JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk berhasil melalui masa sulit di 2013 dengan gemilang. Model bisnis yang diterapkan emiten energi terintegrasi berkode ADRO ini sepanjang tahun lalu, mampu menghasilkan EBITDA Operasional sebesar USD 860 juta dan Laba Inti (Core Earnings) sebesar USD 284 juta.
Seperti diungkapkan Corporate Secretary ADRO, Devindra Ratzarwin pada Senin, 10 Maret 2014, sepanjang 2013 ADRO mencatat pendapatan usaha sebesar USD 3,285 juta, dan beban pokok pendapatan sebesar USD 2.546 juta.
“Perusahaan mencapai panduan EBITDA untuk 2013 yang ditetapkan pada rentang USD 750 juta sampai USD 900 juta, dan mencatat EBITDA FY13 sebesar USD 822 juta, atau turun 25% dan marjin EBITDA sebesar 25%,” jelas Devindra.
Ia menerangkan, EBITDA operasional FY13, yang tidak termasuk komponen akuntansi non operasional, turun 23% menjadi USD 860 juta. Pencapaian ini mencerminkan model bisnis yang kokoh, dan kekuatan laba (earning power) perusahaan.
Menurut Devindra, ADRO berhasil mencapai biaya kas batubara FY13 (tidak termasuk royalti) yang lebih rendah dari target yang ditetapkan pada rentang USD 35 – 38 per ton untuk FY13, dengan mencatat biaya kas batubara sebesar USD 34,86 per ton. Turun 11% berkat penurunan biaya dan harga bahan bakar yang lebih rendah daripada perkiraan.
“Laba bersih ADRO untuk FY13 turun 40% menjadi USD 229 juta, terutama karena penurunan pendapatan usaha akibat harga jual rata-rata yang lebih rendah,” tambahnya. Core earnings FY13 (tidak termasuk komponen akuntansi non operasional) juga turun 36% menjadi USD 284 juta dan mencerminkan laba setelah pajak yang baik.
(Abdul Hamid / duniaenergi@yahoo.co.id)
Komentar Terbaru