JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM/ANTM), anggota MIND ID – BUMN Holding Industri Pertambangan, sepanjang 2021 mencatat penjualan sebesar Rp38,44 triliun, atau tumbuh 40% dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya sebesar Rp27,37 triliun. Sejalan dengan upaya pengelolaan biaya beban pokok penjualan dan usaha yang optimal, laba kotor pada 2021 tumbuh 42% menjadi sebesar Rp6,36 triliun.
Laba usaha Antam pada tahun yang sama tercatat Rp2,74 triliun, naik 35% dibandingkan laba 2020 yang sebesar Rp2,03 triliun. Capaian positif laba kotor dan laba usaha tersebut mendukung pencapaian laba bersih Antan pada tahun lalu sebesar Rp1,86 triliun, atau tumbuh 62% jika dibandingkan periode 2020 sebesar Rp1,15 triliun.
Yulan Kustiyan, Sekretaris Perusahaan Antam, menyampaikan capaian kinerja positif tersebut tidak terlepas dari upaya untuk terus melakukan inovasi dalam bidang produksi dan penjualan dengan fokus pada peningkatan nilai tambah produk, optimalisasi tingkat produksi dan penjualan serta implementasi kebijakan strategis dalam pengelolaan biaya yang tepat dan efisien.
“Di tengah volatilitas kondisi new normal pandemi COVID-19, Antam mampu menjaga kesinambungan produksi dan penjualan pada tingkat yang optimal melalui penerapan protokol kesehatan yang tepat dan konsisten, sehingga performa profitabilitas perusahaan terjaga tetap solid,” ujar Yulan, dalam keterangan resmi, Rabu(16/3).
Pertumbuhan perfoma Antam pada 2021 secara umum tercermin dari capaian Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar Rp5,71 triliun. Capaian tersebut tumbuh 79% jika dibandingkan EBITDA 2020 sebesar Rp3,19 triliun.
Sepanjang 2021, Antam membukukan nilai penjualan bersih sebesar Rp38,44 triliun, atau naik 40%. Realisasi tersebut tidak terlepas dari upaya yang konsisten untuk menjaga aktivitas produksi dan penjualan berjalan pada tingkat yang optimal di tengah kondisi pemulihan ekonomi global dan nasional. Pada tahun tersebut, Antam fokus pada strategi untuk mengembangkan basis pelanggan di dalam negeri, terutama pemasaran produk emas dan bijih nikel. Penjualan bersih domestik menjadi kontributor yang dominan sebesar Rp29,86 triliun atau setara 78% dari total penjualan bersih Antam pada 2021.
Pada 2021, produk emas menjadi kontributor terbesar penjualan dengan proporsi 67% terhadap total penjualan Antam dengan nilai penjualan sebesar Rp25,94 triliun. Tercatat pertumbuhan nilai penjualan emas Antam mencapai 34%, dari penjualan 2020 sebesar Rp19,36 triliun. Pertumbuhan nilai penjualan tersebut sejalan dengan kenaikan volume penjualan emas yang mencapai 29,38 ton, naik 33% dari penjualan 2020 sebesar 22,10 ton logam emas.
Antam juga mampu meningkatkan basis pelanggan emas di dalam negeri dengan capaian penjualan emas domestik sebesar 28,28 ton. Atas realisasi tersebut, pada 2021 Antam membukukan capaian tertinggi tingkat penjualan emas di pasar domestik sepanjang sejarah. Pada tahun itu, produksi logam emas Antam yang berasal dari tambang Pongkor dan Cibaliung mencapai 1,69 ton tumbuh 1% dari capaian produksi 2020 sebesar 1,67 ton. Dengan tingkat harga logam emas global yang terjaga stabil pada tahun 2021, peningkatan performa operasi dan penjualan Segmen Logam Mulia dan Pemurnian berhasil membukukan laba usaha segmen sebesar Rp1,67 triliun atau tumbuh 15% pada tahun 2021.
