PERBURUAN cadangan migas terus berlanjut. Ditengah masifnya pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) tidak ada niatan PT Pertamina (Persero) untuk menurunkan aktifitas pencarian maupun produksi migas. Wajar memang, pasalnya perusahaan migas plat merah itu kini jadi kontributor utama penghasil migas di tanah air atau lebih dari 60% dari keseluruhan produksi. Tanggung jawab besar itu diemban tanpa ragu.

Pertamina harus bergelut dengan kondisi sumur-sumur produksinya karena secara alami kinerja sumur-sumur migas tanah air sebenarnya sudah menurun. Bukan tanpa sebab, sumur migas di Indonesia umurnya rata-rata sudah berumur lebih dari tiga dekade.

Inisiatif ekstra diambil manajemen dengan melakukan berbagai upaya mencari cadangan migas. Penemuan cadangan migas ini jadi salah satu syarat utama untuk mempertahankan atau untung-untung bisa meningkatkan produksi migas.

Sebenarnya kegiatan eksplorasi terus dilakukan setiap tahun, namun ada pembeda untuk tahun ini yakni pencarian dilakukan dengan menyisir area sekitar gunung berapi. Tidak tanggung-tanggung, wilayah di sekitar deretan gunung berapi di pulau Jawa yang merupakan bagian dari jalur Cincin Api Asia Pasifik yang juga melintas di tanah air jadi wilayah perburuan cadangan migas Pertamina.

Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire adalah serangkaian gunung berapi di Samudera Pasifik, yang membentang sepanjang 25.000 mil yang mencakup sekitar 450 rangkaian gunung berapi aktif dan tidak aktif. Kawasan ini berbentuk setengah lingkaran atau tapal kuda di sekitar Lempeng Laut Filipina, Lempeng Pasifik, Juan de Fuca dan Lempeng Cocos, serta Lempeng Nazca. Wilayah Indonesia dan pulau Jawa didalamnya jadi bagian wilayah Cincin Api tersebut.

 

Ilustrasi Ring of Fire. (Foto/Ist)

Medy Kurniawan, Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Sub Holding Upstream Pertamina, mengungkapkan pencarian cadangan migas di jalur Cincin Api pulau Jawa dengan melakukan survei seismik 2D Vibroseis sepanjang 1.000 Km.

Kegiatan itu merupakan bagian dari pemenuhan Komitmen Kerja Pasti (KKP) PT Pertamina Hulu Energi Jambi Merang (PHE Jambi Merang) melalui pelaksanaan survei dan pengolahan data yang akan berjalan sepanjang 1.000 Km di sepanjang area sub vulkanik pulau Jawa, dimulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan akan berakhir di Jawa Timur.

“Ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran bawah permukaan tanah yang lebih baik, melalui mekanisme survei dan pengolahan data 2D vibroseis sub vulkanik,” kata Medy kepada Dunia Energi, Kamis (11/11).

Medy menjelaskan, dalam pelaksanaan survei seismik 2D vibroseis, PHE Jambi Merang bekerjasama dengan PT Elnusa Tbk dengan menggunakan kendaraan khusus yang menjadi sumber vibro atau getaran yang akan mengeluarkan gelombang.

“Nantinya gelombang yang dihasilkan tersebut akan ditangkap oleh alat penerima gelombang bernama Smartsolo yang dipasang di sepanjang lintasan area survei,” ungkap Medy.

Perburuan migas secara masif dilakukan lantaran ada kebutuhan besar akan energi fosil itu yang menanti. Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), target bauran energi tahun 2025 diperkirakan mencapai 25% untuk minyak dan gas 22% dari total kebutuhan yang diperkirakan mencapai 400 Million Tonnes of Oil Equivalent (MTOE). Kemudian persentasenya menurun tahun 2050 untuk minyak 20% dan gas 24%. Akan tetapi dari sisi volume, kebutuhan energi meningkat hingga mencapai 1.000 MTOE. Ini membuktikan bahwa peran energi fosil berupa migas dalam pemenuhan kebutuhan energi masih sangat krusial.

Sebagai kepanjangan tangan pemerintah, Pertamina memiliki peran penting untuk memastikan bahwa kebutuhan masyarakat tersebut bisa terpenuhi.

Survei seismik 2D menggunakan vibroseis, akan dilakukan di area sub vulkanik yang terbentang di tiga provinsi di pulau Jawa dan melalui 29 kota/kabupaten. Pelaksanaan survei akan menggunakan truk vibroseis sebagai seismic source yang akan bekerja di sepanjang jalan yang sudah di tentukan. Dalam survei ini juga digunakan wireless technology receiver yang hanya cukup ditancapkan di permukaan tanah sehingga memiliki nilai efisiensi yang lebih baik. Berkat dukungan teknologi tersebut menjadikan kegiatan survei ini lebih ramah lingkungan dibanding metode seismic pada umumnya, yaitu dengan menggunakan explosive seismic source. Daerah pertama yang disurvei adalah Jawa Barat yang mulai dieksekui pada awal bulan November. Selanjutnya ke area Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Menurut rencana, akuisisi dan processing data area Jawa Barat akan dilakukan hingga akhir tahun 2021. Selanjutnya pada tahun 2022 akan dilakukan interpretasi data, dan pada tahun 2023 data yang diperoleh dari kegiatan tersebut dapat dibuka untuk investor.

