JAKARTA – Uji terbang pesawat perdana CN 235-220 Flying Test Bed (FTB) berbahan bakar Bioavtur J2.4 berjalan dengan lancar tanpa gangguan apapun. Setelah uji terbang perdana, akan dijadwalkan kembali uji terbang dengan ketinggian terbang 16.000 kaki meningkat dari test sebelumnya 10.000 kaki.
Eko Budi Santoso, Project Manager CN 235-220 FTB, mengungkapkan uji terbang pertama pesawat CN 235-220 FTB yang menggunakan bahan bakar bioavtur di engine kanan.
“Test terbang kali ini dilakukan pada ketinggian 10.000 kaki dengan lama terbang 1 jam 20 menit sesuai test squence disekitar sukabumi pelabuhan ratu di ketinggian 10.000 kaki,” ujar Eko (10/9).
Menurut Eko uji terbang pertama berjalan sangat baik tidak ada gangguan mesin apapun sehingga kondisi mesin masih beroperasi dengan normal.
“Setelah test terbang yang dilakukan hari ini, insyaAllah besok Jumat akan dilakukan uji terbang di ketinggian 16.000 kaki. Alhamdulillah test flight perdana lancar dan sukses, kita belum menganalisa efisiensi bioavtur, umumnya kalau pakai Avtur Jet A-1, per jam sekitar 225-250 liter,” ungkap Eko.
Sementara, Kapten Adi Budi Atmoko, Pilot Tim Penguji mengatakan bahwa flight test telah terlaksana 100% dengan hasil seluruhnya dalam keadaan normal dan masuk ke dalam limitasi tidak ada engine surge atau flameout.
Adi menjelaskan, pengujian diawali start engine kiri dan kanan semua parameter engine normal, kemudian dilanjutkan Taxi dan Take-off menuju test area Sukabumi dengan ketinggian 10.000 kaki.
Test dilanjutkan dengan melakukan engine parameter test dari flight idle sampai maximum cruise power, semua dalam keadaan normal tidak ada ubnormality, kemudian diuji juga akselerasi dan decelerasi power. “Semua engine data antara kiri dan kanan menunjukkan relatif sama tidak ada perbedaan antara engine kiri yang tangkinya diisi bahan bakar Jet A1 dan kanan yang diisi dengan Bioavtur,” jelas Adi.
Setelah rangkaian test diatas dilakukan, engine dimatikan dan setelah diketahui engine dalam keadaan normal, dilaksanakan start engine kembali yang hasilnya bagus sampai engine stabilize lagi.
J2.4 yang digunakan untuk uji terbang ini diproduksi oleh Pertamina dari kilang Cilacap. Sejak tahun 2014, Pertamina telah merintis penelitian dan pengembangan Bioavtur melalui Unit Kilang Dumai dan Cilacap.
Ifki Sukarya, Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, menegaskan melalui tahap pengembangan yang komprehensif, Bioavtur J2.4 terbukti menunjukkan performa yang setara dengan bahan bakar avtur fosil.
Performa Bioavtur sudah optimal, dimana perbedaan kinerjanya hanya 0,2 – 0,6% dari kinerja avtur fosil. Bioavtur J2.4 mengandung nabati 2,4 persen, ini merupakan pencapaian maksimal dengan teknologi katalis yang ada,” jelas Ifki
Tahap awal pengembangan tersebut dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional Unit Dumai melalui Distillate Hydrotreating Unit (DHDT). Tahap pertama ditandai dengan proses hydrodecarboxylation dimana target awal kami adalah produksi diesel biohidrokarbon dan bioavtur dalam skala laboratorium.
Sementara, tahap kedua ditandai dengan proses hydrodeoxygenation dimana Pertamina telah berhasil memproduksi diesel biohidrokarbon yang lebih efisien,’ jelas Ifki Sukarya. Puncaknya, tahun 2020, unit Kilang Dumai berhasil memproduksi Diesel biohidrokarbon D-100 yang 100 persen berasal dari bahan baku nabati yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).
RBDPO adalah minyak kelapa sawit yang sudah melalui proses penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan bau.
Komentar Terbaru