Guna meningkatkan kualitas layanan yang prima penjualan emas kepada para pelanggan di tengah kondisi new normal pandemi COVID-19, Antam menerapkan mekanisme penjualan emas secara online melalui website resmi serta melalui akun pada platform marketplace.
Penjualan feronikel merupakan kontributor terbesar kedua dengan kontribusi sebesar Rp6,36 triliun atau 17% dari total penjualan konsolidasian. Volume produksi dan penjualan produk feronikel Antam pada 2021 terjaga pada tingkat yang optimal dengan capaian masing-masing sebesar 25.818 ton nikel dalam feronikel (TNi) dan 25.992 TNi. Untuk komoditas bijih nikel, sejalan dengan upaya peningkatan kapasitas produksi tambang, perusahaan membentuk Unit Bisnis Pertambangan Nikel Konawe Utara untuk mengoperasikan dan mengelola aktivitas operasi penambangan nikel di area Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Antam di wilayah Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
Sepanjang tahun lalu, volume produksi bijih nikel konsolidasian mencapai 11,01 juta wet metric ton (wmt), tumbuh 131% YoY dari tingkat produksi 2020 sebesar 4,76 juta wmt. Produksi bijih nikel Antam diperuntukan sebagai bahan baku pabrik feronikel Perusahaan serta penjualan kepada pelanggan di pasar domestik. Capaian penjualan bijih nikel Antam mencapai 7,64 juta wmt, tumbuh 132% dari capaian 2020 sebesar 3,30 juta wmt sejalan dengan upaya untuk meningkatkan jangkauan pelanggan domestik seiring outlook pertumbuhan industri pengolahan nikel nasional. Kontribusi penjualan bijih nikel pada 2021 mencapai Rp4,38 trilun, tumbuh 135% dari nilai penjualan 2020 sebesar Rp1,87 triliun.
Atas capaian operasi dan penjualan serta didukung tren positif apresiasi kenaikan harga nikel global, pada tahun lalu Segmen Nikel (komoditas feronikel dan biji nikel) mencatatkan laba usaha segmen sebesar Rp4,33 triliun, tumbuh 95% dibandingkan laba usaha segmen pada 2020 sebesar Rp2,22 triliun.
Kondisi pandemi global COVID-19 yang dimulai pada 2020, memberikan tantangan tambahan tersendiri dari sisi eksternal pada segmen bauksit dan alumina, terutama terkait dengan upaya perusahaan guna meningkatkan skala pemasaran produk bauksit dan alumina serta tantangan internal terkait upaya optimalisasi tingkat produksi pabrik alumina pada tingkat yang ideal di tengah kondisi fluktuasi harga jual produk dan tren kenaikan harga bahan baku dan logistik penunjang operasi pabrik alumina.
Pada 2021, nilai penjualan komoditas dari segmen bauksit dan alumina mencapai Rp1,43 triliun atau berkontribusi sebesar 4% dari total pendapatan. Produksi bauksit pada 2021 tercatat sebesar 1,67 juta wmt, tumbuh 8% dari capaian produksi 2020 sebesar 1,55 juta wmt. Volume penjualan bauksit pada tahun yang sama tercatat sebesar 1,42 juta wmt, naik 16% dari penjualan 2020 sebesar 1,23 juta wmt. Sementara itu produksi alumina mencapai 95 ribu ton tumbuh 3% dari produksi 2020 sebesar 93 ribu ton alumina. Sedangkan capaian penjualan alumina sebesar 133 ribu ton alumina pada 2021, naik 61% dari volume penjualan 2020 sebesar 83 ribu ton alumina.
