Pemandangan tak elok dalam keseharian warga Desa Penatarsewu, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Sampah berserakan di mana-mana. Bahkan sungai pun dipenuh sampah. Bau tak sedap pun muncul.

“Itu dulu, lo. Pelan-pelan kami menyadarkan masyarakat untuk buang sampah pada tempatnya, buang di TPS (Tempat Pembuangan Sampah). Sekarang sungai-sungai menjadi bersih,” kata Mustahid, mitra binaan Pertagas East Java Area (EJA), dalam webinar Pertagas Tetap Berinovasi Saat Pandemi pada Senin, 27 September 2021.

Sebelum Mustahid dan Pertagas EJA menginisiasi program Daya Dari Hati, warga membuang sampah tidak pada tempatnya. Dengan adanya program Pertagas orang-orang sudah buang sampah pada tempatnya. “Sudah dua tahun berjalan orang-orang di sini sadar perlunya sampah dibuang pada tempatnya,” ujar Mustahid.

Melalui program Daya Dari Hati Pertagas EJA warga di Desa Penatarsewu sadar untuk membuang sampah pada tempatnya. Tidak hanya penyelesaian masalah sampah, program Daya Dari Hati Pertagas EJA juga menghadirkan budidaya magot BSF untuk pakan ternak, tambak ikan, pengasapan ikan, dan resto apung. Alhasil, berkat program itu, pada 2020 Pertagas EJA berhasil meraih Predikat PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Namun menurut Mustahid, ada kendala untuk sampah basah, tidak bisa dimusnahkan. Gayung bersambut. Pertagas memberikan pelatihan untuk membuat magot dari sampah basah itu. Seiring berjalannya waktu, BSF itu yang mengatasi masalah sampah organik atau sampah basah.

“BSF dulu belum jadi pakan ternak, sekarang sudah bisa jadi pakan ternak, untuk pakan lele,” ujar Mustahid.

Elok Riani Ariza, Manager Communication Relations and CSR PT Pertamina Gas (Pertagas), mengungkapkan program Daya Hati sudah dibentuk sejak 2018. Pertagas EJA memberikan bantuan bibit, rumah pengasapan. “Pada 2019 kami memberikan pancingan untuk menjual hasil budidaya ternak, yaitu dengan resto apung,” ungkap Elok.

Menurut Elok, sampah rumah tangga yang dihasilkan dari program sebelumnya, dimanfaatkan menjadi produk bermanfaat yaitu menjadi magot. Ke depannya, diharapkan sebelum 2021 jaringan gas (jargas) tersambung ke resto apung sehingga memaksimalkan program Daya Dari Hati Pertagas EJA.

Elok menambahkan inovasi tahun ini adalah fokus pengembangan kelompok KSM. Mulai pembentukan kelompok, upskilling, pembuatan pakan ternak. Bermula hanya membuat magot segar, kini warga Desa Penatarsewu bisa membuat magot kering dan bisa untuk pakan ternak.

“Sebanyak 300 Kilogram (Kg) sampah organik bisa menjadi 30Kg magot. Pendapatan masyarakat stabil sekitar Rp 2,3juta – Rp3 juta. Penjualan pakan magot Rp 450ribu, ada penghematan 10%. Selain itu adapula penghematan listrik Rp 5 juta-an,” ujar Elok.

Sudharto P Hadi, Ketua Dewan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), menyampaikan bisnis inti Pertagas sudah semestinya terkait dengan pengembangan masyarakat atau  community development (Comdev). Ada mata rantainya. Apabila bisnis inti Pertagas bisa dimanfaatkan dengan skema comdev, akan bermanfaat bagi masyarakat.

“Comdev itu membantu masyarakat untuk menemukan solusi, membantu dirinya. Help people to help themselves,” ujar Sudharto.

Mustahid mengatakan bahwa meski pandemi, magot tetap produksi. Namun, sampahnya tambah banyak. “Untung magotnya agak rakus, jadi bisa terselesaikan dengan makanan magot yang rakus itu. Produk yang kita bikin tetap berjalan. Alhamdulillah dengan kerjasama Pertagas bisa teratasi. Kami selalu komunikasi dengan HP,” ujar Mustahid.

Mengenai peran serta Pertagas dalam penanganan COVID-19 khususnya vaksinasi, menurut Elok, perusahaan berfokus seluruh pekerja sudah mendapat vaksinasi. Adanya tuntutan Dewan PROPER bahwa perusahaan harus berkontribusi dalam vaksinasi masyarakat sekitar, ditindaklanjuti oleh Pertagas dengan berkoordinasi bersama Puskesmas dan Dinas Kesehatan daerah.

Saat terjadi kelangkaan oksigen, Pertagas juga sudah berkontribusi dalam menyediakan armada isotank dari Jawa – Kalimantan.

“Ada sembilan isotank, dua di antaranya dedicated di Jawa Timur. Selama penanganan COVID-19 second wave, kami sudah beperan dalam pengadaan oksigen dan akan memaksimalkan program vaksinasi,” kata Elok.

Wiko Migantoro, Direktur Utama Pertagas, menekankan bahwa menjadi sesuatu yang sangat menantang dalam situasi seperti pandemi Pertagas tetap harus membantu masyarakat sekitar melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Ada PPKM. Para pekerja Pertagas Group tidak pantang menyerah.

Pada saat second wave pandemi, Pertagas terjun langsung di dalam satgas yang menangani COVID-19. Pertagas mendatangkan 9 isotank dari Bontang, yang semula untuk LNG dikonversi menjadi oksigen. Sebanyak 50 ton per minggu dikirim ke banyak rumah sakit di Jawa Barat, Yogyakarta, dan jawa timur.

“Kami juga bantu botol-botol oksigen. Alhamdulillah, itu  memberi dampak nyata bagi pasien-pasien di rumah. Seluruh potensi tim kami libatkan,tidak lupa masyarakat sekitar pipa gas. Semoga ini bermanfaat bagi masyarakat semua khususnya Pertagas,” kata Wiko. (RA)