DIGITALISASI menjadi salah satu terobosan dalam upaya meningkatkan produksi minyak dan gas bumi nasional. Kemampuan perusahaan menjalankan kegiatan lebih efisien yang didukung penerapan operasional berbasis digital adalah sebuah keharusan, terlebih ketika industri hulu migas di seluruh dunia harus berjibaku mempertahankan level operasional yang optimal saat menghadapi Pandemi COVID-19.
Teknologi merupakan hal penting demi mendukung peningkatan produksi migas. Karena itu, data menjadi aset strategis dan pengolahan serta pemanfaatan yang dilakukan secara digital akan sangat mendukung perusahaan untuk mempercepat proses kerja maupun pengambilan keputusan. Penerapan teknologi dan digitalisasi menghasilkan efisiensi dan efektivitas, yang dalam jangka panjang menghasilkan efisiensi biaya.
Penerapan salah satu teknologi artificial intelligence (AI) diproyeksikan dapat meningkatkan keberhasilan industri hulu migas. AI memerikan akurasi, kualitas dan kecepatan pemrosesan data dan menyajikan data menjadi tampilan tiga dimensi (3D) sehingga memberikan perspektif lebih lengkap dalam mengambil keputusan. Hal ini akan meningkatkan keberhasilan kegiatan pemboran, manfaat akan sangat dirasakan untuk pemboran eksplorasi. Aset hulu migas tidak lagi hanyalah cadangan yang ada, tetapi data juga menjadi aset yang akan memberikan keberhasilan dalam mengubah cadangan (reserve) menjadi produksi (production).
Untuk memgetahui lebih jauh manfaat digitalisasi di industri hulu migas dan dampaknya terhadap efisiensi dan peningkatan produksi, berikut wawancara Dunia Energi dengan Salis S Aprillian, Founder dan Chief Executive Officier Digital Energy Asia. Salis adalah lulusan Bimbingan Profesi Sarjana Eksplorasi dan Produksi 1 Pertamina tahun 1989. Beberapa posisi strategis pernah dijabatnya selama bekerja di Grup Pertamina, yaitu Direktur Utama PT Pertamina EP, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi, dan Direktur Utama PT Badak NGL. Berikut petikan wawancaranya.
Salis S Aprillian
Bagaimana Anda melihat digitalisasi di industri hulu migas saat ini?
Digitalisasi di industri hulu migas sebananrnya sudah berlangsung lama. Sebagai contoh, data-data seismik dan well logging sudah dalam bentuk digital yang kemudian dianalisis dan diinterpretasikan oleh ahli geofika dan petrofisika yang tidak lagi menggunakan lembaran kertas seperti pada dekade 80-an. Bahkan data digital yang dihasilkan para ahli kebumian itu langsung dapat diekspor ke aplikasi ahli reservoir untuk simulasi reservoir secara numerik. Para drilling engineer juga sudah lama memonitor kemajuan pemboran . Dengan berkembangnya teknologi internet yang demikian melesat, digitalisasi di sektor hulu migas bukan lagi sekadar membuat simulasi data statik, tapi mengintegrasi data dinamik, seperti data produksi; tekanan; temperatur; getaran (vibration) dan lain-lain, yang frekuensi perubahannya cepat. Semua data itu dapat diperoleh melalui sensor-sensor yang dipasang di tiap titik yang diinginkan karena harganya yang semakin murah. Begitu pun perkembangan tempat penyimpanan data (data storage) yang tidak lagi membutuhkan tempat secara fisik, tapi cukup dengan cloud system yang berkapasitas sekian tera byte. Sistemnya bisa di-share sehingga sangat murah dibandingkan dengan memiliki server sendiri. Dengan demikian, berkembanglah apa yang dikenal dengan big data analytic untuk dapat mendeteksi adanya failure pada suatu sistem yang harus cepat direspons untuk diperbaiki. Perkembangan teknologi 4.0 sangat cocok diterapkan di sektor hulu migas yang selalu bersinggungan dengan data yang dinamis.
Mengapa digitalisasi kian masif di sektor hulu migas?
Perkembangan teknologi digital demikian pesat di berbagai sektor sekarang ini. Terlebih lagi, begitu melihat kenyataan bahwa penerapan teknologi ini di Blok Rokan yang dulu kelola oleh Chevron sudah sedemikian maju, dan ternyata sangat bermanfaat. Padahal saya sudah berusaha “mengampanyekan” ini sejak 2018, ketika saya mengambil pensiun dini, dan mendirikan perusahaan start-up Digital Energy Asia. Orang selama ini melihatnya hanya dengan sebelah mata.
Menurut Anda, apa tantangan dalam mewujudkan digitalisasi di sektor hulu migas?
Tantangannya lebih pada kemauan manajemen puncak perusahaan atau lembaga. Digitalisasi sistem bukan saja akan mengubah cara kerja, tapi juga cara berpikir (mind set) orang, dan budaya lainnya. Ini harus dengan pendekatan top-down. Sungguh tidak mudah mengubah kebiasaan rapat tatap muka dengan, misalnya, hanya lewat online. Atau, orang masih senang mengerjakan pekerjaan yang rutin dan repetitif, padahal itu bisa dilakukan dengan robotic software.
