JAKARTA– PT Pertamina Hulu Mahakam, anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) yang menjadi bagian dari PT Pertamina Hulu Energi-Subholding Upstream, mengandalkan pengembangan Wasteco (Waste Energy for Community) di Lapangan Bekapai, Senipah dan Peciko (BSP) serta pengembangan dari program Nelayanku Hebat di South Processing Unit (SPU) demi mempertahankan predikat dua Proper Emas pada 2022. PHM meraih penghargaan Emas pada Proper 2021 melalui PHM-BSP dan PHM-SPU. Penyerahan penghargaan dilakukan di Istana Wakil Presiden, Selasa (28/12).
Agus Amperianto, General Manager PHM, mengatakan Lapangan BSP memiliki potensi pengembangan energi alternatif baru dan terbarukan. Saat ini salah satu program yang sedang terus dikembangkan di lapangan BSP adalah Wasteco yang dilakukan bekerjasama dengan TPA Manggar.
“Program ini adalah mengolah sampah yang kemudian dirubah menjadi gas methane yang dapat digunakan di rumah tangga. Saat ini sudah sekitar 200 KK yang dapat dialirkan gas dan menggunakan gas methane ini,” ujar Agus kepada Dunia Energi, Kamis (30/12).
Sementara untuk lapangan SPU, lanjut Agus, yang dilakukan adalah terus mengembangan potensi Delta Mahakam. Program-program yang dilakukan adalah pengembangan dari program Nelayanku Hebat.
Agus mengatakan dalam mempertahankan predikat Emas, PHM akan terus melakukan inovasi-inovasi terhadap program-prohgram dan binaan perusahaan. Untuk kedua lapangan PHM, yaitu BSP dan SPU, perusahaan berkolaborasi dengan local hero untuk melakukan pengembangan-pengembangan pada program-program yang saat ini dilakukan dan melakukan inovasi-inovasi untuk menjawab kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang ada sehingga diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang mandiri, sejahtera, adil dan makmur.
“Di PHM, kami dalam memilih dan melaksanakan program didasari pada potensi dan kebutuhan masyarakat disekitar tempat dilaksanakannya program tersebut. Tentunya pemilihan program ini juga didukung melalui social mapping, FGD sehingga dapat dipetakan potensi-potensi yang ada di daerah tersebut,” ujarnya.
Agus mencontohkan program Petani Maju 4.0, program ini didasarkan pada potensi di wilayah tersebut untuk pengembangan pertanian, adanya lahan yang dapat digunakan. Selain itu adanya kebutuhan akan hasil-hasil pertanian yang terjangkau dan keinginan masyarakat sekitar untuk mengembangkan potensi pertanian disekitar wilayahnya.
Namun, Agus tak menapikan adanya tantangan. Dia menyebutkan tantangan yang dapat muncul pertama-tama tentunya adalah kondisi pandemik yang diharapkan segera berakhir. Dengan kondisi pandemic ini ada beberapa program yang terpaksa harus ditunda seperti misalnya program studi banding, pelatihan-pelatihan secara offline yang membutuhkan kehadiran trainer secara langsung.
“Salah satu kendala lainnya yang perlu menjadi perhatian adalah perubahan dan dinamika masyarakat, terutama karena kami mengetahui bahwa sebagian area diKaltim ini akan menjadi IKN (Ibu Kota Negara) sehingga bisa memberikan dampak perubahan dan dinamika di masyarakat yang cukup signifikan,” ujarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, menurut Agus, perlu selalu adanya pendampingan yang aktif dari perusahaan untuk terus mendorong dan memberikan semangat bagi local hero perusahaan untuk melakukan inovasi-inovasi dan pengembangan-pengembangan yang dibutuhkan. Hal lainnya yang dapat dilakukan adalah tetap melakukan kolaborasi serta pengembangan yang berkesinambungan dengan semua pemangku kepentingan. (DR)
Komentar Terbaru