Implementasi strategi operasional yang tepat mendukung pertumbuhan profitabilitas seluruh segmen operasi utama Antam yang berbasis pada komoditas nikel, emas, dan bauksit. Hal tersebut tercermin pada posisi arus kas bersih perusahaan yang diperoleh dari aktivitas operasi pada 2021 sebesar Rp5,04 triliun, tumbuh signifikan dibandingkan 2020 sebesar Rp2,22 triliun. Pertumbuhan arus kas bersih dari aktivitas operasi tersebut memperkokoh kenaikan bersih kas dan setara kas yang berhasil dihasilkan selama tahun 2021 sebesar Rp1,09 triliun, atau meningkat 152% dibandingkan kenaikan bersih selama 2020 sebesar Rp432,84 miliar. Hal tersebut memperkokoh struktur keuangan Antam yang tercermin dari saldo kas dan setara kas pada akhir 2021 sebesar Rp5,09 triliun.
Penguatan struktur keuangan Antam pada 2021, tercermin pula dari penurunan posisi liabilitas perusahaan. Tercatat sepanjang 2021, perusahaan mampu menurunkan tingkat liabilitas hutang berbunga yang terdiri dari pinjaman bank jangka pendek, hutang obligasi, dan pinjaman investasi (jangka pendek dan panjang) sebesar total Rp1,72 triliun. Tingkat pinjaman ber-bunga pada akhir tahun lalu mencapai Rp5,87 triliun, turun 33% dari posisi pinjaman pada periode yang sama 2020 sebesar Rp7,59 triliun.
Apresiasi atas pengelolaan kinerja keuangan Antam yang baik tercermin pula dari pencapaian corporate credit rating S&P Global Antam untuk 2021 dengan rating “B+/outlook stable”, serta dapat mempertahankan peringkat Korporasi dan Obligasi Bekerlanjutan I Tahun 2011 yang dilakukan oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) dengan rating “idA/outlook stable”.
Proyek Pengembangan Usaha
Terkait dengan proyek pengembangan usaha, pada 2021 Antam terus melanjutkan penyelesaian proyek pembangunan pabrik feronikel berkapasitas 13.500 TNi per tahun di Halmahera Timur beserta dengan infrastruktur pendukung pabrik yang telah memasuki fase konstruksi proyek. Kemajuan konstruksi fisik pembangunan pabrik telah mencapai 98,18% pada akhir 2021.
Terkait upaya penyediaan tenaga listrik untuk mendukung operasional pabrik feronikel di Halmahera Timur, pada Februari 2022, Antam dan PT PLN (Persero) telah menandatangani Pokok – Pokok Kerjasama terkait pengadaan pasokan listrik Smelter Feronikel Haltim di Maluku Utara yang ditindaklanjuti dengan penandatanganan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik pada bulan Maret 2022. Melalui sinergi ini, direncanakan pasokan tenaga listrik akan dilaksanakan secara bertahap oleh PLN dalam periode 12 bulan ke depan.
Dalam hal pengembangan hilirisasi komoditas bauksit, saat ini Perusahaan terus berfokus dalam pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, yang dikembangkan bersama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) dengan kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGAR per tahun.
Sebagai bagian dari komitmen penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan memastikan pengelolaan keuangan dilaksanakan secara prudent dan akuntabel dengan pemenuhan terhadap kaidah-kaidah standar akuntansi keuangan yang berlaku. Termasuk di dalamnya adalah kajian penurunan nilai untuk aset tetap Entitas Anak, PT Indonesia Chemical Alumina (PT ICA) per 31 Desember 2021 sesuai kaidah PSAK 48 dimana terdapat indikasi penurunan nilai karena pembukuan kerugian berulang dan kenaikan komponen biaya produksi utama yang tidak terantisipasi sebelumnya.
Perusahaan mereviu dan melakukan penyelarasan dengan penuh kehati-hatian atas asumsi kunci dan rencana bisnis PT ICA yang digunakan dalam perhitungan penurunan nilai untuk memastikan impairment yang dicatatkan pada akhir 2021 (non-cash). Dengan telah menggunakan asumsi kunci yang mencerminkan pertimbangan yang rasional dan merupakan estimasi terbaik atas kondisi ekonomik aset tetap, Perusahaan mengharapkan tidak ada lagi penurunan nilai atas aset tetap PT ICA di masa mendatang.(RA)
[…] source […]