JAKARTA – Dua lapangan minyak dan gas bumi (migas) milik Pemerintah Indonesia yang dikelola Petronas Carigali Ltd, ditargetkan mulai berproduksi pada kuartal keempat tahun 2014. Kedua proyek tersebut adalah lapangan Kepodang, blok Muriah dengan kapasitas produksi 116 juta kaki kubik gas bumi per hari, serta Lapangan Bukit Tua, blok Ketapang 2 dengan kapasitas produksi 20.000 barel minyak per hari dan 70 juta kaki kubik gas bumi per hari.
“Selain aspek teknis, kami juga menyiapkan tenaga kerja yang kompeten agar proyek tersebut berjalan dengan baik,” kata Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Lambok H. Hutauruk, saat penutupan program pengembangan pekerja lintas kontraktor kontrak kerja sama (Kontraktor KKS) di Jakarta, Rabu, 12 Maret 2014.
Dia menjelaskan, SKK Migas berkomitmen meningkatkan pemberdayaan, kapabilitas, dan kapasitas tenaga kerja Indonesia di industri hulu migas. Pasalnya, sektor ini tengah menghadapi kelangkaan tenaga kerja nasional, khususnya dalam bidang petrotechnical. Salah satu yang dilakukan dengan program pengembangan pekerja lintas Kontraktor KKS.
Sebagai langkah awal implementasi program tersebut, Petronas Carigali menempatkan pekerja yang bertugas sebagai operator produksi di Santos dan Kangean Energi Indonesia. Sebanyak 20 pekerja Petronas “magang” selama enam bulan, mulai September 2013, di kedua kontraktor tersebut.
“Hasilnya, menunjukkan adanya peningkatan kompetensi dasar dalam hal sikap kerja, keterampilan teknik, serta hal terkait dengan keselamatan kerja pada semua peserta,“ kata Lambok.
Dengan contoh kasus ini, ujarnya, SKK Migas berharap kontraktor KKS lainnya, terutama yang telah mendapat persetujuan rencana pengembangan lapangan (POD), melakukan upaya-upaya sejenis dalam mengembangkan tenaga kerjanya.
Di sisi lain, kontraktor yang sudah berproduksi, kata Lambok, hendaknya membuka pintu lebar-lebar untuk membantu kontraktor lain memberikan tempat belajar bagi tenaga kerja Indonesia. “Ingat, bisnis hulu migas adalah proyek negara, kontraktor migas tidak boleh terkotak-kotak,” katanya.
Dia menjelaskan, tantangan yang dihadapi industri hulu migas semakin berat. Berbagai masalah, dari soal teknis hingga non teknis, semakin beragam dan kompleks. Di sisi lain, kegiatan usaha hulu migas masih menjadi salah satu penopang utama penerimaan Indonesia.
’’Posisi industri ini akan tetap dominan hingga beberapa tahun ke depan, terlihat dari tingginya harapan Pemerintah terhadap pencapaian target produksi yang ditetapkan,’’ katanya.
Sesuai data SKK Migas, pada tahun 2014 akan dilaksanakan survei seismik 2D sepanjang 9.020 kilometer, seismik 3D seluas 11.633 kilometer, 206 pengeboran eksplorasi, 1.300 pengeboran sumur pengembangan, 989 kegiatan kerja ulang, serta perawatan 33.170 sumur. “Semua rencana kerja tersebut untuk mencapai target Pemerintah, salah satunya penerimaan Negara sebesar US$ 30,6 miliar,” kata Lambok.
Dalam sambutannya, General Manager Petronas, Hazli Sham B. Kassim menuturkan, program on the job training yang dilakukan Petronas ini, dirancang sebagai upaya mempersiapkan operator produksi yang kompeten, sesuai kebutuhan bisnis Petronas pada saat beroperasi.
Ke-20 pekerja tersebut akan mendapat penugasan di construction site untuk mengikuti pekerjaan konstruksi, pemeriksaan, pengetesan peralatan, serta penugasan ke fasilitas produksi untuk mengikuti kegiatan commisioning dan start up di lapangan Kepodang dan Bukit Tua.
(Abdul Hamid / duniaenergi@yahoo.co.id)
Komentar Terbaru