BANTAENG – PT PLN (Persero) menjamin kawasan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (Sulselrabar) merupakan lokasi yang cocok untuk pembangunan smelter (pabrik pengolahan) mineral tambang, karena pasokan listriknya melimpah. Tenaga listrik yang mampu dibangkitkan di pintu gerbang kawasan timur Indonesia itu mencapai 1.272,5 Megawatt (MW).
Direktur Niaga, Manajemen Risiko dan Kepatuhan PLN, Mochammad Harry Jaya Pahlawan mengungkapkan, pihaknya telah melakukan kajian menyeluruh terhadap potensi listrik di Indonesia. Kajian ini dalam rangka menentukan lokasi yang cocok untuk pembangunan smelter mineral tambang, guna mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) yang mewajibkan pengolahan hasil tambang di dalam negeri.
Dari kajian itu, disimpulkan bahwa kawasan Sulselrabar adalah lokasi yang ideal untuk industri smelter tambang di Indonesia. Selain pasokan listrik yang melimpah, letaknya juga di tengah, antara Indonesia belahan barat (Sumatera, Jawa, serta Kalimantan) dan belahan timur (Papua, Maluku, Nusa Tenggara).
Maka dari itu, kata Harry, sejak diberlakukannya UU Minerba pada 2010 lalu, PLN Willayah Sulselrabar sebagai pintu gerbang kawasan Timur Indonesia terus menggenjot pembangunan di sektor ketenagalistrikan.
“Hingga kini total daya terpasang pembangkit di sistem Sulselrabar sebesar 1278,4 MW, dengan daya mampu sebesar 1272,5 MW, dan beban puncak 833 MW, sehingga cadangan daya sebesar 438,5 MW,” papar Harry usai menandatangani perjanjian kerjasama penyaluran tenaga listrik antara PLN dan perusahaan tambang asal China, Macrolink, di Bantaeng, Sulawesi Selatan, Kamis, 22 Agustus 2013.
Harry menyatakan, pengikatan perjanjian ini merupakan langkah penting dan merupakan komitmen PLN untuk mendukung kebijakan pemerintah bahwa mineral tidak boleh lagi diekspor dalam bentuk mentah.
“PLN mengontak beberapa produsen mineral yang menawarkan fasilitas smelter di Indonesia, kebanyakan persoalannya adalah persoalan listrik. Karena PLN berbisnis di bidang listrik maka PLN harus menyambut kebijakan pemerintah tersebut dengan menyediakan listrik yang cukup besar,” jelas Harry.
Pasokan Sangat Cukup
Sebelumnya, terang Harry, mengingat sifat beban smelter yang sangat spesifik, maka PLN telah melakukan kajian menyeluruh terkait dengan pemakaian listrik terkini pada sistem kelistrikan Sulawesi Selatan, dampak pemakaian beban terhadap keandalan atau kualitas sistem kelistrikan di Sulawesi.
Hasil kajian menunjukkan bahwa pasokan listrik di sistem Sulawesi Selatan sangat cukup untuk memasok pabrik pengolahan biji nikel dan tidak ada dampak signifikan terhadap mutu dan keandalan sistem kelistrikan.
Harry juga menyampaikan pesan Direktur Utama (Dirut) PLN, Nur Pamuji yang meminta agar jajaran PLN dapat memenu komitmen kerjasama penyaluran listrik untuk smelter mineral tambang, secara tepat waktu. “Keberhasilan proyek ini nantinya akan menjadi acuan untuk proyek berikutnya,” kata Harry mengutip pesan Nur Pamudji.
Dirut PLN, lanjut Harry, juga mengapresiasi langkah pemerintah kabupaten Bantaeng, yang proaktif memberi kemudahan bagi investor, untuk berinvestasi di wilayahnya. Dirut berharap pdemerindah daerah setempat juga mendukung PLN dalam membangun jaringan infrastruktur kelistrikan.
(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)
Komentar Terbaru