Sinabung, di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Kegiatan itu berlangsung sepanjang 5-6 April 2014. Lebih dari 30 relawan, termasuk dokter mata dan perawat mahir mata dikerahkan untuk melakukan pemeriksaan dan skrining di empat pos di Kecamatan Kabanjahe, Karo, lokasi terbesar pengungsi Sinabung. Yakni di Masjid Agung, Zentrum Kabanjahe, Gedung Serba Guna KNPI, dan Paroki Gereja Katolik Kabanjahe.
Manajer Senior Komunikasi Korporat G-Resources Tambang Emas Martabe, Katarina Siburian menuturkan, ini merupakan kali ketiga Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan “A New Vision” dan Kodam I Bukit Barisan, menggelar Bakti Sosial Pemeriksaan Mata dan Operasi Katarak Gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia”.
Operasi akan diselenggarakan di dua kota, Padangsidimpuan pada 4-6 Juni 2014 di Rumah Sakit (RS) DAM-1 TNI, dan Medan pada 8-10 Juni 2014 di RS TNI Putri Hijau, dengan target 1.500 pasang mata.
Tercatat sebanyak 3.578 pengungsi dan warga Kabupaten Karo telah mendatangi lokasi pemeriksaan mata, 179 diantaranya terdiagnosis katarak dan akan dikoordinasikan untuk mengikuti operasi katarak gratis di Medan.
Pemeriksaan dan skirining di Kabupaten Karo menjadi langkah pertama aksi Bakti Sosial ini untuk menjangkau masyarakat luas di berbagai wilayah kabupaten lain, membentang dari Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah. Pekan Penyadaran Informasi Katarak dan skrining selanjutnya akan dilaksanakan di enam lokasi lain, yaitu Gambir, Pahae, Tuka, Batangtoru, Muara Batangtoru, dan Sipirok mulai akhir April hingga Mei 2014.
Dalam rangkaian skrining katarak, juga dilakukan sosialiasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak katarak, sekaligus memberikan pemahaman bahwa katarak dapat disembuhkan lewat operasi. Suriani (46) warga Berastepu yang sudah 5 bulan mengungsi di Masjid Agung Kabanjahe akibat erupsi Gunung Sinabung menjadi salah satu warga yang terdiagnosa katarak pada kedua matanya. Ibunya, Ridah (67) dan keponakannya, Ikhsan (17) juga terdiagnosis katarak.
“Saya berani dan yakin untuk menjalani operasi katarak. Saya ingin bisa melihat jelas agar dapat maksimal bekerja, berladang, supaya pemasukan untuk keluarga bisa terus berjalan, utamanya saat kami sudah diperbolehkan pulang ke Berastepu,” ujar Suryani, tulang punggung keluarga dengan tiga anak ini.
Peter Albert, Presiden Direktur G-Resources Tambang Emas Martabe menekankan, mata sehat merupakan modal utama produktivitas masyarakat. “Melalui Bakti Sosial Pemeriksaan Mata dan Operasi Katarak Gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia”, Tambang Emas Martabe mendukung berbagai upaya konstruktif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat demi terwujudnya akselerasi pembangunan Sumatera Utara yang berkelanjutan,” ujarnya.
Peter Albert menerangkan, pemeriksaan mata dan skrining katarak gratis di Karo ini sekaligus menjadi kelanjutan dari kegiatan tanggap bencana Sinabung yang dilakukan Tambang Emas Martabe. Sebelumnya, pada November 2013 dan Januari 2014, respons dilakukan dalam bentuk layanan kesehatan dan psikososial, penyediaan air bersih, dan bantuan logistik yang manfaatnya telah dirasakan oleh lebih dari 3.500 pengungsi.
“Bersama dengan para mitra yang peduli, kami berusaha meningkatkan pemahaman dan kemampuan untuk mendeteksi gangguan kesehatan mata, khususnya akibat katarak. Kami berharap sebanyak mungkin masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan ini,” sambung Katarina.
Sukses 100 Persen
Katarina mengungkapkan, sejak penyelenggaraan Bakti Sosial Pemeriksaan Mata dan Operasi Katarak Gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” pada 2011 dan 2012, sekitar 2.304 orang telah menjalani operasi dengan tingkat sukses mencapai 100 persen, dan berhasil memperoleh penglihatan mereka kembali. Diantara mereka terdapat pasien termuda berusia 8 bulan, dan pasien tertua 108 tahun.
“Lebih dari 1.000 pemuka desa, tokoh agama, guru, aparat, penggerak PKK, tenaga kesehatan dan kader penyuluh telah memperoleh pemahaman dan keterampilan mendeteksi dini penyakit mata dan penanganannya,” kata Katarina lagi.
Penelitian mengungkapkan, ujarnya, tiga dari empat orang yang mengalami gangguan penglihatan dapat disembuhkan, khususnya yang diakibatkan oleh katarak. Sayangnya di Indonesia jumlah penderita katarak cukup tinggi, mencapai 2 juta orang atau 1,5 persen dari jumlah penduduknya, dan setiap tahun terdapat sekitar 240.000 kasus katarak baru muncul.
Jumlah ini menempatkan Indonesia pada posisi tertinggi kedua jumlah penderita katarak terbanyak di Asia Tenggara. “Mari kita putus rantai kebutaan dan bantu ciptakan masyarakat yang produktif dan mandiri,” tandas Katarina.
Tambang Emas Martabe sendiri terletak di sisi barat pulau Sumatera, Kecamatan Batang Toru, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1.639 km2, di bawah Kontrak Karya generasi keenam (“CoW”) yang ditandatangani April 1997.
Tambang Emas Martabe kini telah memiliki sumberdaya 8,2 juta ounce emas dan 75,3 juta ounce perak dan mulai berproduksi penuh pada awal 2013, dengan kapasitas per tahun sebesar 250.000 ounce emas dan 2-3 juta ounce perak berbiaya rendah.
Pemegang saham Tambang Emas Martabe adalah G-Resources Group Ltd sebesar sembilan puluh lima persen, dan pemegang 5 persen saham lainnya adalah PT Artha Nugraha Agung, yang tujuh puluh persen sahamnya dimiliki Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan 30 persen dimiliki oleh Pemerintah Propinsi Sumatra Utara.
Lebih dari 2.000 orang saat ini bekerja di Tambang Emas Martabe, tujuh puluh persen direkrut dari masyarakat di lima belas desa di sekitar tambang. Martabe akan menjadi standar acuan bagi G-Resources untuk menjalankan bisnisnya di Indonesia dan di wilayah lainnya, dan terus bertumbuh dengan tetap mengutamakan keselamatan kerja, kelestarian lingkungan, dan pengembangan masyarakat.
(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)
Komentar Terbaru