JAKARTA- Pertalite, salah satu bahan bakar minyak (BBM) yang dijual Pertamina, ternyata belum pernah naik harga sejak tiga tahun lalu. Diketahui, BBM dengan nilai oktan (real octane number/RON) 90 itu terakhir kali naik harga pada Januari 2019.

“Selama pandemi dan hingga masa pemulihan ketika harga minyak telah naik, belum ada penyesuaian harga kembali untuk Pertalite,” ujar Irto P Gintings, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga-Subholding Commercial & Trading Pertamina, Selasa (8/2).

Pertamina menjual Pertalite di SPBU jauh lebih murah ketimbang BBM dengan RON setara 90 yang dijual oleh badan usaha lain. Hingga saat ini, harga jual Pertalite Rp7.650 hingga Rp8.000 per liter (berdasarkan lokasi).

Harga jual Pertalite jauh lebih murah daripada harga BP 90 yang dijual di SPBU BP-AKR sebesar Rp11.990 per liter. Pertalite juga lebih terjangkau harganya ketimbang Revvo 90, produk BBM yang dijual Vivo, yaitu Rp8.900 per liter.

Sementara itu Shell, sejak Januari 2022 tidak lagi menjual Shell Regular yang memiliki RON 90. SPBU asal Belanda itu hanya memasarkan Shell Super (RON 92) hingga Shell V-Power Nitro + (RON 98). Produk BBM RON tinggi itu, sama seperti produk dari BP-AKR dan Vivo, harganya jauh lebih tinggi dari produk BBM RON serupa yang dijual Pertamina.

Mulyanto, Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, mengapresiasi langkah pemerintah yang berupaya mempertahankan harga jual Pertalite kendati harga minyak dunia terus naik dampak dari invasi Rusia ke Ukraina. “Kita harus menjaga harga Pertalite ini stabil karena mayoritas pengguna kendaraan adalah BBM jenis ini,” katanya.

Menurut dia, kenaikan harga Pertalite dapat meningkatkan harga barang-barang yang lain, memicu inflasi, dan membuat daya beli masyarakat yang sudah lemah karena pandemi akan semakin lemah. “Penerimaan dari ekspor batubara, CPO, tembaga, nikel dan lain-lain, semoga cukup untuk menahan kenaikan dari impor BBM tersebut,” ujarnya.

Mulyanto mendukung bila pemasaran Pertalite diperluas, menjangkau seluruh kawasan di Tanah Air. Apalagi Pertamina memiliki SPBU lebih dari 6.000 unit.

Deputi III Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Montty Girianna, dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu, menyebutkan harga Pertalite dalam waktu lima hingga enam bulan tidak akan naik kendati harga jual Pertalite saat ini lebih rendah jika dibandingkan nilai keekonomiannya. Kebijakan menahan harga jual Pertalite merupakan bentuk kepedulian pemerintah dan Pertamina dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih tertekan akibat kenaikan harga-harga dan kelangkaan beberapa komoditas kebutuhan pokok.

Sebelumnya, pada awal Maret 2022, harga sejumlah jenis BBM yang dijual di SPBU Pertamina yakni Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex mengalami penyesuaian harga mengikuti naiknya harga minyak mentah dunia. Namun, harga Pertalite dan Pertamax masih tetap, yaitu masing-masing Rp 7.650 per liter dan Rp9.000 per liter. (DR/RI)