JAKARTA – Di tahun 2013, produksi emas Tambang Emas Martabe mencapai 281.477 ounce. Jumlah ini melebihi target produksi dasar 250.000 ounce per tahun dan telah direvisi pada Juli 2013 menjadi 280.000 ounce. Sedangkan produksi perak mencapai 1.515.228 ounce pada tahun 2013.
Seperti diungkapkan Peter Albert, Presiden Direktur G-Resources Tambang Emas Martabe, selama 2013 perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar US$ 429 juta dari hasil penjualan 280.363 ounce emas dan 1.464.079 ounce perak.
Dalam setahun penuh, biaya produksi emas berdasarkan North American Gold Institute Standard (NAGIS) berada di angka US$ 483 per ounce yang dituangkan. Sedangkan All-in sustaining costs (AISC) tahun 2013 berdasarkan pedoman World Gold Council adalah US$ 799 per ounce yang dijual.
Di tahun 2014, perusahaan menetapkan panduan produksi 230.000 – 250.000 ounce untuk emas dan sekitar 2 juta ounce untuk perak. Rentang jumlah ini diambil karena perusahaan sedang menilai berbagai pilihan untuk mengoptimalkan kegiatan penambangan dan pengolahan sementara situasi menurunnya harga emas dunia terus berlanjut.
Perusahaan akan melanjutkan program optimalisasi margin (Margin Improvement Program). Sebagai hasilnya, AISC menurun dari sekitar US$ 1,000/ounce pada awal tahun 2013 menjadi sekitar US$ 750/ounce pada akhir tahun dengan jumlah rata-rata kurang dari US$ 800/ounce dalam setahun.
Biaya eksplorasi diperkirakan mencapai US$ 17 juta, sementara modal kerja diperkirakan mencapai US$ 65 juta yang di dalamnya mencakup pembebasan lahan minor, peninggian bendungan penampung tailing, dan penempatan crusher kedua untuk meningkatkan kapasitas pabrik menjadi 5 juta ton per tahun.
“Kami sangat gembira dengan pencapaian produksi Tambang Emas Martabe dan kinerja tim yang hebat. Hasil yang kita capai di tahun pertama produksi ini semakin memantapkan posisi Martabe sebagai salah satu tambang emas terkemuka di dunia,” tutur Peter Albert di Jakarta pekan lalu.
Tambang Emas Martabe terletak di sisi barat pulau Sumatera, Kecamatan Batang Toru, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1.639 km2, di bawah Kontrak Karya generasi keenam (“CoW”) yang ditandatangani April 1997.
Tambang Emas Martabe kini telah memiliki sumberdaya 8,2 juta ounce emas dan 75,3 juta ounce perak dan mulai berproduksi penuh pada awal 2013, dengan kapasitas per tahun sebesar 250.000 oz emas dan 2-3 juta oz perak berbiaya rendah.
Pemegang saham Tambang Emas Martabe adalah G-Resources Group Ltd sebesar 95 persen, dan pemegang 5 persen saham lainnya adalah PT Artha Nugraha Agung, yang 70 persen sahamnya dimiliki Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan 30 persen dimiliki oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.
Lebih dari dua ribu orang saat ini bekerja di Tambang Emas Martabe, 70 persen direkrut dari masyarakat di empat belas desa di sekitar tambang.
Martabe akan menjadi standar acuan bagi G-Resources untuk menjalankan bisnisnya di Indonesia dan di wilayah lainnya, dan terus bertumbuh dengan tetap mengutamakan keselamatan kerja, kelestarian lingkungan, dan pengembangan masyarakat.
(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)
Kepemilikan Saham Pemda Sumut dan Kabupaten Tapanuli Selatan yg diwakili PT Artha Nugraha Agung serasa sangat kecil hanya 5% artinya pembagian deviden yg dinikmati hanya 5% meski tanpa mengecilkan terciptanya lapangan kerja bagi 2.000 lebih tenaga kerja. Apa kira-kira pembagian saham tersebut tdk terlalu kecil sedang lahan adalah milik Pemda setempat ya ?