Tantangan lainnya?
Tantangan lainnya adalah belum memasyarakatnya teknologi digital. Kita baru sadar bahwa di tangan kita ada smartphone, tapi digunakan hanya untuk menelpon dan mengambil foto. The gadget is smarter than the owner.
Digitalisasi di sektor hulu migas juga terkait dengan data yang dimiliki oleh KKKS. Apakah KKKS akan bersedia memberikan data-data yang dimiliki kepada Pemerintah atau SKK Migas?
Itu harus diterbitkan dulu aturan-aturan yang jelas. Ada kerahasiaan data yang mesti dijaga. Data operasi dalam sebuah perusahaan merupakan “modal” bagi mereka dalam membangun image, terutama bagi mereka yang sudah menggunakan dana publik di pasar modal. Mereka akan sangat hati-hati dalam me-release data. Namun, kalau yang meminta Pemerintah, dalam hal ini SKK Migas, dan sudah ada aturan yang jelas, KKKS akan dengan mudah memberikan data-data yang dimilikinya.
Regulasi apa yang dibutuhkan?
Perlu diatur tentang penggunaan data, kerahasiaan data, alur kerja, dan sanksi-sanksi jika ada yang berlaku curang (manipulasi data, membocorkan informasi, dll).
Kegiatan operasi di Blok Mahakam yang dikelola PT Pertamina Hulu Mahakam. (foto: dokumentasi PHM)
Bagaimana pemanfaatan data itu kemudian?
Saya belum tahu urgensi SKK Migas mengetahui data-data operasi KKKS tersebut, selain barangkali ingin mengetahui secara cepat, katakanlah, data produksi dan kemajuan proyek-proyek yang berada di bawah tanggung jawab SKK Migas. Dengan begitu diharapkan SKKMigas dapat memberikan saran atau bahkan “teguran”, kalau terjadi penurunan produksi secara tiba-tiba, atau adanya keterlambatan penyelesaian proyek. Di luar itu, saya belum melihat ada kebermanfaatannya karena SKK Migas mengawasi KKKS secara makro, bukan mikro manajemennya. KKKS tentunya sudah memiliki tim teknis yang sehari-hari mengurusi operasi dan berpengalaman puluhan tahun di sana. Sudah begitu, biayanya kan juga tidak murah. Yang lebih penting sebetulnya menggunakan data-data itu sebagai langkah optimasi produksi. Jadi dengan menggunakan Mechine Learning atau Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligent – AI), data-data tersebut dapat diolah dan diresponse untuk mendapatkan sistem yang optimum. Saya pernah mengusulkan penerapan aplikasi iPMOS (intelligent Production Monitoring and Oprimization System) untuk lapangan migas, yang bukan hanya digunakan untuk monitoring saja, tapi sekaligus melakukan optimasi produksi.
Apa saja data operasi yang dibutuhkan atau yang ingin diketahui, baik oleh SKK Migas, KKKS maupun investor pada umumnya?
Umumnya mereka ingin mengetahui data produksi migas dan sisa cadangannya. Lalu, bagi operator, data kondisi peralatan operasi produksi untuk mengantisipasi adanya “unplanned shutdown” dan sumur yang mati tiba-tiba. Bagi SKK Migas, mungkin ingin mengetahui kemajuan dari proyek-proyek yang sedang dijalankan KKKS. Bagi investor, data lifting minyak atau gas yang bisa dijual dari waktu ke waktu, apakah mengalami tren yang naik atau turun, usaha-usaha apa yang sedang dilakukan, risiko apa yang ada di depan, dll.
Apakah melalui digitalisasi operasi ini akan mempemudah pencapaian target produksi satu juta barel minyak dan 12 Bcfd gas pada 2030?
Bergantung pada sejauh mana level digitalisasi operasi ini akan diterapkan. Kalau hanya sekadar untuk memonitor produksi, masih kurang efektif-efisien. Terlalu mahal biayanya dibanding dengan manfaat yang akan didapat. Tetapi kalau level digitalisasi ini di-install di lapangan, dengan tujuan untuk mengoptimalkan produksi di tiap KKKS, misalnya dengan menerapkan Kecerdasan Buatan (AI), maka akan dapat meningkatkan produksi dengan biaya yang makin efisien.
Apa yang seharusnya dilakukan Pemerintah atau SKK Migas untuk menjamin keamanan data yang diberikan oleh KKKS?
Yang perlu disepakati dulu adalah tujuan dari digitalisasi ini. Lalu, didiskusikan tentang tatacara penggunaan dan peruntukan dari data dan informasi yang ada. Buat level keamanan yang disesuiakan dengan otorisasi dan tanggung jawab pihak-pihak yang mengelola data dan informasi tersebut sehingga mudah dilacak jejak digitalnya jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Buat aturan sanksi yang tegas, fair, dan transparan agar ditaati para pengguna dan pemilik data sama-sama meyakini bahwa data dan informasi mereka benar-benar terjamin tersimpan rapi di tempat yang aman. (DR)
Komentar Terbaru