Taslim Z Yunus, Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan kegiatan pencarian cadangan migas di bawah jalur gunung api ini merupakan bagian dari strategi menuju target produksi minyak sebesar satu juta barel per hari (bph) serta gas sebanyak 12 ribu juta kaki kubik per hari (MMscfd).

Dia menjelaskan kegiatan pencarian cadangan migas di jalur gunung api oleh Pertamina ini bukanlah yang pertama kali dilakukan. Hanya saja kali ini lebih istimewa karena cakupannya jauh lebih luas dan inilah kali pertama dilakukan pencarian besar-besaran kandungan hidrokarbon di bawah jalur gunung api. SKK Migas akan melakukan pencarian potensi dari ujung barat hingga ke wilayah timur pulau Jawa yang memang juga menjadi jalur gunung api di tanah air.

“Ini bukan yang pertama, dulu pernah di Jawa Barat di Jatibarang, tapi kecil kalau sekarang cakupannya lebih luas kita akan sisir dari jawa bagian barat sampai ke timur,” ungkap Taslim.

Muhammad Burhanudinnur, Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), menjelaskan survei seismik 2D menggunakan vibroseis ditargetkan dilakukan pada lapisan sub vulkanik artinya lapisan batuan sedimen atau cekungan sedimen yang berada di bawah permukaan pada kedalaman tertentu (misalnya lebih dari 2.000 meter). Lebih jelasnya batuan vulkanik ada di permukaan atau bagian lebih dangkal menutupi batuan sedimen yang berada lebih dalam. “Target ekplorasinya ada di batuan sedimen di bawah lapisan batuan vulkanik,” kata Burhanudinnur kepada Dunia Energi.

Menurut dia kebanyakan orang mengetahui batuan di permukaan adalah vulkanik, namun di bawah berbeda, terdapat batuan sedimen. Hasil survei geologi permukaan memberikan data awal tentang kondisi geologi tersebut dari survei dan interpretasi geologi permukaan digunakan dasar untuk melakukan survei ini.

Burhanudinnur menuturkan survei 2D seismik di Indonesia baik di darat maupun laut sudah sering. Sementara survei seismik dengan vibrator di Indonesia sudah dimulai akhir dekade ini. “Kenapa ini menarik, surveinya di sekitar batuan vulkanik. Jadi yang baru adalah petroluem play-nya di sub vulkanik,” ujar dia.

Burhanudinnur menjelaskan play minyak dan gas bumi selalu berkembang, termasuk kegiatan yang dilakukan Pertamina dalam pencarian cadangan migas di sekitar gunung berapi. Dia menegaskan kegiatan seperti ini patut didukung sebagai upaya mencari sumber migas yang baru.

Dari kegiatan ini diharapkan bisa menemukan sumber daya migas untuk kemudian dipastikan cadangan (reserve) yang selanjutnya akan dibuktikan dengan data, tes dari hasil pengeboran.

“Survei seismik vibrosis ini untuk mendapatkan data dalam tahap eksplorasi migas yang akan diolah dan dikaji potensi, prospek, dan sumber daya migasnya. Ketika sudah mendapatkan sumberdaya dan prospek yang ekonomis kemudian akan dilakukan pemboran untuk membuktikan ada tidaknya minyak dan gas bumi di sub vulkanik,” jelas Burhanudinnur.

 

Hulu Migas Tetap Jadi Prioritas

Perburuan migas dalam dua tahun terakhir cukup masif dilakukan oleh Pertamina. Inisiatif itu diawali dengan penjelajahan oleh kapal eksplorasi Elsa Regent mulai dari lautan di sekitar Bangka di bagian barat hingga ke lautan di wilayah Papua atau ujung timur Indonesia. Kegiatan itu juga merupakan bagian dari eksplorasi survei 2D open area Komitmen Kerja Pasti (KKP) Jambi Merang.

Pertamina memang tidak mau setengah-setengah dalam melakukan perburuan giant discovery. Sang penjelajah, Elsa Regent bukanlah kapal sembarangan. Kapal itu dibeli Elnusa dari WesternGeco, anak usaha Schlumberger, salah satu perusahaan jasa migas terbesar di dunia pada 2016. Memiliki panjang 93,3 meter, Elsa dilengkapi berbagai instrumen canggih yang mampu menunjang kegiatan seismik di perairan dangkal atau dalam, baik itu 2D maupun 3D.

Salah satu instrumen penting yang dimiliki Elsa adalah Streamer, alat khusus sebagai penerima gelombang mekanik yang ditembakan alat khusus lainnya atau disebut Airgun. Sederhananya, Airgun memproduksi tekanan udara sehingga menghasilkan gelombang mekanik yang mengarah ke dasar laut. Gelombang tersebut akan memantul kembali ke atas setelah menyentuh daratan di dasar laut. Gelombang yang memantul itu kemudian ditangkap oleh Streamer yang didalamnya terdapat alat khusus lain disebut Hydrophone.

