JAKARTA – Dengan kemajuan teknologi saat ini maka dunia sudah memiliki energi/tenaga listrik yang dapat disimpan pula sehingga tenaga listrik tidak lagi hanya dibangkitkan dan ditransmisikan tetapi juga bisa disimpan dan ditransportasikan untuk memenuhi kebutuhan energi untuk berbagai penggunaan yang selama ini menggunakan bahan bakar. Demikian disampaikan Riki Firmandha Ibrahim, Dirut PT Geo Dipa Energi (Persero), dalam webinar Lembaga Kajian Nawacita tentang Kupas Tuntas Riset & Inovasi Bahan Baru Bateri Merah Putih, Kamis(11/11).
Riki menekankan kemajuan teknologi energi terbarukan yang dipacu dari tuntutan dunia, perlu dipastikan bahwa upaya dan visi Indonesia kedepan harus didukung dengan regulasi yang memberi kemudahan terhadap berkembangnya pemanfaatan teknologi energy storage tanpa hambatan lagi.
“Perlunya keberpihakan relokasi pabrikan ke tanah air akan dapat mengimbangi produk impor yang tentu punya kepentingan besar dari negara maju,” ujar Riki.
Menurutnya, pemanfaatan energy storage kedepan akan mengubah cakrawala peran tenaga listrik lebih luas dalam peradaban manusia, karena 30-40% dari biaya kendaraan listrik itu dari energy storage.
Selain itu, aistem ketenagalistrikan yang menuju kepada pemanfaatan Energi Baru dan terbarukan (EBT) yang pada umumnya bersifat intermittent seperti PV solar panel, wind power, akan diuntungkan dengan adanya energy storage atau baterei. Teknologi enegy storage tidak hanya untuk penggunaan energi listrik yang bersifat intermitten namun kedepan juga sangat berpengaruh besar pada arah perubahan perkembangan teknologi transportasi/mobil listrik dunia.
Teknologi energy storage juga akan berpengaruh luas dalam penggunaan sistem energy thermal selama ini, karena banyak pemanfaatan bahan bakar yang dapat digantikan dengan tenaga listrik dengan adanya energy storage, sehingga pemanfaatan fosil dapat difokuskan untuk pemanfaatan yang nilainya lebih tinggi lagi/bermanfaat seperti petrokimia, textil, obat-obatan, dan lainnya.
Lebih lanjut Riki menyampaikan, suatu keniscayaan bahwa Indonesia memiliki potensi nomor dua di dunia untuk energi terbarukan panas bumi setelah Amerika Serikat. Energi panas bumi setelah diambil uap panasnya maka brine atau fluida panasnya masih banyak mengandung manfaat lainnya yang bernilai tinggi. Hasil penelitian ESDM menyimpulkan nilai lithium di lapangan Dieng tertinggi dibandingkan dengan lapangan panas bumi sejenis lainnya di Indonesia yang nilainya sekitar 36-86 mg/L. Estimasi potensi kandungan lithium di lapangan Dieng dari enam unit pembangkit listrik (Unit 1-6) nantinya dapat menghasilkan total sekitar 3.300 – 3.500 ton yang dapat diambil sepanjang masa karena operasi PLTP terbukti berumur lebih dari 100 tahun.
Riki mengatakan pemanfaatan energi panas bumi yang sampai hari ini disimpulkan relatip lebih mahal itu sudah harus dibantahkan dan lebih dipercepat pengembangannya. Karena terbukti bahwa manfaat adanya PLTP antara lain seperti membuka lapangan pekerjaan, pemberdayaan masyarakat sekitar, dan penambahan pendapatan daerah.
“Dari sisi lain, yaitu lingkungan yang bersih/akrab dengan alam menyimpulkan bahwa dengan ekstraksi lithium dari brine panas bumi lebih ramah lingkungan karena emisi CO2 dari brine panas bumi menghasilkan 0 kg/ton Li, penggunaan air sedikit sekali yang hanya 3 m^3/ton Li dan penggunaan lahan yang hanya sekitar 1 m^2/ton Li,” kata Riki.(RA)
[…] Source: Dunia Energi […]
[…] Sumber: dunia energi […]
[…] Fuente: Dunia Energi […]