Melalui Hydrophone pantulan yang ditangkap kemudian diproses dalam bentuk citra gambar yang kemudian akan diinterpretasikan oleh para ahli. Hasil pemrosesan dan interpretasi data-data tersebut kemudian yang akan menjadi bahan untuk menentukan ada tidaknya potensi cadangan migas di suatu wilayah.

Elsa Regent juga memiliki kemampuan yang tidak dimiliki kapal survei lainnya yakni while turning. Elsa bisa menangkap dan memproses data yang ditangkap oleh Streamer ketika kapal melakukan manuver putar balik ataupun berbelok. Ini bukanlah kemampuan yang dimiliki setiap kapal. Data yang masukpun diolah secara real time. Jadi, selain dikirim setiap dua sampai tiga minggu ke pusat pengolahan data, interpretasi data juga sudah bisa dilakukan di atas kapal.

Saat ini data yang didapatkan oleh Pertamina sedang diolah. Pertamina sudah mengidentifikasi wilayah yang akan diajukan ke pemerintah untuk bisa dilakukan joint study.

Medy mengungkapkan dua area yang diajukan untuk dilakukan joint study hasil dari kegiatan eksplorasi survei 2D open area KKP Jambi Merang. “Untuk hasil KKP Jambi Merang, JSA (Joint Study Agreement) berada di area North Bali dan Sulawesi,” kata Medy.

Setelah melakukan perburuan cadangan migas di lautan serta di bawah tanah di sekitar gunung berapi. Inisiatif Pertamina dilanjutkan dengan melakukan survei geofisika menggunakaan teknologi enhanced Full Tensor Gradiometry (eFTG). Survei tersebut akan dilakukan dari udara atau menggunakan pesawat terbang dengan cakupan wilayah survei di Cekungan Bintuni dan Salawati, Papua Barat, sepanjang 23.000 Km dan mencakup area seluas 45.000 Km2.

Dalam melakukan survei tersebut, PHE Jambi Merang bekerjasama dengan PT Mahakarya Geo Survey yang berkolaborasi dengan AustinBridgeporth akan menggunakan pesawat survei DC3 Turbo Prop yang dimodifikasi dan dimodernisasi, dilengkapi dengan serangkaian teknologi termasuk eFTG dengan gravimeter scalar terintegrasi, magnetometer dan sistem LiDAR VUX1-LR. Data LiDAR yang mempunyai sudut sapuan 180 derajat ini akan menyediakan data yang sangat akurat untuk keperluan koreksi medan data gravitasi, pemetaan fitur geologi permukaan, dan menyediakan tambahan informasi untuk merencanakan kegiatan eksplorasi.

Survei eFTG ini adalah yang pertama dilakukan di Indonesia, bahkan Asia menggunakan generasi terbaru dari gradiometer gravity yang dapat memberikan beragam peningkatan pada sensitivitas dan resolusi yang melebihi teknologi generasi FTG sebelumnya.

Agung Prasetyo, Ketua Tim Teknis Pelaksana Teknis Survei Geofisika sekaligus Vice President New Venture Sub Holding Upstrem Pertamina, mengatakan Pertamina berkomitmen untuk terus melakukan kegiatan eksplorasi, baik di area eksisting maupun area frontier atau new venture dalam rangka mencari potensi cadangan hidrokarbon baru.

“Selain Cekungan Bintuni-Salawati, saat ini PHE juga sedang melakukan survey FTG terbesar di Indonesia di cekungan frontier lain di Papua dengan panjang lebih dari 31.000 km dan mencakup area seluas 60.000 km2 yang progressnya sudah mencapai lebih dari 50% bekerja sama dengan Rubotori Indonesia dan Bell Geospace,” kata Agung.

Berbagai upaya pencarian cadangan migas yang dilakukan Pertamina mulai dari dasar lautan, bawah tanah hingga dari atas udara tidak lepas dari target untuk bisa meningkatkan produksi migas yang dicanangkan manajemen serta pemerintah, dimana salah satu syarat utamanya adalah penemuan cadangan dalam jumlah besar atau giant discovery.

Bisnis hulu migas tetap akan menjadi prioritas investasi Pertamina ke depan meskipun sekarang sedang dikepung tren transisi energi yang akan tinggalkan energi fosil.

Untuk tahun ini porsi investasi Pertamina untuk hulu migas mencapai 52% dari anggaran belanja modal US$10,7 miliar. Dalam rencana perusahaan, porsi investasi hulu migas ini akan dipertahankan di kisaran 50-60% dari total rencana investasi US$92 miliar selama 2020-2024 atau mencapai sekitar US$64 miliar.

Tidak mudah memang untuk temukan giant discovery karena tidak ada yang bisa memastikan dimana potensi cadangan berada, atau seberapa banyak cadangan tersimpan. Tapi satu hal yang bisa dipastikan adalah ada upaya yang sedang dilakukan, upaya pantang menyerah dari perusahaan plat merah untuk tetap berkontribusi memenuhi kebutuhan energi rakyat Indonesia. (RI)